Showing posts with label Materi Kuliah KMB II. Show all posts
Showing posts with label Materi Kuliah KMB II. Show all posts

Thursday, January 24, 2013

ASKEP GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN

PENGKAJIAN

A. RIWAYAT KEPERAWATAN /KESEHATAN

DATA BIOGRAFI
• Nama
• Usia
• Jenis kelamin
• Suku
• Status perkawinan
• Agama
• Pekerjaan
KELUHAN UTAMA
• Nyeri mulut, kerongkongan, perut atau rectum
• Kesulitan menelan
• Perubahan BAB, feses

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
• P : Apa yang menyebabkan gejala ? Apa saja yang dapat mengurangi atau memperberat ?
• Q : Bagaimana gejala dirasakan, nampak atau terdengar ?
• R : Di mana gejala terasa ? Apa menyebar ?
• S : Seberapakah keparahan dirasakan ?
• T : Kapan gejala mulai timbul ? Seberapa sering gejala terasa ? Apa tiba-tiba atau bertahap ?

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
• Bayi : warna, jumlah dan konsistensi feses
• Bumil : konstipasi akibat perubahan letak kolon sehingga peristaltic menurun
• Lansia : kemunduran fungsi pencernaan dan ketahanan terhadap makanan abibat perubahan motilitas.


POLA PEMELIHARAAN KESEHATAN
• Kebiasaan merokok
• Minum alcohol
• Penggunaan kafein
• Perawatan gigi dan gusi
• Aktifitas/olah raga
• Sumber stress
POLA PERANAN-KEKERABATAN
• Apakah pasien baru dating dari suatu daerah
• Kebiasaan makan keluarga
• Apakah ada masalah psikologis (menimbulkan masalah makan dan pola eliminasi).

B. PEMERIKSAAN FISIK

PEMERIKSAAN RONGGA MULUT

INSPEKSI :
• Bibir dan rahang : warna, tekstur, lesi, simetris dan pembengkakan.
• Gigi : ompong, keropos, goyah dan berlobang.
• Mukosa/bagian dalam mulut : kemerahan, pucat, bercak putih, plak, ulkus dan perdarahan.
PALPASI :
• Nyeri tekan
• Mobilitas
• Pembengkakan

PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN

INSPEKSI :
1. Permukaan perut/abdomen
Tegang, licin, tipis --- pembesaran perut
Mengeriput --- setelah pelebaran, pengembangan, distensi
Kulit perut menjadi kuning
Adanya pelebaran vena pada permukaan abdomen
Kulit dinding perut tampak tebal
2. Bentuk perut
Normal : simetris
Simetris :
- Penimbunan cairan dirongga perut
- Penimbunan udara dalam usus
- Terlalu gemuk
Asimetris :
- Tumor dalam rongga perut
- Pembengkakan organ perut
- Hamil (normal)
3. Gerakan dinding perut
Normal : mengempis pada ekspirasi dan mengembang pada inspirasi
Bila diafragma lumpuh terjadi gerak dinding perut yang berlawanan
Gerakan setempat disebabkan oleh gerak usus (peristaltic)
Pada orang tua dan kurus, gerakan peristaltic jelas terlihat.

4. Denyutan perut
Pada orang kurus ditemukan pada daerah epigastrium
Secara patologis untuk menandakan adanya pembengkakan ventrikel kanan jantung
Denyutan pada hipokondrium kanan merupakan denyutan pada vena hati akibat dekompensasi kordis.

PALPASI ABDOMEN
1. Tempat nyeri tekan
Dimulai dari area yang tidak nyeri
Nyeri menunjukkan peradangan baik peritoneum atau organ perut
Peritonitis ---- paling sakit
2. Bagian perut yang tegang
Rigit (kaku)
Pada orang dengan tegang mental, dinding perut dapat tegang sekali dan dapat mengenai seluruh perut
Pada peritonitis seluruh perut tegang disertai nyeri menyeluruh
Gejala kekakuan pada otot perut disebut defense muskulus.
3. Organ-organ di rongga perut
Palpasi lambung :
Meliputi 3 hal yaitu :
- Nyeri tekan
- Karsinoma/tumor lambung
- Dilatasi lambung
Dilatasi lambung terjadi akibat stenosis pylorus
Normal : 5 jam sesudah makan minum lambung kosong
Palpasi hati :
Normal : tidak teraba
Bila teraba bagaimana sifatnya ; tajam/tumpul (tepi hepar), permukaan ; rata/benjol, konsistensi ; keras/kenyal.
Palpasi kandung empedu :
Normal : tidak teraba
Bila peradangan dijumpai tanda khas Murphy sign yaitu terhentinya pernafasan sejenak pada puncak inspirasi karena terasa nyeri pada saat palpasi.
Palpasi limpa
Normal : tidak teraba
Pada infeksi akut limpa menjadi besar dengan konsistensi lunak.
Palpasi ginjal :
Bagian bawah ginjal kanan dapat teraba pada orang sehat dengan dinding perutnya lemas.
Peradangan ginjal dapat disangsikan dengan perabaan kandung empedu.
Palpasi colon
Pada umumnya tidak teraba, kecuali bila berisi udara/feses sehingga akan teraba suatu benjolan berbentuk sosis.

4. Benjolan di dalam perut
Adanya benjolan didalam perut dipalpasi untuk menentukan ; posisi, ukuran, konsistensi, bentuk dan motilitas.
5. Cairan bebas di rongga perut
Palpasi organ sukar dilakukan
Cara Dipping yaitu menekan dinding perut dengan cepat dan dalam menggunakan ujung-ujung jari.
6. Palpasi lobang hernia
Adanya penonjolan di atas dinding perut, dapat ditentukan apakah karena tumor atau sebagian isi rongga abdomen menonjol melalui lobang hernia.
Hernia dapat ditimbulkan karena adanya tempat-tempat yang mempunyai kelemahan local.

PERKUSI ABDOMEN
1. Pembesaran organ
2. Udara bebas dalam perut
3. Cairan bebas dirongga perut

Normal : Tympani
Kecuali di bawah arcus costa kanan/kiri karena ada hati dan limpa
Bila pada usus terisi udara maka semua daerah tympani
Asites penuh disebut gross asites
Ditemui shifting dullness yaitu adanya suara redup pada pergeseran dan berubah menjadi tympani, seperti : sirosis hepatic dengan asites.

AUSKULTASI ABDOMEN
1. Suara/bunyi peristaltic usus
Menghilang jika usus lumpuh pada ileus paralitik
Meninggi pada penyumbatan usus (metalik sound)
Mengeras pada diare
2. Gerakan cairan
Hanya didengar daerah hipogastrium kiri/hipokondrium kiri
3. Bising pembuluh darah
Normal : tidak terdengan
Terdengan bila penyumbatan/penyempitan yaitu sistolik.

KLASIFIKASI GANGGUAN SALURAN PENCERNAAN

1. GANGGUAN PENELANAN
• Muntah
• Peradangan mulut
• Gangguan osofagus
• Kanker mulut dan osofagus
2. GANGGUAN PENCERNAAN
• Gastritis
• Ulserasi lambung dan duodenum
• Kanker lambung
• Sindroma malabsorpsi
3. GANGGUAN ELIMINASI
• Peradangan usus
• Ileus
• Hernia
• Lesi anorektal
• Kanker kolorektal

GANGGUAN PENELANAN

Muntah
Subjektif :
- Mengalami muntah
- Persepsi pasien terhadap penyebab muntah.
Objektif :
- Observasi terhadap muntah (perubahan warna , bau)

Peradangan mulut
Subjektif :
- Rasa sakit dalam mulut
- Kehilangan nafsu makan
- mual
- Mulut teraba kotor
- Peningkatan atau penurunan saliva
Objektif :
- Inspeksi mulut : kebersihan, kondisi geligi, tanda-tanda radang, perdarahan selaput mukosa atau gusi
- Kemampuan pasien untuk memelihara oral hygiene : status mental, kebersihan setelah oral hygiene

Gangguan osofagus
Subjektif :
- Sukar menelan
- Nyeri ulu hati
- Regurgitasi
Objektif :
- Menelan/rangsang palpasi dinding leher
- Refleks muntah/rangsang lidah post/faring

Kanker mulut dan osofagus
Objektif :
- Kondisi mulut : keutuhan selaput mulut
- Pola makan : kemampuan penyesuaian diri dengan beberapa makanan
- Kemampuan menelan : aspirasi, tersedak, masuk ke hidung, dan keluar air liur
ketika menelan.
- Komunikasi verbal
- Penampilan wajah
- Kesulitan menelan

GANGGUAN PENCERNAAN

Gastritis
Subjektif :
- Anoreksia
- Mual
Objektif :
- Muntah (jumlah, frekuensi, adanya darah)
- Tanda gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit (haus, penurunan turgor, selaput mukosa kering, oliguria, otot lemah)

Ulserasi lambung dan duodenum
Subjektif :
- Rasa sakit (lokasi, karakteristik)
Objektif :
- Tanda perdarahan (hematemesis)
- Perforasi
- Obstruksi

Kanker lambung
Subjektif :
- Tanda awal tidak diketahui
- Menimbulkan tanda-tanda obstruksi osofagus/pylorus (nyeri ulu hati, cepat kenyang)

Sindroma malabsorpsi
Objektif :
- Feces (warna terang, kotor penuh lemak, konsistensi, bau)

GANGGUAN ELIMINASI

Peradangan usus akut
Subjektif :
- Anoreksia, mual, ketidaknyamanan pada perut
Objektif :
- Muntah (frekuensi, jumlah, warna)
- Feces (frekuensi, karakteristik, jumlah cairan, bau busuk)
- Kembung (akumulasi gas)
- Tanda-tanda ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.

Obstruksi usus
Objektif :
- Bising usus
- Muntah
- Nyeri abdomen
- Perut kembung
- Out put urine
- Tanda-tanda vital

Hernia
Subjektif :
- Nyeri
Objektif :
- Menonjolnya suatu organ melalui defek

Kanker kolon
Subjektif :
- Kesulitan BAB/konstipasi
- Perasaan BAB belum tuntas
Objektif :
- Darah dalam feces, meningkatnya BAB

C. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
• Barium Kontras
• USG
• Sinar X
• Arteriografi
• Endoskopi

DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bd dispagia, rasa tidak enak setelah makan, anoreksia, kehilangan permukaan absorpsi dari usus.
• Nyeri bd inflamasi esophagus, iritasi mukosa lambung, usus, distensi, kekakuan.
• Risiko terhadap aspirasi bd kerusakan menelan
• Risiko kurang volume cairan bd muntah, diare
• Konstipasi bd diet rendah serat, immobilisasi, penurunan masukan
• Perubahan eliminasi usus bd manipulasi operasi, immobilisasi, gangguan masukan nutrisi
• Risiko kerusakan integritas jaringan bd peningkatan risiko drainase luka operasi, perubahan sirkulasi.
• Gangguan citra tubuh bd perubahan fungsi usus (ileostomi, kolostomi)
• Kurang pengetahuan bd kurang informasi tentang kebutuhan perawatan di rumah


Materi Kuliah KMB II

ASKEP GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER

PENGKAJIAN

RIWAYAT KESEHATAN/KEPERAWATAN

Keluhan Utama :
• Nyeri dada
• Sesak nafas
• Edema

Riwayat Kesehatan :
Digunakan untuk mengumpulkan data tentang kebiasaan yang mencerminkan refleksi perubahan dan sirkulasi oksigen.
• Nyeri ---- lokasi, durasi, awal pencetus, kwalitas, kuantitas, faktor yang memperberat/memperingan, tipe nyeri.
• Integritas neurovaskuler ---- mengalami panas, mati rasa, dan perasaan geli.
• Status pernafasan ---- sukar bernafas, nafas pendek, orthopnoe, paroxysmal nocturnal dyspnoe dan efek latihan pada pernafasan.
• Ganngguan sirkulasi ---- peningkatan berat badan, perdarahan, pasien sudah lelah.
• Riwayat kesehatan sebelumnya ---- penyekit yang pernah diderita, obat-obat yang digunakan dan potensial penyakit keturunan.
• Kebiasaan pasien ---- diet, latihan, merokok dan minuman.

Riwayat Perkembangan :
Struktur system kardiovaskuler berubah sesuai usia.
• Efek perkembangan fisik denyut jantung.
• Produksi zat dalam darah.
• Tekanan darah.

Riwayat Sosial :
• Cara hidup pasien.
• Latar belakang pendidikan
• Sumber-sumber ekonomi.
• Agama.
• Kebudayaan dan etnik.

Riwayat Psikologis :
Informasi tentang status psikologis penting untuk mengembangkan rencana asuhan keperawatan.
• Mengidentifikasi stress/sumber stress.
• Mengidentifikasi cara koping, mekanisme dan sumber-sumber coping.

PENGKAJIAN FISIK

JANTUNG
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan fisik umum dan khusus pada jantung. Sebelum melakukan pemeriksaan fisik khusus pada jantung, maka penting terlebih dahulu melihat pasien secara keseluruhan/keadaan umum termasuk mengukur tekanan darah, denyut nadi, suhu badan dan frekuensi pernafasan.
Keadaan umum secara keseluruhan yang perlu dilihat adalah :
• Bentuk tubuh gemuk/kurus
• Anemis
• Sianosis
• Sesak nafas
• Keringat dingin
• Muka sembab
• Oedem kelopak mata
• Asites
• Bengkak tungkai/pergelangan kaki
• Clubbing ujung jari-jari tangan
Pada pasien khususnya penyakit jantung amat penting melakukan pemeriksaan nadi adalah :
• Kecepatan/menit
• Kuat/lemah (besar/kecil)
• Teratur atau tidak
• Isi setiap denyut sama kuat atau tidak.

INSPEKSI
Lihat dan perhatikan impuls dari iktus kordis
Mudah terlihat pada pasien yang kurus dan tidak terlihat pada pasien yang gemuk atau emfisema pulmonum. Yang perlu diperhatikan adalah Titik Impuls Maksimum (Point of Maximum Impulse). Normalnya berada pada ruang intercostals V pada garis midklavikular kiri. Apabila impuls maksimum ini bergeser ke kiri berarti ada pembesaran jantung kiri atau jantung terdorong atau tertarik kekiri.
Toraks/dada
Pasien berbaring dengan dasar yang rata. Pada bentuk dada “Veussure Cardiac” dinding totaks di bagian jantung menonjolm menandakan penyekit jantung congenital. Benjolan ini dapat dipastikan dengan perabaan.
Vena Jugularis Eksterna (dileher kiri dan kanan)
Teknik :
• Posisi pasien setengah duduk dengan kemiringan ± 45º
• Leher diluruskan dan kepala menoleh sedikit kekiri pemeriksa di kanan pasien
• Perhatikan vena jugularis eksterna yang terletak di leher ; apakah terisi penuh/sebagian, di mana batas atasnya bergerak naik turun.
• Dalam keadaan normal vena jugularis eksterna tersebut kosong/kolaps.
• Vena jugularis yang terisi dapat disebabkan oleh :
- Payah jantung kanan (dengan atau tanpa jantung kiri).
- Tekanan intra toraks yang meninggi.
- Tamponade jantung.
- Tumor mediastinum yang menekan vena cava superior.

PALPASI

Palpasi dapat mengetahui dan mengenal ukuran jantung dan denyut jantung. Point of Maximum Impuls dipalpasi untuk mengetahui getaran yang terjadi ketika darah mengalir melalui katup yang menyempit atau mengalami gangguan.
Dengan posisi pasien tetap terlentang kita raba iktus kordis yang kita amati pada inspeksi. Perabaan dilakukan dengan 2 jari (telunjuk dan jari tengah) atau dengan telapak tangan.
Yang perlu dinilai adalah :
• Lebar impuls iktus kordis
• Kekuatan angkatnya
Normal lebar iktus kordis tidak melebihi 2 jari. Selain itu perlu pula dirasakan (dengan telapak tangan) :
• Bising jantung yang keras (thrill)
• Apakah bising sistolik atau diastolic
• Bunyi murmur
• Friction rub (gesekan pericardium dengan pleura)
Iktus kordis yang kuat dan melebar tanda dari pembesaran/hipertropi otot jantung akibat latihan/atlit, hipertensi, hipertiroid atau kelainan katup jantung.

PERKUSI

Dengan posisi pasien tetap berbaring/terlentang kita lakukan pemeriksaan perkusi. Tujuannya adalah untuk menentukan batas jantung (batas atas kanan kiri). Teknik perkusi menuntut penguasaan teknik dan pengalaman, diperlukan keterampilan khusus. Pemeriksa harus mengetahui tentang apa yang disebut sonor, redup dan timpani.

AUSKULTASI

Pemeriksaan auskultasi untuk menentukan denyut jantung, irama jantung, bunyi jantung, murmur dan gesekan (rub).

Bunyi jantung perlu dinilai kualitas dan frekuensinya. Bunyi jantung merupakan refleksi dari membuka dan menutupnya katup dan terdengar di titik spesifik dari dinding dada.
Bunyi jantung I (S1) dihasilkan oleh penutupan katup atrioventrikuler (mitral dan trikuspidalis).
Bunyi jantung II (S2) disebabkan oleh penutupan katup semilunar (aorta dan pulmonal).
Bunyi jantung III (S3) merupakan pantulan vibrasi ventrikuler dihasilkan oleh pengisian ventrikel ketika diastole dan mengikuti S2.
Bunyi jantung IV (S4) disebabkan oleh tahanan untuk mengisi ventrikel pada diastole yang lambat karena meningkatnya tekanan diastole ventrikel atau lemahnya penggelembungan ventrikel.
Bunyi bising jantung disebabkan oleh pembukaan dan penutupan katup jantung yang tidak sempurna. Yang perlu diperhatikan pada setiap bising jantung adalah :
• Apakah bising sistolik atau diastolic atau kedua-duanya.
• Kenyaringan (keras-lemah) bising.
• Lokasi bising (yang maksimal).
• Penyebaran bising.
Adapun derajat kenyaringan bising jantung dipengaruhi oleh :
• Kecepatan aliran darah yang melalui katup.
• Derajat kelainan/gangguan katup.
• Tebal tipisnya dinding toraks.
• Ada tidaknya emfisema paru.
Tingkat kenyaringan bising jantung meliputi :
• Tingkat I : sangat lemah, terdengar pada ruangan amat sunyi.
• Tingkat II : lemah, dapat didengar dengan ketelitian.
• Tingkat III : nyaring, segera dapat terdengar/mudah didengar.
• Tingkat IV : amat nyaring tanpa thrill.
• Tingkat V : amat nyaring dengan thrill (getaran teraba)
• Tingkat VI : dapat didengar tanpa stetoskop.

Murmur adalah bunyi hasil vibrasi dalam jantung dan pembuluh darah besar disebabkan oleh bertambahnya turbulensi aliran. Pada murmur dapat ditentukan :
• Lokasi : daerah tertentu/menyebar
• Waktu : setiap saat, ketika sistolik/diastolic.
• Intensitas :
Tingkat 1 : sangat redup.
Tingkat 2 : redup
Tingkat 3 : agak keras
Tingkat 4 : keras
Tingkat 5 : sangat keras
Tingkat 6 : kemungkinan paling keras.
• Puncak : kecepatan aliran darah melalui katup dapat berupa rendah, medium dan tinggi.
• Kualitas : mengalir, bersiul, keras/kasar, musical, gaduh atau serak.

Gesekan (rub) adalah bunyi yang dihasilkan oleh parietal dan visceral oleh perikarditis. Bunyi kasar, intensitas, durasi dan lokasi tergantung posisi klien.

PEMBULUH DARAH

INSPEKSI
Pada pemeriksaan ini untuk mengobservasi warna, ukuran dan sirkulasi perifer.

PALPASI
Untuk mengetahui suhu, edema dan denyutan. Pemeriksa dapat menekan tempat tersebut dengan ketentuan :
+ 1 = cekung sedikit yang cepat hilang.
+ 2 = cekung menghilang dalam waktu 10-15 detik.
+ 3 = cekung dalam yang menghilang dalam waktu 1-2 menit.
+ 4 = bebas cekungan hilang dalam waktu 5 menit atau lebih.

AUSKULTASI
Pada pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendengar bunyi arteri.

Materi Kuliah KMB II

ASKEP GAGAL JANTUNG

PENGERTIAN
Gagal jantung adalah suatu keadaan dimana jantung tidak mampu lagi memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi untuk metabolisme jaringan tubuh, sedangkan tekanan pengisian ke dalam jantung masih cukup tinggi.

PENYEBAB
Terjadinya gagal jantung dapat disebabkan :
1. Disfungsi miokard (kegagalan miokardial)
Ketidakmampuan miokard untuk berkontraksi dengan sempurna mengakibatkan isi sekuncup ( stroke volume) dan curah jantung (cardiac output) menurun.
2. Beban tekanan berlebihan-pembebanan sistolik (systolic overload)
Beban sistolik yangb berlebihan diluar kemampuan ventrikel (systolic overload) menyebabkan hambatan pada pengosongan ventrikel sehingga menurunkan curah ventrikel atau isi sekuncup.
3. Beban volum berlebihan-pembebanan diastolic (diastolic overload)
Preload yang berlebihan dan melampaui kapasitas ventrikel (diastolic overload) akan menyebabkan volum dan tekanan pada akhir diastolic dalam ventrikel meninggi. Prinsip Frank Starling ; curah jantung mula-mula akan meningkat sesuai dengan besarnya regangan otot jantung, tetapi bila beban terus bertambah sampai melampaui batas tertentu, maka curah jantung justru akan menurun kembali.
4. Peningkatan kebutuhan metabolic-peningkatan kebutuhan yang berlebihan (demand overload)
Beban kebutuhan metabolic meningkat melebihi kemampuan daya kerja jantung di mana jantung sudah bekerja maksimal, maka akan terjadi keadaan gagal jantung walaupun curah jantung sudah cukup tinggi tetapi tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh.
5. Gangguan pengisian (hambatan input).
Hambatan pada pengisian ventrikel karena gangguan aliran masuk ke dalam ventrikel atau pada aliran balik vena/venous return akan menyebabkan pengeluaran atau output ventrikel berkurang dan curah jantung menurun.

GAGAL JANTUNG KIRI
Gagal jantung kiri atau gagal jantung ventrikel kiri terjadi karena adanya gangguan pemompaan darah oleh ventrikel kiri sehingga curah jantung kiri menurun dengan akibat tekanan akhir diastolic dalam ventrikel kiri dan volum akhir diastolic dalam ventrikel kiri meningkat.
GEJALA :
• Perasaan badan lemah
• Cepatl lelah
• Berdebar-debar
• Sesak nafas
• Batuk Anoreksia
• Keringat dingin.
• Takhikardia
• Dispnea
• Paroxysmal nocturnal dyspnea
• Ronki basah paru dibagian basal
• Bunyi jantung III

GAGAL JANTUNG KANAN
Gagal jantung kanan karena gangguan atau hambatan pada daya pompa ventrikel kanan sehingga isi sekuncup ventrikel kanan menurun tanpa didahului oleh adanya gagal jantung kiri.

GEJALA :
• Edema tumit dan tungkai bawah
• Hati membesar, lunak dan nyeri tekan
• Bendungan pada vena perifer (jugularis)
• Gangguan gastrointestinal (perut kembung, anoreksia dan nausea) dan asites.
• Berat badan bertambah
• Penambahan cairan badan
• Kaki bengkak (edema tungkai)
• Perut membuncit
• Perasaan tidak enak pada epigastrium.
• Edema kaki
• Asites
• Vena jugularis yang terbendung
• Hepatomegali

GAGAL JANTUNG KONGESTIF
Bila gangguan jantung kiri dan jantung kanan terjadi bersamaan. Dalam keadaan gagal jantung kongestif, curah jantung menurun sedemikian rupa sehingga terjadi bendungan sistemik bersama dengan bendungan paru.

GEJALA :
• Kumpulan gejala gagal jantung kiri dan kanan.

PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan gagal jantung kongestif dengan sasaran :
1. Untuk menurunkan kerja jantung
2. Untuk meningkatkan curah jantung dan kontraktilitas miokard
3. Untuk menurunkan retensi garam dan air.

TIRAH BARING
Tirah baring mengurangi kerja jantung, meningkatkan tenaga cadangan jantung dan menurunkan tekanan darah dengan menurunkan volume intra vaskuler melalui induksi diuresis berbaring..

OKSIGEN
Pemenuhan oksigen akan mengurangi demand miokard dan membantu memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.

TERAPI NITRAT DAN VASODILATOR KORONER
Menyebabkan vasodilatasi perifer dan penurunan konsumsi oksigen miokard.

DIURETIK
Diuretik memiliki efek antihipertensi dengan meningkatkan pelepasan air dan garam natrium sehingga menyebabkan penurunan volume cairan dan merendahkan tekanan darah.

DIGITALIS
Digitalis memperlambat frekuensi ventrikel dan meningkatkan kekuatan kontraksi, peningkatan efisiensi jantung. Saat curah jantung meningkat, volume cairan lebih besar dikirim ke ginjal untuk filtrasi dan ekskresi dan volume intravascular menurun.

INOTROPIK POSITIF
Dobutamin adalah obat simpatomimetik dengan kerja beta 1 adrenergik. Efek beta 1 meningkatkan kekuatan kontraksi miokardium (efek inotropik positif) dan meningkatkan denyut jantung (efek kronotropik positif).

SEDATIF
Pemberian sedative untuk mengurangi kegelisahan bertujuan mengistirahatkan dan memberi relaksasi pada klien.

DIET
Pengaturan diet membuat kerja dan ketegangan otot jantung minimal. Selain itu pembatasan natrium ditujukan untuk mencegah, mengatur, atau mengurangi edema.

PENGKAJIAN

RIWAYAT KESEHATAN/KEPERAWATAN

Keluhan Utama :
• Lemah beraktifitas
• Sesak nafas

Riwayat Penyakit Sekarang :
• Penyebab kelemahan fisik setelah melakukan aktifitas ringan sampai berat.
• Seperti apa kelemahan melakukan aktifitas yang dirasakan, biasanya disertai sesak nafas.
• Apakah kelemahan fisik bersifat local atau keseluruhan system otot rangka dan apakah disertai ketidakmampuan dalam melakukan pergerakan.
• Bagaimana nilai rentang kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
• Kapan timbulnya keluhan kelemahan beraktifitas, seberapa lamanya kelemahan beraktifitas, apakah setiap waktu, saat istirahat ataupun saat beraktifitas.

Riwayat Penyakit Dahulu :
• Apakah sebelumnya pernah menderita nyeri dada, darah tinggi, DM, hiperlipidemia.
• Obat apa saja yang pernah diminum yang berhubungan dengan obat diuretic, nitrat, penghambat beta serta antihipertensi. Apakah ada efek samping dan alergi obat.

Riwayat Keluarga :
• Penyakit apa yang pernah dialami keluarga dan adakah anggota keluarga yang meninggal, apa penyebab kematiannya.

Riwayat Pekerjaan dan Kebiasaan :
• Situasi tempat kerja dan lingkungannya
• Kebiasaan dalam pola hidup pasien.
• Kebiasaan merokok

PEMERIKSAAN FISIK

KEADAAN UMUM
Didapatkan kesadaran baik atau compos mentis dan berubah sesuai tingkat gangguan yang melibatkan perfusi system saraf pusat

BREATHING
• Terlihat sesak
• Frekuensi nafas melebihi normal

BLEEDING
• Inspeksi : adanya parut, keluhan kelemahan fisik, edema ekstrimitas.
• Palpasi : denyut nadi perifer melemah, thrill
• Perkusi : Pergeseran batas jantung
• Auskultasi : Tekanan darah menurun, bunyi jantung tambahan

BRAIN
• Kesadaran biasnya compos mentis
• Sianosis perifer
• Wajah meringis, menangis, merintih, meregang dan menggeliat.

BLADDER
• Oliguria
• Edema ekstrimitas

BOWEL
• Mual
• Muntah
• Penurunan nafsu makan
• Penurunan berat badan

BONE
• Kelemahan
• Kelelahan
• Tidak dapat tidur
• Pola hidup menetap
• Jadwal olahraga tak teratur

PSIKOSOSIAL
• Integritas ego : menyangkal, takut mati, marah, kuatir.
• Interaksi social : stress karena keluarga, pekerjaan, kesulitan biaya ekonomi, kesulitan koping.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan kardiak output berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokard.
Rencana Intervensi :
• Kaji dan lapor tanda penurunan curah jantung.
• Periksa keadaan klien ; kaji frekuensi dan irama jantung.
• Catat bunyi jantung.
• Palpasi nadi perifer.
• Pantau dan catat haluaran urine.
• Pertahankan bedrest dengan kepala tempat tidur elevasi 30º
• Berikan istirahat dengan lingkungan yang tenang.
• Berikan oksigen tambahan
• Kolaborasi untuk pemberian obat
• Pemberian cairan IV, pembatasan jumlah total sesuai indikasi, hindari cairan garam.
• Pantau EKG dan perubahan foto dada.

2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru sekunder perubahan membrane kapiler alveoli dan retensi cairan interstitial.
Rencana Intervensi :
• Kaji frekuensi, irama, bunyi dan dalamnya pernafasan.
• Berikan tambahan oksigen
• Pantau saturasi oksigen
• Koreksi keseimbangan asam basa.
• Beri posisi yang memudahkan meningkatkan ekspansi paru.
• Latih batuk efektif dan nafas dalam.
• Kolaborasi pemberian obat.

3. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri koroner.
Rencana Intervensi :
• Catat karakteristik nyeri, lokasi, intensitas, lamanya dan penyebarannya
• Anjurkan untuk melaporkan nyeri dengan segera
• Berikan lingkungan yang tenang, aktifitas perlahan
• Bantu melakukan teknik relaksasi
• Berikan oksigen tambahan
• Kolaborasi pemberian obat anti nyeri.

4. Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan curah jantung.
Rencana Intervensi :
• Kaji status mental klien
• Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi perifer dan diaforesis secara teratur
• Kaji kualitas peristaltic kapan perlu pasang sonde.
• Kaji adanya kongesti hepar pada abdomen kanan atas
• Ukur tanda vital dan periksa laboratorium.

5. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kongesti vaskuler pulmonalis dan perpindahan cairan ke ekstra vaskuler.
Rencana Intervensi :
• Kaji tekanan darah
• Kaji distensi vena jugularis
• Timbang BB
• Beri posisi yang membantu drainage ekstrimitas dan latihan gerak pasif.
• Periksa laboratorium

6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplay dan demand oksigen.
• Catat frekuensi jantung, irama dan perubahan TD sebelum dan sesudah aktifitas
• Tingkatkan istirahat dan batasi aktifitas
• Anjurkan menghindari peningkatan tekanan abdomen
• Pertahankan klien tirah baring
• Evaluasi tanda vital saat aktifitas
• Pertahankan penambahan O2 sesuai pesanan
• Selama aktifitas kaji EKG, dispnoe, sianosis, frekuensi dan pola nafas.
• Rujuk program rehabilitasi jantung

7. Cemas berhubungan dengan hospitalisasi dan kurangnya pengetahuan tentang penyakit serta penanganan yang akan didapatkan.
• Kaji tanda dan ekspresi verbal kecemasan
• Temani klien selama periode cemas
• Orientasikan klien terhadap prosedur rutin dan aktifitas yang diharapkan
• Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan cemasnya
• Lakukan pendekatan dan komunikasi
• Berikan penjelasan tentang penyakit, penyebab dan penanganannya
• Kolaborasi pemberian obat anti cemas.

8. Risiko kambuh berhubungan dengan ketidaktahuan mengenai perawatan gagal jantung.
Rencana Intervensi :
• Diskusikan mengenai fungsi normal jantung.
• Jelaskan manfaat diet rendah garam, rendah lemak dan mempertahankan berat yang ideal.
• Jelaskan kepada klien dan keluarga mengenai factor-faktor yang dapat meningkatkan risiko kambuh.
• Jelaskan untuk memeriksa diri bila ada tanda-tanda kambuh.
• Menyarankan kepada keluarga untuk memanfaatkan sarana kesehatan dim masyarakat.

Materi Kuliah KMB II

ASKEP EFUSI PLEURA

PENGERTIAN
Efusi pleura adalah terdapatnya penumpukan cairan dalam pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan karena terjadinya ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi di kapiler dan pleura viseralis.

ETIOLOGI
1.Transudat, dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif, sindrom
nefrotik, asites.
2.Eksudat, dapat disebabkan oleh infeksi, TB, pnemonia, infark paru.
3.Effusi hemorragis, dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark
paru, tuberkulosis.

PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan normal terdapat 10-20 ml cairan di dalam rongga pleura. Jumlah cairan tetap dengan tekanan hidrostatis pleura parietal 9 cm H2O. Akumulasi cairan terjadi bila tekanan osmotik koloid menurun, misalnya hipoalbuminemia dan bertambahnya permeabilitas kapiler akibat proses peradangan atau neoplasma, bertambahnya tekanan hidrostatis akibat kegagalan jantung dan tekanan negatif intra pleura apabila terjadi atelektasis paru.

Penumpukan cairan pleura akibat proses :
 Hambatan drainase limfatik dari rongga pleura
 Gagal jantung menyebabkan tekanan kapiler paru perifer sangat tinggi
 Menurunnya tekanan osmotik koloid plasma
 Adanya proses infeksi pada permukaan pleura yang memecahkan membran kapiler dan pengaliran protein plasma secara cepat.

PENATALAKSANAAN MEDIKAL
 Ditujukan pada pengobatan penyakit dasar dan pengosongan cairan (Torakosentesis) dengan indikasi : menghilangnya sesak nafas oleh akumulasi cairan, terapi sfesifik pada penyakit primer tidak efektif, dan reakumulasi cairan.


PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan :

1. Ketidakefektifan pola nafas bd menurunnyaekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura.
Tujuan :
Dalam 2 x 24 jam setelah tindakan pasien mampu mempertahankan fungsi paru normal, ditandai ; irama, frekuensi, kedalaman nafas batas normal, pemeriksaan sinar x tidak akumulasi cairan , bunyi nafas terdengar jelas.

Intervensi Keperawatan :
1. dentifikasi faktor penyebab
2. Kaji kualitas, frekuensi, kedalaman nafas dan laporkan setiap perubahan.
3. Baringkan posisi duduk atau miringkan ke arah sisi yang sakit.
4. Observasi tanda-tanda vital (nadi, RR).
5. Lakukan auskultasi suara nafas tiap 2-4 jam.
6. Bantu dan ajarkan pasien untuk batuk dan nafas dalam yang efektif.
7. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian O2 dan foto thorax
8. Kolaborasi untuk tindakan torakosintesis.
2.Ketidakefektifan bersihan jalan nafas bd sekresi mukus yang kental, kelemahan upaya batuk, edema trakeal/faringeal.

Tujuan :
Kebersihan jalan nafas kembali efektif, ditandai ; mampu batuk efektif, nafas 16-20 x/menit tanpa obat bantu, bunyi nafas normal, ronche negatif, gerak nafas normal.

Intervensi Keperawatan :
1. Kaji fungsi nafas (bunyi, kecepatan, irama, kedalaman).
2. Kaji kemampuan mengeluarkan sekresi, catat karakter dan volume sputum.
3. Berikan posisi semi fowler dan bantu latihan nafas dalam dan batuk efektif.
4. Pertahankan asupan cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali tidak diindikasikan.
5. Bersihkan sekret dari mulut dan trakhea, bila perlu lakukan penghisapan (suction).
6. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi ; antibiotik, agen mukolitik, bronkodilator, kortikosteroid.

Materi Kuliah KMB II

ASKEP ULKUS PEPTIKUM

PENGERTIAN
Ulserasi jaringan mukosa dan struktur dibawahnya disebabkan oleh getah asam pepsin lambung yang berlebihan.

PATOFISIOLOGI
ULKUS LAMBUNG
 Terjadi pada bagian antrum dan lekukan dalam lambung. Daya tahan/barier pada mukosa lambung tidak ada sehingga terjadi destruksi mukosa lambung oleh asam pepsin mengakibatkan ulkus.
ULKUS DUODENUM
 Terjadi pada bagian tonjolan duodenum dekat pylorus. Hiperasiditas tidak seimbang dengan daya tahan mukosa pada duodenum mengakibatkan iritasi mukosa.
ULKUS KARENA STRESS
 Ulkus Curling, dialami oleh klien dengan luka baker, trauma atau sepsis yang menyerangmukosa sehingga penurunan produksi mukosa dan resistensi asam clorida akibatnya mukosa menjadi erosi.
 Ulkus Cushing, pada klien traumaserebri yang merangsang nervus vagus sehingga menambah keasaman cairan lambung dan menyebabkan erosi mukosa.
GEJALA
 ULKUS LAMBUNG
 Nyeri epigastrium
 Nyeri tambah berat dengan makan
 Mual, muntah dan anoreksia
 Berat badan cenderung turun.
 ULKUS DUODENUM
 Nyeri dapat hilang setelah makan
 Nyeri dapat terjadi tengah malam
 BB normal
 Konstipasi
 ULKUS KARENA STRESS
 Nyeri epigastrium
 Nausea
 Vomitus.

ETIOLOGI
 Ketidakseimbangan produksi asam pepsin dan resistensi mukosa
 Iritasi
 Suplai darah ke sel-sel mukosa tidak adekuat
 Stress
 Obat-obatan
 Herediter
 Inflamasi bakteri
PENATALAKSANAAN MEDIKAL
 Pengobatan
 Netralisir asam
 Anti sekretoris :
 Anti kolinergik
 Atropine
 Pirenzepin
 Antagonis reseptor H2
 Ranitidin
 Meningkatkan up take O2 pada jaringan yang rusak
 Solkoseril
 Sitoprotektif
 Menyembuhkan tukak : prostaglandin, sematidin.
 Rontgen terapi
 Terapi pembedahan

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman ; nyeri epigastrium bd adanya iritasi mukosa ditandai dengan nyeri epigastrium, nyeri setelah makan
 Tujuan :
 Gangguan rasa nyaman berkurang
 Intervensi :
 Beri kompres panas
 Beri makanan porsi kecil sering dan tidak merangsang
 Beri obat-obatan mengurangi rasa sakit dan mencegah iritasi.
2. Gangguan pola nutrisi bd rusaknya mukosa lambung ditandai dengan anoreksia dan BB menurun
Tujuan :
 Kebutuhan nutrisi tercukupi
Intervensi :
 Beri diet TKTP secara teratur
 Beri makanan yang disukai dan tidak merangsang
 Beri makanan lunak porsi kecil dan sering
 Timbang BB klien
3. Gangguan pola istirahat bd adanya rasa nyeri ditandai
dengan rasa nyeri epigastrium, tegang pada lambung
dan duodenum, klien gelisah
Tujuan :
 Gangguan pola istirahat teratasi
Intervensi :
 Beri makan sebelum klien tidur
 Beri posisi tubuh yang menyenangkan
 Memijat punggung dan otot-otot untuk mengurangi ketegangan dan rasa sakit
 Beri kesempatan klien untuk istirahat
 Beri kompres hangat.
4. Intoleransi terhadap aktifitas bd adanya rasa nyeri
ditandai dengan klien selalu berbaring, klien tampak
lemah
Tujuan :
 Gangguan toleransi terhadap aktifitas teratasi
Intervensi :
 Anjurkan pada klien agar tetap istirahat dalam lingkungan yang tenang dan posisi yang menyenangkan klien
 Beri pengertian pada klien agar tetap melaksanakan aktifitas sehari-hari yang tidak melelahkan
 Berikan latihan aktif/pasif pada klien.
5. Resiko terjadi komplikasi bd rusaknya mukosa lambung
dan duodenum.
Tujuan :
 Tercegah terjadinya komplikasi
Intervensi :
 Observasi dan melaporkan tanda-tanda hematemesis, melena, pucat, TD menurun, sakit perut akut dan kekakuan.
 Bantu klien dan keluarga mengambil keputusan untuk tidak merokok dan menghindari pekerjaan yang melelahkan.
 Berikan penyuluhan agar klien menjaga kebiasaan hidup sehat seperti : program aktifitas/istirahat, makanan bergizi.

Materi Kuliah KMB II

ASKEP CA LAMBUNG

PENGERTIAN
Ca lambung merupakan neoplasma maligna yang ditemukan dilambung.

PENYEBAB
• Tidak diketahui pasti
• Ada kaitannya dengan : diet, genetic, komposisi tanah, lambung kronis

PATOFISIOLOGI
• Ca lambung paling sering timbul dari lapisan mucus lambung. Ca lambung menyebar dengan cara :
-- Dengan ekstensi langsung ke dalam pancreas
-- Melalui limfatik
-- Melalui infiltrasi hematogen pada hati, paru dan tulang.

PENATALAKSANAAN MEDIKAL
• Kemoterapi dan terapi radiasi
• Reseksi bedah.
• Obat multiple (fluorosil, mitomisin C dan doksorubisin)
• Hiperalimentasi (nutrisi intravena).

PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan :
1. Ansietas berhubungan dengan penyakit dan pengobatan yang direncanakan.
Tujuan :
• Ansietas berkurang dan klien dapat memilih cara koping yang efektif.
Intervensi Keperawatan :
• Berikan relaksasi, suasana yang tidak mengancam.
• Dukung tindakan koping positif.
• Anjurkan dan diskusikan tentang adanya prosedur dan tindakan.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
Tujuan :
• Klien akan mempertahankan masukan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme.
Intervensi Keperawatan :
• Dorong pemberian makan sedikit dan sering serta tidak mengiritasi.
• Menjamin makanan suplemen tinggi kalori, vitamin A, C dan besi.
• Berikan vitamin B12 parenteral secara pasti.
• Pantau kecepatan dan frekuensi terapi intravena.
• Catat masukan, haluaran dan BB setiap hari.
• Tinjau tanda dehidrasi.
• Tinjau ulang pemeriksaan laboratorium harian untuk memperhatikan
abnormalitas metabolic.
• Berikan antiemetik sesuai ketentuan.

3. Nyeri berhubungan dengan adanya sel-sel
epitel abnormal.
Tujuan :
• Klien mengalami nyeri terkontrol atau mengalami peredaan nyeri.
Intervensi Keperawatan :
• Berikan analgetik sesuai ketentuan.
• Kaji frekuensi, intensitas dan durasi nyeri.
• Kerja sama dengan klien untuk membantu mengatasi nyeri.
• Dorong periode istirahat dan relaksasi.

4. Berduka yang diantisipasi berhubungan dengan diagnosa kanker.
Tujuan :
• Klien mampu memahami dan mendiskusikan penyakit dan pilihan pengobatan.
Intervensi Keperawatan :
• Bantu mengekspresikan rasa takut dan masalah tentang diagnosis.
• Beri kebebasan untuk berduka ; jawab pertanyaan klien dengan jujur.
• Dorong berpartisipasi dalam keputusan pengobatan.
• Dukung ketidakyakinan dan waktu yang diperlukan untuk menerima diagnosis.
• Berikan dukungan emosional dan libatkan anggota keluarga dan orang terdekat.
• Berikan pelayanan professional sesuai kebutuhan.

Materi Kuliah KMB II

ASKEP GASTRITIS

PENGERTIAN
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung (Kapita Selekta Kedokteran, 2001)

Gastritis adalah suatu peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan. ( J. Reves, 1999 )

Gastritis adalah peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronik, difus dan lokal yang disebabkan oleh makanan, obat – obatan, zat kimia, stres, dan bakteri.

PENYEBAB
• Indisekresi diet : makan terlalu banyak, cepat, terlalu berbumbu, atau makanan yang terinfeksi.
• Penyebab lain : alcohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi.

PATOFISIOLOGI
• Gastritis akut dapat menjadi tanda infeksi sistemik. Bentuk yang lebih berat disebabkan oleh asam kuat atau alkalis sehingga mukosa menjadi gangrene atau perporasi.
• Gastritis kronis dihubungkan dengan ulkus atau oleh bakteri Helicobacter pylori.

MANIFESTASI KLINIS
Gastritis akut :
• Ulserasi superficial yang menimbulkan hemorragie
• Ketidaknyamanan abdomen (mual, anoreksia)
• Muntah serta cegukan
• Dapat terjadi kolik dan diare.

Gastritis kronis :
Tipe A :
• Asimtomatis
Tipe B :
• Mengeluh anoreksia
• Sakit ulu hati setelah makan
• Bersendawa
• Rasa pahit dalam mulut
• Mual dan muntah

PENATALAKSANAAN MEDIKAL
• Menghindari alcohol dan makan sampai gejala berkurang
• Diet tidak mengiritasi
• Bila diperlukan berikan cairan intravena
• Bila akibat asam atau alkalin kuat encerkan dengan antacid (Aluminium hidroksida)
• Bila akibat alkali kuat gunakan jus lemon encer atau cuka yang diencerkan
• Bila korosi berat, hindari emetic dan lavase karena adanya bahaya perforasi
• Modifikasi diet, istirahat, reduksi stress dan farmakologi.

PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan :
1. Ansietas berhubungan dengan tindakan
Tujuan :
- Ansietas berkurang
Intervensi Keperawatan :
- Tindakan kedaruratan untuk klien yang mencerna
asam atau alkali
- Berikan terapi pendukung setelah kegawatdaruratan
- Siapkan untuk pemeriksaan diagnostic
- Gunakan pendekatan yang tenang
- Jelaskan semua prosedur dan tindakan.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan masukan
nutrient tidak adekuat.
Tujuan :
- Pasien dapat meningkatkan masukan nutrisi adekuat dan menghindari
makanan pengiritasi.
Intervensi Keperawatan :
- Berikan dukungan fisik dan emosional
- Hindari makanan dan cairan lewat mulut sampai
gejala akut berkurang
- Berika terapi IV sesuai kebutuhan
- Hindari minuman kafein
- Hindari alcohol dan nikotin.
3. Risiko terjadi kekurangan volume cairan berhubungan
dengan ketidakcukupan masukan cairan dan kehilangan cairan berlebihan akibat muntah.
Tujuan :
- Keseimbangan cairan dipertahankan
Intervensi Keperawatan :
- Pantau masukan dan haluaran setiap hari terhadap
dehidrasi
- Kaji nilai elektrolit setiap 24 jam untuk keseimbangan
cairan
- Waspadai terhadap indicator gastritis hemorragis
(hematemesis, takhikardia, hipotensi).
4. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa
Tujuan :
- Nyeri berkurang
Intervensi Keperawatan :
- Instruksikan menghindari makanan dan minuman yang mungkin
mengiritasi mukosa lambung
- Kaji derajat nyeri dan dapatkan kenyamanan melalui obat.

Materi Kuliah KMB II