Pengertian
Pengertian Gerontologi dengan Geriatri sering dicampuradukkan. Ada perbedaan diantara keduanya.
Gerantologi : Ilmu yang mempelajari proses menjadi tuanya penduduk
Geriatri : Adalah merupakan bagian medik dari Gerantologi.
Geriatri adalah bagian dari cabang Ilmu Kedokteran yang mempelajari tentang pencegahan penyakit dan kekurangan pada usia lanjut antara lain dengan pemeriksaan, perawatan, after care dari usia lanjut yang sakit yang keadaan kesehatannya yang terutama dipengaruhi oleh proses ketuaannnya.
Proses atau keadaan menjadi tua merupakan fenomena perkembangan manusia yang alamiah, di mana secara berangsur angsur menjadi kemunduran dari kapasitas mental, berkurangnya minat sosial dan menurunnya aktifitas fisik. Serupa dengan masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa menjadi tua adalah hal yang normal yang disertai dengan problema yang khusus pula. Tekanan hidup yang beraneka ragam yang terdapat dalam masyarakat ikut membentuk keadaan yang istimewa atau khusus ini pada usia lanjut.Pengertian Gerontologi dengan Geriatri sering dicampuradukkan. Ada perbedaan diantara keduanya.
Gerantologi : Ilmu yang mempelajari proses menjadi tuanya penduduk
Geriatri : Adalah merupakan bagian medik dari Gerantologi.
Geriatri adalah bagian dari cabang Ilmu Kedokteran yang mempelajari tentang pencegahan penyakit dan kekurangan pada usia lanjut antara lain dengan pemeriksaan, perawatan, after care dari usia lanjut yang sakit yang keadaan kesehatannya yang terutama dipengaruhi oleh proses ketuaannnya.
Apa usia lanjut itu? Kapan dan usia berapa seseorang dikatakan tua atau lanjut usia? Sukar manjawab dengan tepat karena perjalanan menjadi tua sangat berbeda pada tiap individu, pada suatu individu proses manjadi tua pada organ tubuhpun tidak sama terjadinya, sehingga adakalanya orang masih muda, tapi tanda-tanda tua sudah tampak padanya. Sebaliknya orang yang sudah mancapai usia 80 tahun adakalanya masih menunjukan vitalitas seperti orang muda. Pada seseorang jantungnya lebih dulu mengalami kerewelan, yang lain ginjalnya, yang lain otaknya dan sebagaiya. Maka dapatlah dikatakan umur kronologik tidak identik dengan umur biologik, hanya kadang-kadang keduanya tampak bersamaan. Belum ada umur yang pasti dalam penetapan usia lanjut karena pada umumnya banyak pendapat bahwa menua adalaha suatu proses fisiologik yang berlangsung perlahan-lahan dan efeknya berlainan pada tiap individu, sehingga sulit ditetapkan batas usia yang pasti untuk geriatri.
Untuk Indonesia secara umum setiap orang dari enam puluh tahun keatas dianggap usia lanjut (Pedoman Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwadi Indonesia, EdisiI, 1973)
Banyak teori yang telah dianjurkan untuk mencoba menerangkan tentang perubahan fisiologik pada usia lanjut hanya menunjukan manifestasi dari proses menjadi tua, tetapi bukan penyebab dari proses menua itu. Karena perubahan jasmani yang khas pada sebagian besar usia lanjut, penyesuaian tertentu diperlihatkan pula dalam pola hidup mereka.
Havighurst menyatakan hal yang berikut ini sebagai tuntutan perkembangan kematangan usia lanjut.
1. Penyesuaian diri pada ketahanan dan kesehatan fisik yang berkurang,
2. Penyesuaian diri dengan kematian istri atau suami,
3. Penyesuaian diri dengan masa pensiun dan berkurangnya pendapatan,
4. Menjalin hubungan yang lebih berarti dengan kelompok umur yang sama,
5. Kemampuan memenuhi kewajiban sosial dan kewarganegaraan,
6. Pengadaan pola hidup yang memuaskan.
Usia lanjut ditandai dengan adanya perubahan fisik dan perubahan mental, perubahan fisik yang konsisten dengan usia lanjut antara lain adalah :
a. Pendengaran berkurang sampai menjadi tuli
b. Penglihatan menjadi kabur karena pembentukan katarak
c. Gigi satu persatu tanggal
d. Kulit tampak keriput karena tidak elastis lagi dan kering
e. Sendi-sendi sudah kurang fleksibel dan kaku, terjadi perubahan osteoartritik
f. Otot-otot mengendor dan lemah
g. Daya pengecapan dan penciuman berkurang
h. Seringkali ada tremor
i. Perubahan fungsi organ internal, misalnya penyakitjantung, hipertensi dan diabetes.
Perubahan mental menyangkut bidang intelegensi (Intelek) dan emosi berbeda pada masing-masing individu.
Bidang Intelek :
a. Sering lupa tentang peristiwa yang baru saja terjadi
b. Tidak dapat berfikir cepat dan terang
c. Daya konsentrasi menurun
d. Disorientasi tempat, waktu dan orang (tidak mampu mengenal orang yang dekat dengannya)
e. Daya menimbang dan menilai(judgement) menurun
Bidang Emosi :
a. Cendering untuk menyendiri, sifat gotong royong menurun, tiap orang sibuk dengan urusannya sendiri.
b. Pesimistik, takut sakit, ada fikiran bahwa permulaan dari suatu penyakit merupakanawal dari suatu akhir, melankolik.
c. Kaku, terikat dengan tata cara lama, menolak ide baru, tidak mampu menyesuaikan diri dengan perubahan dalam hidup rutinnya ; kepala batu, tidak mau mendengarkan perkataan orang lain; suka menentang.
d. Mempunyai sifat seperti anak kecil
e. Mudah iri hati, mudah curiga, mudah merasa dibelakangi, mudah tersinggung, merasa cemas yang berlebihan. Mudah timbul kemarahan dan pertengkaran, bermusuhan terhadap orang lain, seringkali keluarga dekat.
f. Kadang-kadang keinginan erotik datang kembali, kadang-kadang berusaha untuk mengadakan hubungan seks dengan anak muda; ini merupakan usaha-usaha untuk meyakinkan diri dengan kemampuannya.
g. Tidak berbicara dengan suara keras dan kalau tertawa tidak terbahak-bahak.
Semua perubahan tersebut di atas adalah normal dan terjadi karena bertambahnya usia disertai dengan kemunduran jasmani, sensibilitas dan energi.
A. BENTUK PSIKOSA PADA USIA LANJUT
Tidak ada suatu bentuk yang dikatakan khas, karena ada bentuk yang bervariasi dalam gejala. Perlu diingat jika seseorang menjadi tua dan menderita gangguan jiwa maka maka ia akan membawa dalam penyakit tersebut semua sifat waktu silamnya yang terlihat lebih menonjol.
Pada orang usia lanjut perubahan patologik bersifat permanen dengan disertai memburuknya kondisi badan disebut “SENIL” atau yang sudah amat kita kenal yaitu “ deminsia senilis”. Seseorang yang menderita deminsia mengalami kemunduran mental yang irreversibel dan progresif, terutama daya ingat dan intelegensia akibat kerusakan jaringan otak. Pada permulaan pasian akan kehilangan daya ingat mengenai peristiwa yang baru saja terjadi, misalnya apakah ia sudah makan atau belum. Kemudian setelah agak lama peristiwa lamapun dilupakan pula.
Ada dua macam keadaan senil :
1. Demensia senilia : terjadi sesudah umur 60 tahun dengan kelianan otak terbatas pada atrofi oleh karena proses tua.
2. Demensia Prasenilis : terjadi sebelum 60 tahun akibat atrifi jaringan otak sebagian maupun menyeluruh. Keadaan ini mencakup penyakit alzheimer, Pick dan Jakob Greutzfeldt.
Kecuali ini dikenal pula Paranoia Involutif, depresi dan keadaan delerium seperti maniakal dan paranoia. Kadang-kadang juga terdapat suatu kelainan psikosa organik, ialah gangguan jiwa yang disebabkan oleh kelainan faktor jasmaniah yang mempengaruhi susunan system syaraf pusat/ otak. Hal ini biasanya bersifat sementara karena disebabkan dehydrasi, uremia, gangguan perdarahan dengan atau tanpa gangguan pembukuh darah otak (renjatan pasca rudapaksa otak dan tumor otak).
B. PERANAN PERAWAT DALAM PERAWATAN PASIEN USIA LANJUT
Dengan makin bertambahnya orang dengan usia diatas 60 tahun di masyarakat, karena meningkatnya keadaan kesehatan masyarakat, maka masyarakat dihadapkan pada hal yang membingungkan dalam merawat orang usia lanjut dalam jumlah yang besar sewaktu mereka menderita gangguan jiwa.
Perawat harus ikut bertanggung jawab dalam merawat pasien usia lanjut agar mereka dapat menjadi orang yang bahagia, sehat jasmani dan dapat bekerja sedapat mungkin serta selama mungkin dalam batas-batas kemampuan mereka secara konstruktif. Perawat hendaknya mampu melakukan hubungan antar pribadi yang memuaskan dengan pasien. Mereka membutuhkan toleransi dan keramah tamahan, perawat hendaknya mampu untuk mempermudah penyesuaian diri mereka di bangsal.
Prinsip perawatan pasien usila membahagiakan dan menyembuhkan mereka, perawat yang kerjanya hanya memerintah saja tidak cocok untuk bekerja diruangan ini. sebaiknya perawat yang bekerja disana ramah, suka melucu, dapat menstimulir pasien dalam aktivitas dan dapat membantu memecahkan problemnya diamping serlalu mempunyai waktu untuk pasien. Terlalu memanjakan hanya membuat pasien selalu tergantung pada perawat dan bersifat kekanak-kanakan. Perawat harus hormat kepada pasien. Perawatan pasien usila bukan merupakan perawatan yang mudah dan sederhana, untuk ini dituntut kecermatan, ketelitian dan displin diri sesuai dengan keadaan usia lanjut.
Perawat yang berhasil merawat pasien usia lanjut, tidak diragukan mempunyai kepribadian yang positif, minat yang tulus, kasih sayang terhadap sesama manusaia , sabar, bijaksana, ramah dan simpatik.
Ia harus mendapat kan kepuasan pribadi dengan menyadari bahwa ia telah membantu memberikan kebahagiaan pada pasiennya tanpa perlu melihat kemajuan yang besar yang didapatkan dari peningkatan keadaan pasien.
C. PERAWATAN INSTITUSIONAL BAGI PASIEN USILA
Orang usia lanjut sangat mudah menjadi bingung karena perubahan yang terjadi di lingkungannya dan karenanya ia akan merasa lebih bahagia, mudah diurus dan disorientasinya akan berkurang jika ia tetap ditempatkan dalam satu suasana yang mudah dikenalinya. Bagaimanapun beberapa individu memperlihatkan problema tingkah laku yang demikian sulitnya sehingga ia mungkin dapat menjadi kecewa dalam satu suasana yang tidak aman seperti di rumahnya sendiri. Mungkin perlu menempatkan mereka dalam satu lembaga dimana mereka diberikan pelayanan perawatan yang lebih teliti dan lebih diperhatikan daripada di rumah. Sayangnya dalam beberapa keadaan satu-satunya lembaga bagi pasien yang demikian adalah rumah sakit jiwa, walaupun biasanya ini merupakan bukan tempat yang ideal bagi pasien usila dengan gangguan jiwa.
Perencanaan yang matang diperlukan untuk mendirikan bangsal yang aman bagi pasien usila yang penglihatannya mungkin sudah kabur, keseimbangan terganggu dan langkahnyapun sudah tidak pasti.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
• Lantai tidak blh licin
• Keset atau permadani atau tikar kecil jangan dipakai karena pasien akan mudah tersandung dan jatuh.
• Kursi goyang tidak boleh disediakan karena jika pasien duduk di kursi demikian ia akan mudah terjungkir dan jatuh.
• Pegangan di didinding kamar mandi dan kakus perlu disediakan
• Sebaikmya kakus disediakan di dalam ruangan karena pasien usila lebih sering ke kakus, ruangan kakus hendaknya lapang sehingga kursi roda dapat masuk dan mengingat persendian pasien sudah kaku dan berduduk berdiri memerlukan tenaga, sebaiknya kakus berupa kloset.
• Tempat tidue harus rendah sehingga pasien mudah naik turun
• Sediakan kursi roda
• Lingkungan pasien harus menyenangkan, hangat seperti situasi di rumah, ada hiasan dalam ruangan dan dinding. banyak pasien yang senang akan gerakan yang tenang disekitarnya, misalnya ikan dalam aquarium. Sangat ideal jika disekeliling bangsal ada tanaman dengan bangku, dimana pasien dapat duduk santai melihat-lihat bunga pada hari yang cerah. Sebagian pasien tidak mengenal waktu, terutama karena mereka tidak dapat melihat jam, maka sebaiknya disediakan beberapa buah jam.
TINDAKAN PERAWATAN
1. Komunikasi
Tujuan perawatan pasien usia lanjut ialah untuk mengusahakan agar mereka bahagia dan produktif selama mungkin. Tugas pertama adalah mengusahakan agar mereka senang dan bahagia. Termasuk dalam hal ini antara lain menolong mereka merasakan disayangi, dikasihi, dicintai, diingini dan berguna. Perawat dapat menolong mereka merasakan bahwa mereka diingini ialah dengan memberikan mereka perhatian dan pujian. Perawat juga dapat mengusahakan agar keluarga pasien sering datang berkunjung dan membawa oleh-oleh. Perawat dapat mencarikan teman sebaya bagi mereka dan mengorganisir perkumpulan dan pertemuan, perawat dapat memberikan rasa aman bagi pasien dengan mengatakan bahwa ia dapat tidur ditempat tidur yang tetap, dapat memakai kursi, meja dan tempat lain di ruangan itu sehari-hari. Perawat dapat mengorganisir aktifitas di ruangan sesuai dengan kesenangan pasien. Pasien dapat ditolong merasakan bahwa ia berguna dengan memberinya semangat untuk mengurus dirinya dan barang-barang asal tidak bertentangan dengan pengobatan dan kemampuannya.
Terimalah mereka sebagaimana adanya yaitu mudah tersinggung, lamban, pelupa, jangan ditolak dengan tingkah laku nonverbal walaupun secara verbal ia diterima. Setiap komunikasi akan dipengaruhi oleh gejala yang diperlihatkan dan akan berbeda pada pasien dengan gejala paranoid dan pasien yang kebingungan, tetapi biasanya mudah didekati dan mudah berhubungan dengannya.
2. Perawatan fisik
a. Makanan dan minuman
Makanan harus sederhana, mudah dicerna, lunak, bergizi, dan dihidangkan dalam porsi kecil yang menarik. Porsi makan siang dapat lebih besar. Jika tidak disarankan dokter, paisen tidak perlu banyak makan daging, tetapi lebih banyak memerlukan susu dan sayuran. Mereka memerlukan waktu yang lebih lama untuk makan, mengingat indera pengecap mereka sudah berkurang, berikan kesempatan pada mereka untuk menilih makanannya sendiri jika mungkin.
Sebagian perawat beanggapan adalah tanggungjawabnya untuk menyuapi pasien apabila mereka melihat cara makan pasien yang lambat, usahakan sedapat mungkin agar pasien makan sendiri. Jika perawat menyuapi pasien untuk menjaga agar pasien bersih dan menghemat wakt, maka ia telah membuat satu kesalahan, karena dengan jalan ini ia telah menambah kemunduran pasien dan membuatnya tergantung pada perawat. Usahakan agar pasien sedapat mungkin melakukan apa yang dapat ia lakukan sendiri dalam batas-batas kemampuan fisik dan jiwanya. Dan peting sekali memelihara gigi dan gigi palsu mereka.
b. Tidur
Pasien mungkin susah tidur, sedangkan ia perlu istirahat. Ia harus aktif dan tidak
tidur pada siang hari agar dapat tidur pada malam harinya.
Pemberian susu panas, penggarukan punggung dan duduk dekat pasien akan menenangkan pasien dan membuatnya merasa aman untuk tidur. Kadang-kadang pasien takut tidur, karena takut tidak akan bangun lagi besoknya. Dengan duduk disampingnya, berbicara dan memperlihatkan minat padanya akan dapat menolongnya. Hindarkan agar pasien tidak selalu berbaring di tempat tidur karena dapat mengakibatkan :
1. Osteoprorsis dan akhirnya dapat menimbulkan batu ginjal dan batu kandung kemih. Keluhan pada osteoprosis umumnya sakit di pinggang, rasa sakit di punggung, ini menyebabkan pasien berbaring terus.
2. Spitsvoet ; Spitsvoet terjadi akibat sendi pergelangan kaki tidak dilatih, hal ini dapat dihindarkan dengan melatih jalan, menggerakkan persendian tersebut.
3. Kontraktur lutut dan kontraktur pinggul ; lutut menjadi kaku terutama apabila menggunakan bantal untuk menunjang lutut.
Kontraktur pinggul terjadi karena sikap setengah duduk . hal ini baru akan diketahui setelah pasien disuruh berjalan, ternyata pasien tidak dapat lagi berdiri tegak, apabila pasien harus berbaring terus di tempat tidur, maka konttraktur ini dapat dicegah dengan melatih secara teratur tidur telungkup. Kekakuan sendi lain juga dapat terjadi apabila pasien tidak menggunakannya atau melatihnya.
4. Atropi otot
Pada pasien yang berbaring terus dapat mempercepat atropi otot dan merasa sangat lelah. Tanpa latihan khusus sangat sukar mengaktifkan pasien kembali dan pasien cenderung berbaring terus.
5. Gangguan peredaran darah
Peredaran darah menjadi lambat dan akhirnya dapat menimbulkan trombosis dan emboli.
6. Gangguan saluran pernafasan
Pasien yang lama berbaring terus di tempat tidur mudah terserang bronchitis, bronchopneumonia, dan hipostatic pneumonia.
7. Gangguan saluran pencernaan
Nafsu makan berkurang, dapat terjadi obstipasi. Jiga dapat menyebabkan incontinensia alvidan elius.
8. Gangguan jiwa dapat terjadi karena terbatasnya lingkungan akibat harus tinggal di tempat tidur. Akibatnya secara perlahan-lahan pasien menarik diri ke masa bayi dan disorientasi. Juga kadang-kadang disertai dengan main fseces. Apabila pasien dilatih dan diaktifkan kembali dapat dilihat bahwa kepribadiannya dapat sebagian atau seluruhnya kembali.
Jika pasien harus tinggal ditempat tidur, perawat harus membantu mendudukan pasien beberapa kali sehari ditempat tidur dan pasien disuruh bernafas dalam.
Latihan ini membantu melancarkan peredaran darah dan merangsang pernafasan.
c. Kulit
Inkontinensia berbahaya bagi kulit pasien usia lanjut yang sudah keriput, kering dan kurang elastik. Kulit pasien mudah lecet kena sabun, karena itu pasien jangan dimandikan terlalu sering tetapi harus dibersihkan dengan lotion kapanpun diperlukan.
d. Penampilan
Penglihatan yang kabur dan kemunduran motorik dapat mengakibatkan pasien sukar untuk berpakaian rapi, ia mungkin bingung dan lebih memerlukan banyak waktu serta tidak dapat memutuskan pakaian apa yang harus dipakai. Ia mungkin inkontinen dan tidak menukar pakaiannya. Ia mungkin menolak untuk menukar pakaiannya dan mendesak untuk tetap memakai pakaian yang sama setiap hari. Perlu kasabaran dan berikan dukungan agar pasien mau selalu berpakaian bersih dan rapi. Juga harus diperhatikan agar pasien tidak kedinginan, jika cuaca dingin mungkin pasien memerlukan pakaian ekstra agara ia tetap hangat.
3. Perlindungan
Pasien perlu dilindungi dari dirinya sendiri, pasien mungkin bingung (confusid), sering keluyuran dan mudah tersesat, ketiduran saat sedang merokok, atau dapat jatuh tersandung karena benda kecil yang dapat terlihat olehnya, maka diperlukan perlindungan dan observasi yang terus menerus, ia mungkin mencuri barang pasien lain, kadang-kadang agresif sehingga pasien lain harus dilindungi. Walaupun wahamnya sudah menetap, perawat harus selalu memberi orientasi. Jika ilusinya membuatnya tidak dapat tidur, mungkin lampu yang diredupkan dapat membantu. Ciptakanlah lingkungan yang aman bagi pasien.
Prinsip perawatan pasien usila :
1. Menciptakan lingkungan yang aman, hangat dan penuh kasih sayang (t.l.c= tender love care).
2. Jangan memaksakan ide atau perilaku baru kepada pasien
3. Mengusahakan pasien selalu merasa senang dan bahagia
4. Mengusahakan kesehatan fisik pasien
5. Mengusahakan agar pasien dapat mengurus dirinya sendiri
6. Mengusahakan agar pasien berperan aktif dalam terapi okupasi dan kegiatan lain
7. Merancanakan keperawatan setiap pasien sesuai kebutuhannya
8. Menolong pasien agar ia dapat merasakan bahwa ia dibutuhkan dan berguna
9. Perawat harus mengetahui bahwa terapi usila tidak hanya ditujukan untuk memperpanjang usia harapan hidup, tetapi untuk meneruskan satu kehidupan yang bahagia.
ASKEP JIWA LANSIA
PENDAHULUAN
6,9% dari total penduduk indonesia (15,4 juta jiwa) pada tahun 2000 adalah lansia
Tiap tahun jumlah lansia cenderung bertambah/ meningkat
Lansia merupakan proses penuaan alamiah, yaitu terjadi :
- Penurunan fungsi tubuh
- Penurunan adaptasi terhadap stress
Teori menua :
- Biologi
- Psikologi
- Sosial budaya
a. Teori Biologi
Teori progresi biologi, kognitif dan psikomotor yang irrevesible
b. Teori Psikologi
Integritas VS putus asa (teori Erikson)
c. Teori Sosial Budaya
Teori pelepasan merupakan manifestasi dari kemunduran aktivitas, dan cenderung membentuk kelompok dengan teman sebaya (Aging merupakan suatu proses yang normal)
PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Interview
Diperlukan komunikasi terapeutik
1. Topik spesifik, singkat dan jelas, waktu cukup, tehnik yang digunakan
klarifikasi
2. Ciptakan tempat/ lingkungan yang nyaman karena lingkungan baru seringkali
membuat stress.
3. Tempat duduk yang nyaman dan rileks, sehingga dapat duduk dengan tenang
4. Berbicara dan gerakan harus lambat karena pada lansia terjadi gangguan
Sensori
b. Pengkajian kemampuan fungsi
1. Mobilisasi sebagai kemampuan untuk
- Bergerak/ berpindah
- Partisipasi dalam keluarga
- Kontak dengan orang lain
2. ADL
Mandi, berpakaian, makan, BAB & BAK, gerakan menyisir, menyiapkan makan, berbelanja
d. Fungsi fisiologi
1. Nutrisi; mandiri atau dibantu, gangguan mengunyah
2. Medikasi
e. Dukungan sosial
– Interaksi keluarga/ klien untuk adaptasi, kerjasama dan perhatian
DIAGNOSIS
a. Depresi
– Harga diri rendah
– Resiko tinggi merusak diri
– Intoleransi aktifitas
– Defisit perawatan diri
– Gangguan pola tidur
– Perubahan proses fikir
b. Delirium
– Perubahan sensori persepsi
– Kerusakan interaksi sosial
c. Demensia
– Kerusakan komunikasi verbal
– Perubahan penampilan peran
– Defisit perawatan diri
– Kerusakan interaksi sosial
d. Delusi
– Perubahan proses fikir
- Kerusakan interaksi sosial
e. Ansietas
– Koping individu inefektif
– Ansietas
– Intoleransi aktivitas
PERENCANAAN/ INTERVENSI
A. Terapi lingkungan
- Perasaan aman, tenang
- Minimalkan perilaku distruktive
- Stimulasi kognitif untuk memperbaiki fungsi kognitif
B. Terapi somatik
- E C T
- Psychotropic medication
C. Intervensi interpersonal
- Psycoterapi
- Life review terapi
Individu/ kelompok seperti menceritakan riwayat hidup
- Orientasi realita; waktu, tempat, orang (struktur lingkungan; jam, alamat dan kontak realitas)
- Latihan dan terapi kognitif untuk melatih daya ingat
- Terapi relaksasi; cara sederhana untuk relaksasi, nafas dalam
- Konseling untuk meningkatkan empati dan percaya diri
- Pendidikan klien dan keluarga
EVALUASI
- Peningkatan fungsi kognitif
- Peningkatan ADL (Self Care)
- Kesehatan emosional
DIAGNOSA YANG SERING DITEMUKAN :
1. Gangguan daya ingat
- Sebutkan nama perawat dan panggil nama klien pada awal percakapan
- Topik yang akan dibicarakan dipilih oleh klien
- Hindarkan konfrontasi bila pernyataan klien salah
- Penataan barang pribadi jangan dirubah
- Laksanakan program orientasi
2. Gangguan orientasi realitas
- Berikan nama/ petunjuk/ tanda yang jelas pada kamar/ ruangan klien
- Semua petugas memakai nama yang dapat dibaca dengan jelas
- Orientasikan klien pada barang milik pribadi
- Sediakan alat-alat penunjuk waktu (jam yang berbunyi, kalender)
- Terapi aktifitas kelompok dengan program orientasi realita
3. Gangguan perawatan diri
- Buat jadwal mandi, ganti pakaian
- Ajarkan cara mandi secara bertahap
a. Peralatan mandi
b. Langkah-langkah mandi
c. Privacy
- Ajarkan cara berpakaian
a. Langkah-langkah berpakaian
b. Hindarkan kancing dan resleting
c. Instruksi sederhan dan berulang
d. Privacy
- Ajarkan BAB & BAK pada tempatnya
a. Anjurkan ke WC setiap 2 jam setelah makan, sebelum/ sesudah tidur
b. Beri pujian
4. Isolasi sosial
- Kontak dengan keluarga dan teman dekat
- Dorong berhubungan dengan orang lain
- Masukkan dalam kelompok ektifitas
- Buat jadwal kontak sosial secara teratur
5. Resti terjadi kecelakaan
- Beri alat bantu : kaca mata, tonglat, alat bantu pendengaran
- Observasi dan jauhkan alat-alat berbahaya
- Ciptakan lingkungan yang aman : lantai tidak licin, penerangan cukup
6. Resti gangguan pola tidur
- Buat jadwal tetap untuk tidur dan bangun
- Hindari tidur diluar jam tidur
- Hindari tidur siang lebih dari 1 jam
- Mandi sore dengan air hangat
- Minum susu hangat sebelum tidur
- Lakukan metode relaksasi
(MATERI KEPERAWATAN JIWA I)
No comments:
Post a Comment