TUGAS
KURANGNYA MUTU PELAYANAN PETUGAS KESEHATAN DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN TENTANG
PENYAKIT DIARE PADA BAYI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah............................................................... 2
1.3. Tujuan Penulisan................................................................. 2
1.4. Manfaat Penelitian.............................................................. 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Diare
2.1.1. Pengertian Diare........................................................ 4
2.1.2. Penyebab diare........................................................... 4
2.1.3. Jenis-jenis Diare......................................................... 5
2.1.4. Pemeriksaan Bayi Diare............................................. 6
2.1.5. Cara Pencegahan Diare.............................................. 7
2.1.6. Penanggulangan Diare............................................... 7
2.2. Mutu........................................................................................ 8
BAB III. PEMBAHASAN
3.1. Kurangnya Pengetahuan Orang tua...................................... 10
3.2. Pentingnya penyuluhan terhadap orang tua........................... 11
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan.......................................................................... 13
4.2. Saran.................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pada bulan pertama kelahirannya, bayi buang air besar sebanyak kurang lebih enam kali sehari. Namun, ada kalanya bayi BAB melebihi jumlah itu. Mencret pada bayi baru lahir terjadi karana proses adaptasi bayi terhadap makanan (Danuatmaja, 2003)
Menurut survei Kesehatan Rumah Tangga, Departemen Kesehatan RI tahun 1996, 12 % penyebab kematian adalah diare. Disebutkan, akibat diare, dari 1.000 bayi, 70 bayi meninggal dunia sebelum merayakan ulang tahunnya yang pertama. Ditemukan pula bahwa dari tujuh bayi yang dikubur, satu diantaranya meninggal karena diare. Statistik menunjukkan bahwa setiap tahun diare menyerang 50 juta penduduk Indonesia, dan 2/3 nya adalah balita dengan korban meninggal sekitar 600.000 jiwa (Widjaja, 2003).
Menurut data profil 2002 AKB di Sumatera Barat pada usia 0-28 hari adalah 474 jiwa dari 82.926 jumlah lahir hidup dan pada usia 1 bulan - <>
Sampai saat ini penyakit diare / mencret masih merupakan salah satu penyakit terbanyak pada bayi dan anak di Indonesia. Diperkirakan, angka penderita antara 150-430 per 1.000 penduduk setahunnya. Dengan berbagai upaya, angka kematian bayi dan anak akibat diare di Rumah Sakit sekarang dapat ditekan menjadi kurang dari 3 persen.
Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB yang cukup banyak menyebabkan kematian. Bayi. Dikatakan diare bila keadaan frekwensi buang air besar lebih dari 4 kali sehari dan lebih dari 3 kali sehari pada anak-anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lender saja (Ngastiyah, 2005).
Setiap bayi yang menderita diare terancam bahaya dehidrasi. Penilaian hidrasi penting dilakukan secara seksama, meliputi berat, ubun, turgor kulit dan pengisian kembali kapiler.
Neonatus memerlukan pendekatan yang berbeda karena kurangnya kapasitas mereka untuk menoleransi kekurangan cairan dan adanya diagnosis banding tambahan pada kelompok usia ini (Schwartz, M. William, 2004).
Kekurangan cairan sangat berbahaya bila terjadi pada bayi, untuk itu ibu perlu melakukan tindakan yang cepat dan tepat dengan membawa bayi dan anak kepetugas kesehatan, dimana tugas seorang petugas kesehatan memberikan solusi dan penanganan kepada anak dengan melakukan mutu pelayanan kesehatan. Mutu itu sendiri adalah : tingkat kepatuhan terhadap standard yang telah ditetapkan (Crosby,1984).
Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis memberi judul makalah ini dengan “Kurangnya Mutu pelayanan Petugas Kesehatan dalam memberikan penyuluhan tentang penyakit diare pada bayi ”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang diatas maka dapat dirumuskan masalahnya yaitu : “Kurangnya mutu pelayanan tenaga kesehatan dalam memberikan penyuluhan tentang penyakit diare pada bayi
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1. Tujuan Umum
Diketahuinya mutu pelayanan petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan tentang kesehatan kepada masyarakat.
1.3.2. Tujuan khusus
Diketahuinya mutu pelayanan petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan tentang penyakit diare pada bayi.
1.4. Manfaat
Adapun manfaat dari mutu pelayanan kesehatan tersebut adalah : agar petugas kesehatan dapat meningkatkan kualitas dan produktifitas kerjanya dalam memberikan mutu pelayanan kesehatan terhadap masyarakat, serta dapat dijadikan pedoman kesehatan bagi masyarakat dalam membina keluarga yang sehat dan sejahtera.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Diare
2.1.1. Pengertian Diare
Diare adalah keadaan frekwensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsisitensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 2003).
Diare merupakan “plesetan” dari bahasa kedokteran: diarrhea. Defenisi diare adalah buang air encer lebih dari empat kali sehari, baik disertai lendir dan darah maupun tidak (Widjaja, 2003).
Jika bayi atau anak tiba-tiba mengalami perubahan dalam buang air besar dari biasanya, baik frekwensi atau jumlah buang air besar yang menjadi sering dan keluar dalam konsistensi cair dari pada padat maka itu adalah diare (www.infoibu.com).
Diare merupakan keadaan dimana seseorang menderita mencret. Penderita buang air besar berkali-kali, 3-5 kali sehari, fesesnya encer dan kadang-kadang mengandung darah atau lender (www.allaboutgizi.wordpress.com)
2.1.2. Penyebab Diare
Diare disebabkan oleh faktor infeksi, malabsorbsi (gangguan penyerapan zat gizi), makanan, dan faktor psikologis.
v Faktor Infeksi
Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare pada anak. Jenis-jenis infeksi pada umumnya menyerang sebagai berikut:
a) Infeksi bakteri oleh kuman E.coli, salmonella, Vibrio cholerae (kolera), dan serangan bakteri lain yang jumlahnya berlebihan dan patogenik (menfaatkan kesempatan ketika kondisi tubuh lemah) seperti pseudomonas.
b) Infeksi basil (disentri) Infeksi virus enterovirus dan adenovirus
c) Infeksi parasit oleh cacing (askaris)
d) Infeksi jamur (candidiasis)
e) Infeksi akibat organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis, dan radang tenggorokan.
f) Keracunan makanan.
v Faktor Malabsorbsi
a) Malabsorbsi karbohidrat. Pada bayi, kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu formula menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau sangat asam, sakit didaerah perut. Jika sering terkena diare ini, pertumbuhan anak akan terganggu.
b) Malabsorbsi Lemak. Dalam makanan terdapat lemak yang disebut tryglyserida. Tryglyserida, dengan bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorbsi usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat jadi muncul karena lemak tidak terserap dengan baik. Gejalanya adalah tinja mengandung lemak.
v Faktor Makanan
Makan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran), dan kurang matang.
v Faktor Psikologis
Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak, dapat menyebabkan diare kronis.
2.1.3. Jenis-jenis diare
· Diare Akut
Diare akut adalah diare yang dapat terjadi sewaktu-waktu tetapi gejalanya dapat berat. Penyababnya Sbb:
- Gangguan jasa renik / bakteri yang masuk kedalam usus halus setelah melewati berbagai rintangan asam lambung.
- Jasad renik yang berkembang pesat didalam usus halus.
- Racun yang disebabkan oleh bakteri
- Kelebihan cairan usus akibat racun.
· Diare Kronis atau Menahun atau Persisten
Pada diare menahun (kronis), kejadiannya lebih kompleks. Berikut beberapa factor yang menimbulkannya, terutama jika sering berulang pada anak.
- Gangguan Bakteri, jamur, dan parasit
- Malabsorbsi kalori
- Malabsorbsi lemak.
2.1.4. Pemeriksaan bayi diare
Table 2.1
Derajat Dehidrasi Batasan WHO (World Health Organization)
Tanda dan gejala | Dehidrasi D. ringan | D. sedang | D. berat |
Keadaan umum Denyut nadi Pernafasan Ubun-ubun Kelopak mata Air mata Selaput lender Elastisitas kulit Air seni | Sakit, gelisah,haus Normal: kurang dari 120/menit Normal Normal Ada Ada Lembap Jika dicubit, segera kembali normal Normal | Gelisah, ngantuk, rewel Cepat dan lemah: 120-140/menit Dalam tapi cepat Cekung Cekung Tidak ada Kering Untuk kembali normal lambat Berkurang, berwarna tua | Ngantuk, lemas, dingin, berkeringat, pucat, dapat pingsan. Cepat,halus, kadang tak teraba Dalam, cepat Sangat cekung Sangat cekung Sangat kering Sangat kering Untuk kembali normal sangat lambat Tidak kencing |
Sumber: Dehidrasi, Maurice King (dalam : Widjaj, 2003).
2.1.5. Cara pencegahan diare
a) Teruskan pemberian ASI
b) Perhatikan kebersihan dan gizi yang seimbang untuk pemberian makanan pendamping ASI setelah bayi berusia 4 bulan
c) Cuci tangan dengan sabun setelah berak dan sebelum memberi makan anak
d) Menjaga kebersihan perabotan atau alat-alat bermain anak.
2.1.6. Penanggulangan diare
Penanggulangan berdasarkan diare berdasarkan akibat terjadinya :
a) Diare akibat bakteri atau kuman E.coli
Pengobatan terbaik untuk saat ini adalah dengan menggunakan colistin dan neomicyn.
b) Diare akibat kolera
- Memperbaiki dehidrasi dengan cairan elektrolit
- Mengatasi shock (pingsan)
- Membunuh kuman dengan Antibiotik dibawah pengawasan dokter.
c) Diare akibat Infeksi salmonella
Komplikasi berat dapat menyebabkan dehidrasi, jadi
penanganannya sebaiknya dilakukan di rumah sakit.
d) Diare akibat Infeksi basil (Disentri)
Jika terjadi dehidrasi berat disertai muntah-muntah, sebaiknya penderita segara dibawa kedokter atau rumah sakit.
e) Diare akibat virus
Pengobatannya sebaiknya dilakukan berdasarkan gejala yang timbul
f) Diare akibat cacing (Askaris)
Pengobatannya dilakukan di rumah sakit
g) Diare akibat infeksi jamur
Pengobatannya dilakukan di rumah sakit
2.2. Mutu
Mutu mengandung arti relative, kurang memberikan kesan tentang sesuatu hal yang konkret, karenanya pernyataan mutu selalu diiringi oleh kata sifat seperti tinggi, rendah, baik, buruk, dll, Sehingga sering kita mendengar orang berkata “Mobil marcedes itu mutunya lebih baik dari mobil Toyota, mutu input mahasisiwa baru Poltekkes Padang itu baik karena diterima hanya sekitar 10% dari pendaftar”. Dengan demikian mutu selalu dikaitkan dengan pembanding tertentu atau standard yang telah ditetapkan.
Banyak pakar yang mengemukakan pengertian mutu dari sisi pandang yang berbeda namun mempunyai tujuan yang sama, anatara lain;
1. Mutu adalah tingkat kepatuhan terhadap standard yang telah ditetapkan (Crosby,1984)
2. Mutu adalah sifat yang dimiliki oleh sesuatu program (Donabedian, 1980)
3. Mutu adalah tingkat kesempurnaan dan penampilan sesuatu yang sedang diamati (Winston Dictionary, 1956).
Dari bahasan itu diketahui bahwa mutu pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kebidanan hanya dapat diketahui apabila sebalumnya telah dilakukan penilaian terhadap kinerja, hasil penilaian itu dibandingkan dengan standard tertentu, karena itu mutu memiliki kaitan yang erat dengan kinerja dan standard. Sehubungan dengan itu untuk memahami mutu banyak hal yang harus ditelaah antara lain konsep PDCA, konsep kinerja, standard, konsep pendekatan sisitem, dan substansi yang dibahas dalam konsep-konsep mutu tersebut, dimana kosep-konsep tersebut saling terkait. Pemahaman terhadap kesalingterkaitan beberapa konsep itu sangat penting.
Mutu pelayanan kesehatan termasuk mutu pelayanan kebidanan adalah pelayanan kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan pasien serta tata cara pelaksanaan sesuai dengan kode etik dan standard profesi yang telah ditetapkan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Kurangnya Pengetahuan Orang Tua
Penyebab diare telah dikemukakan lebih dahulu baik karena infeksi enteral maupun parenteral serta faktor lain. Tetapi mengingat ada beberapa faktor risiko yang ikut berperan dalam timbulnya diare yang kebanyakan karena kurangnya pengetahuan orang tua.
Pasien diare yang dirawat biasanya sudah dalam keadaan dehidrasi berat dengan rata-rata kehilangan cairan sebanyak 12,5% pada dehidrasi berat, Volume darah berkurang sehingga dapat terjadi renjatan hipovolemik dengan gejala denyut jantung menjadi cepat, nadi cepat dan kecil, tekanan darah menurun, pasien sangat lemah, kesadaran menurun. Akibat dehidrasi diuresisi berkurang (oliguria sampai anuria). Bila sudah terjadi asidosisi metabolis pasien akan tampak pucat dengan pernafasan yang cepat dan dalam (pernafasan kossmaul). Asidosisi metabolic terjadi kerena
· Kehilangan NaHCo3 melalui tinja diare
· Ketosisi kelaparan
· Produk-produk metabolic yang bersifat asam tidak dapat dikeluarkan (karena oliguria / anuria).
· Berpindahnya ion Natriun dari cairan ekstrasel ke cairan intrasel
· Penimbunan asam laktat (anoksia jaringan).
Tabel Kehilangan cairan pada dehidrasi berat menurut
berat badan pasien dan umur
Berat Badan | Umur | PWL | NWL | CWL | Jumlah |
0-3 Kg | 0-1 Bulan | 150 | 125 | 25 | 300 |
3-10 Kg | 1 Bulan-2 Tahun | 125 | 100 | 25 | 250 |
10-15 Kg | 2-5 Tahun | 100 | 80 | 25 | 205 |
15-25 Kg | 5-10 Tahun | 80 | 25 | 25 | 130 |
Ket :
· PWL : Previous Water Loss (ml/kg BB) : cairan yang hilang karena muntah
· NWL : Normal Water Loss (ml/kg BB) : cairan hilang melalui urine, kulit, pernafasan
· CWL : Concomitan Water Loss (ml/kg BB) : cairan hilang karena muntah hebat
3.2. Pentingnya Penyuluhan terhadap Orang Tua
Adapun penyuluhan itu adalah :
a. Kebersihan perorangan pada anak. Mencuci tangan sebelum makan dan setiap habis bermain, memakai alas kaki jika bermain ditanah.
b. Membiasakan anak detelasi dijamban dan jamban harus selalu bersih agar tidak ada lalat.
c. Kebersihan lingkungan untuk menghindarkan adanya lalat.
d. Makanan harus selalu tertutup (jika diatas meja).
e. Kepada anak yang sudah dapat membeli makanan sendiri agar diajarkan untuk tidak membeli makanan yang dijajakan terbuka.
f. Air minum harus selalu dimasak. Bila sedang berjangkit penyakit diare selain air harus yang bersih juga perlu dimasak.
Berikan juga petunjuk bila anak menderita diare agar secepatnya diberi minum yang banyak (jelaskan apa perlunya) dan lebih baik dengan oralit / jika tidak ada dapat dengan larutan gula dan garam. Tetapi jika anak muntah lebih sering / buang air besar terus sehingga pemberian oralit tidak dapat menolong supaya segera dibawa berobat kepelayanan kesehatan agar tidak terlambat untuk mencegah anak tidak jatuh dalam keadaan dehidrasi berat. Dalam perjalanan agar anak terus diberi minum untuk mencegah bertambah beratnya dehidrasi.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Diare merupakan penyebab utama kematian pada bayi dan anak yang dapat terjadi pada siapa saja, semuanya telah dijelaskan pada bab I,II dan III yang dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut :
1. Diare adalah keadaan frekwensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsisitensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 2003).
2. Adapun penyebab diare antara lain : faktor infeksi, malabsorbsi (gangguan penyerapan zat gizi), makanan, dan faktor psikologis.
3. Setiap bayi yang menderita diare terancam bahaya dehidrasi, dimana dehidrasi dibagi tiga tingkat yaitu : dehidrasi ringan, sedang dan berat.
4. Untuk mengatasi diare, tentunya perlu pula peranan seorang petugas kesehatan dengan memberikan mutu pelayanan kepada masyarakat. Mutu itu sendiri adalah : tingkat kepatuhan terhadap standard yang telah ditetapkan (Crosby,1984).
5. Berdasarkan pembahasan diatas, didapatkan hasil sebagai berikut : kurangnya mutu pelayanan petugas kesehatan terhadap masyarakat yang ditandai dengan banyaknya bayi dan anak menderita diare (dapat dilihat diatas)
4.2. Saran
Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Bila bayi dan anak terkena diare, maka ibu sebaiknya segera memberikan pertolongan dengan cara memberikan cairan oralit ataupun cairan gula dan garam.
2. Bila diare belum juga berhenti, maka segeralah bawa anak ke petugas kesehatan.
3. Bila anak masih minum ASI, maka teruskan pemberian ASI.
4. Perhatikan gizi dan makanan anak.
5. Jagalah kebersihan lingkungan.
No comments:
Post a Comment