Showing posts with label Pelayanan Kebidanan. Show all posts
Showing posts with label Pelayanan Kebidanan. Show all posts

Saturday, February 11, 2012

Kinerja Bidan


1.    Pengertian Kinerja
a.    Kinerja menurut Maier (1965) yang dikutip oleh Asad (1991) adalah kesuksesan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan yang dibebankannya (Notoatmodjo. 2009).
b.    Gilbert (1977) mendefinisikan kinerja adalah apa yang dapat dikerjakan oleh seseorang sesuai dengan tugas dan fungsinya (Notoatmodjo. 2009).
c.    Definisi kinerja menurut A.A. Anwar Prabu Mangkunegara bahwa kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara. 2010).

Jadi, disimpulkan bahwa kinerja adalah prestasi kerja atau hasil kerja baik kualitas dan kuantitas yang dicapai sumber daya manusia persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara. 2010).
2.    Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
Kinerja seorang tenaga kerja dalam suatu organisasi atau institusi kerja dipengaruhi oleh banyak faktor baik dari faktor dari dalam karyawan itu sendiri maupun faktor lingkungan. Menurut Gibson (1987) faktor-faktor yang menentukan kinerja seseorang dikelompokkan menjadi 3 faktor utama yakni:
a.    Variabel individu, yang terdiri dari: pemahaman terhadap pekerjaannya, pengalaman kerja, latar belakang keluarga, tingkat sosial ekonomi, dan faktor demografi (umur, jenis kelamin, etnis, dan sebagainya).
b.    Variabel organisasi, yang antara lain terdiri dari: kepemimpinan, desain pekerjaan, sumber daya yang lain, struktur organisasi, dan sebagainya.
c.    Variabel psikologis, yang terdiri dari persepsi terhadap pekerjaan sikap terhadap pekerjaan, motivasi, kepribadian, dan supervisi.
Sedangkan menurut Stoner (1981) kinerja seorang tenaga kerja dipengaruhi oleh: motivasi, kemampuan, dan faktor persepsi.
Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation). Hal ini sesuai dengan pendapat Keith Davis yang merumuskan bahwa:
Human Performance           = Ability x Motivation
Motivation                              = Attitude x Situation
Ability                                     = Knowledge x Skill
Menurut Henry Simora (1995), kinerja dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:
a.    Faktor individual yang terdiri dari:
1)    Kemampuan dan keahlian
2)    Latar belakang
3)    Demografi
b.    Faktor psikologis yang terdiri dari:
1)    Persepsi
2)    Sikap
3)    Kepribadian
4)    Pembelajaran
5)    Motivasi
c.    Faktor organisasi yang terdiri dari:
1)    Sumber daya
2)    Kepemimpinan
3)    Penghargaan
4)    Struktur
5)    Design pekerjaan
6)    Supervisi
  
3.    Indikator kinerja
Untuk mengukur kinerja bidan pada tatanan klinis digunakan indikator kinerja klinis sebagai langkah untuk mewujudkan komitmennya guna dapat menilai tingkat kemampuan individu dalam tim kerja. Indikator menurut WHO (1981) adalah variabel yang mengukur suatu perubahan baik langsung maupun tidak langsung.
Untuk mengukur tingkat hasil suatu kegiatan digunakan indikator sebagai alat atau petunjuk pengukur prestasi suatu pelaksanaan kegiatan. Indikator yang berfokus pada hasil asuhan kepada pasien dan proses-proses kunci serta spesifik disebut indikator klinis. Indikator klinis adalah ukuran kualitas sebagai pedoman untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas asuhan pasien dan berdampak terhadap pelayanan. Indikator tidak dipergunakan secara langsung untuk mengukur kualitas pelayanan, tetapi dapat dianalogikan sebagai bendera yang menunjuk adanya suatu masalah spesifik dan memerlukan monitoring dan evaluasi (Depkes. 2006).
Sistem klasifikasi indikator didasarkan atas kerangka kerja yang logis dimana kontinum masukan (input) pada akhirnya mengarah pada keluaran (outcomes).
a.    Indikator input merujuk pada sumber-sumber yang diperlukan untuk melaksanakan aktivitas alat/ fasilitas, informasi, dana, peraturan/ kebijakan.
b.    Indikator proses adalah memonitor tugas dan kegiatan yang dilakukan.
c.    Indikator output mengukur hasil yang meliputi cakupan termasuk pengetahuan, sikap, dan perubahan perilaku yang dihasilkan oleh tindakan yang dilakukan. Indikator ini disebut indicator effect.
d.    Indikator outcome dipergunakan untuk menilai perubahan atau dampak (impact) suatu program, perkembangan jangka panjang ternasuk perubahan status kesehatan masyarakat. (Depkes. 2006).
Indikator untuk pelayanan antenatal sebagai berikut:
a.    Indikator input yaitu fasilitas/alat untuk melaksanakan pelayanan antenatal.
b.    Indikator proses yaitu proses pelayanan antenatal yang sesuai dengan standar asuhan kebidanan.
c.    Indikator output yaitu terpenuhinya cakupan K1 dan K4.
d.    Indikator outcome yaitu meningkatkan kesehatan ibu yang pada akhirnya menurunkan Angka Kematian Ibu. (Depkes. 2006).

4.    Kinerja Klinis Bidan
Pengembangan dan manajemen kinerja pada dasarnya sebuah proses dalam manajemen sumberdaya manusia. Implikasi dari kata “manajemen” berarti proses diawali dengan penetapan tujuan dan berakhir dengan evaluasi. Kebidanan menunjukkan bahwa kegiatan yang dilaksanakan berada pada tatanan pelayanan langsung kepada asuhan pasien.
Secara garis besar ada lima kegiatan utama yaitu :
a.    Merumuskan tanggungjawab dan tugas yang harus dicapai oleh seseorang perawat/bidan dan disepakati oleh atasannya. Rumusan ini mencakup kegiatan yang dituntut untuk memberikan sumbangan berupa hasil kerja.
b.    Menyepakati sasaran kerja dalam bentuk hasil yang harus dicapai dalam kurun waktu tertentu, termasuk penetapan standar prestasi dan tolok ukurnya.
c.    Melakukan “monitoring”, koreksi, memfasilitasi serta memberi kesempatan untuk perbaikan.
d.    Menilai prestasi perawat/bidan tersebut dengan cara membandingkan prestasi aktual dengan standar yang telah ditetapkan.
e.    Memberikan umpan balik kepada perawat/bidan yang dinilai berhubungan dengan seluruh hasil penilaian. Pada kesempatan tersebut atasan dan staf mendiskusikan kelemahan dan cara perbaikannya untuk meningkatkan prestasi berikutnya (Depkes RI. 2006)

 5.    Penilaian Kinerja
Andrew E. Sikula (1981) yang dikutip A.A Anwar Prabu Mangkunegara (2000) mengemukakan bahwa “penilaian pegawai merupakan evaluasi yang sistematis dari pekerjaan pegawai dan potensi yang dapat dikembangkan. Penilaian dalam proses penafsiran atau penentuan nilai, kualitas atau status dari beberapa obyek orang ataupun sesuatu (barang)”.
Dari beberapa pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi kinerja adalah penilaian yang dilakukan secara sistematis untuk mengetahui hasil pekerjaan karyawan dan kinerja organisasi. (Mangkunegara. 2010).
Tujuan evaluasi kinerja adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja organisasi melalui peningkatan kinerja sumber daya manusia. Secara lebih spesifik, tujuan dari evaluasi kinerja sebagaimana dikemukakan Agus Sunyoto (1999) adalah:
a.    Meningkatkan saling pengertian antara karyawan tentang persyaratan kinerja.
b.    Mencatat dan mengakui hasil kerja seorang karyawan sehingga mereka termotivasi untuk berbuat yang lebih baik atau sekurang-kurangnya berprestasi sama dengan prestasi yang terdahulu.
c.    Memberikan peluang kepada karyawan untuk mendiskusikan keinginan dan aspirasinya dan meningkatkan kepedulian terhadap karier atau pekerjaan yang diembannya sekarang.
d.    Mendefinisikan atau merumuskan kembali sasaran masa depan sehingga karyawan termotivasi untuk berprestasi sesuai dengan potensinya.
e.    Memeriksa rencana pelaksanaan dan pengembangan yang sesuai dengan kebutuhan pelatihan, khusus rencana diklat, dan kemudian menyetujui rencana itu jika tidak ada hal-hal yang perlu diubah (Mangkunegara. 2010).
      Kegunaan penilaian prestasi kerja (kinerja) karyawan adalah:
a.    Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang digunakan untuk prestasi, pemberhentian dan besarnya balas jasa.
b.    Untuk mengukur sejauh mana seorang karyawan dapat menyelesaikan pekerjaannya.
c.    Sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas seluruh kegiatan dalam perusahaan.
d.    Sebagai dasar untuk mengevaluasi  prigram latihan dan keefektifan jadwal kerja, metode kerja, struktur organisasi, gaya pengawasan, kondisi kerja dan pengawasan.
e.    Sebagai indikator untuk menentukan kebutuhan akan latihan bagi karyawan yang berada di dalam organisasi.
f.     Sebagai alat untuk melihat kekurangan atau kelemahan dan meningkatkan kemampuan karyawan selanjutnya.
g.    Sebagai kriteria menentukan, seleksi dan penempatan karyawan.
h.    Sebagai alat untuk memperbaiki atau mengembangan kecakapan karyawan.
i.      Sebagai dasar untuk memperbaiki atau mengembangkan uraian tugas (Mangkunegara. 2010).

Referensi :
Depkes RI. 2006. Modul Belajar Pelatihan Keterampilan Manajerial Sistem Pengembangan Dan Manajemen Kinerja Klinis. Jakarta
Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. 2010. Evaluasi Kinerja SDM. Refika Aditama. Bandung. 




Perkembangan Pelayanan Kebidanan di Luar Negeri


Perkembangan Pelayanan Kebidanan di Luar Negeri

A.   Pendahuluan

Sejarah kebidanan berbeda di tiap-tiap Negara. Kebidanan berhubungan dengan kelahiran manusia. Pada masa lampau kelahiran manusia diartikan “sebagai hokum keajaiban atau yang terbesar”. Kemudian diartikan lagi “sebagai hukum alam bagi dua makhluk berlainan jenis sebagai akibat hawa nafusnya”. Akibat kemajuan pengetahuan, kebidanan diartikan “sebagai ilmu yang mempelajari tentang kelahiran manusia, “ mulai dari konsepsi sampai melahirkan.

Kata “kebidanan” merupakan terjemahan dari kata obstetric. Kata obstetric berasal dari kata “obsto” yang artinya mendampingi. Menurut Klinkrert (1892), sebutan ‘bidan’ berasala dari bahasa Sansekerta yaitu “ Widwan” yang berarti cakap “membidani”. Mereka memberikan sedekah sebagai seorang penolong persalinan sampai bayi berusia 40 hari.

Dalam sejarah manusia terdapat peradaban-peradaban, diantaranya di Yunani dan Romawi, di India dan Tiongkok, dimana praktik kedokteran sudah mencapai tingkat yang tinggi. Tanpa mengurangi jasa-jasa tokoh lain yang telah berperan untuk memajukan teori dan praktik kedokteran, perlu disebut nama Hipocrates yang mendapat sebutan sebagai “Bapak Ilmu Kedokteran”.

Pelopor-pelopor yang berjasa dalam perkembangan kebidanan, antara lain :
1.      Hipocrates ( 460-370 SM )
  • Sebagai Bapak Ilmu Kedokteran
  • Menganjurkan agar wanita yang sedang bersalin ditolong atas dasar kemanusiaan dan meringankan penderitaan ibu.
  • Di Yunani dan Romawi lebih dulu memberikan perawatan masa nifas.

2.      Soranus ( 98-138 M )
·         Berasal dari Ephesus/Turki, belajar di Alexandria/Mesir dan praktik disana dan di Roma
·         Sebagai Bapak Kebidanan
·         Menemukan serta menulis tentang versi Podali

3.      Moscion
·         Murid dari Soranus
·         Menulis katekismus  bagi bidan-bidan Roma

4.      William Harvey ( 1578-1657 )
·         Murid dari Fabricus
·         Menemukan fisiologi plasenta dan selaput janin

5.      Arantius
·         Menemukan ductus Arantii
·         Guru besar dari Italia
6.      Fallopius
·         Guru besar dari Italia
·         Menemukan saluran telur ( Tuba Fallopi )

7.      Ambrois Pare ( 1510-1590 )
·         Berasal dari Perancis
·         Mengembangan versi Podali dengan istilah versi ekstraksi ( diputar )

8.      Louise Bourgeois ( 1563-1636 )
·         Murid ambrois Pare
·         Mengembangakan ekstarksi persalinan yang sukar

9.      Francois Mauriceau
·         Menemukan cara membantu kelahiran sungsang yang disebut perasat Mauriceau

10.  Boudeloeque ( 1745-1810 )
  • Berasal dari Perancis
  • Mempelajari panggul dan ukurannya

11.  Peter III Chamberlein ( 1601-1683 )
·         Menemukan cunam/forceps

B.    Perkembangan Pelayanan Kebidanan di Amerika

1.  Sejarah
Zaman dahulu, di Amerika Serikat persalinan ditolong oleh dukun beranak yang tidak mendapat pendidikan dan pelatihan. Biasanya bila wanita sukar melahirkan maka wanita tersebut akan disusir dan ditakuti agar rasa sakit bertambah dan kelahiran menjadi mudah karena kesakitan dan kesedihannya.

Menurut catatan Thomas, yang pertama kali praktik kebidanan di Amerika Serikat adalah Samuel Fuller dan istrinya. Kemudian menyusul Anne Hutchinson yang pada tahun 1634 pergi ke Boston bersama suaminya. Ia melaporkan bahwa ia telah banyak menolong persalinan.

Namun kemudian Anne mendapat kecaman sebagai wanita Tukang Sihir karena membantu persalinan dengan bayi yang mengalami anencephalus. Kemudian pergi ke New York dan meninggal terbunuh dalam pemberontakan orang-orang Indian. Untuk mengenang jasanya diperingati dengan nama Hutchinson River Parkway  di New York.

2.Tokoh-tokoh pelopor
Setelah orang-orang Amerika mendengar perkembangan di Inggris, beberapa orang besar Amerika pergi ke Inggris memperdalam ilmu kebidanan. Mereka ini menuntut ilmu di Inggris dan kembali ke Amerika untuk menerapkan ilmu kebidanan yang diperolehnya.


*     Dr. James Lloyd (1728-1810)
·     Berasal dari Boston
·  Belajar di London di RS Guy dan RS Saint Thomas

*      Dr. William Shippen ( 1736-1808)
·  Bersal dari Philadelphia
·  Belajar di Eropa selama 5 tahun
·  Tahun 1762  : mendapat izin mendirikan kursus kebidanan
·  Tahun 1765 : dibuka sekolah kedokteran  dari College Philadelphia
·  Tahun 1810 : Bedah dan kebidanan diajarkan bersama

*     Dr. Samuel Bard (1742-1821)
·  Belajar di Edinburg dan London
·  Memajukan bagian kedokteran di King College
·  Menulis buku-buku kebidanan

*     Dr. Walter Channing ( 1786-1876)
·   Belajar di Pensylvania, Edinburg dan London
·  Profesor kebidanan di Harvard Medical College

*     Hugh L. Hodge (1796-1873)
·  Menemukan bidang Hodge
·  Memberi ilmu kebidanan seperti letak Verteks dan sebagainya

Di Amerika serikat dilangsungkan usaha baru, diman anggota Instructive Nursing Association mengadakan program “home visit” secara rutin pada wanita-wanita hamil. Akhirnya dalam tahun 1911 didirikan klinik antenatal di Boston Lying in  Hospital untuk pemeriksaan dan penanganan masalah wanita hamil. Klinik Antenatal kini sudah tersebar di seluruh dunia. Hal ini sebagai Preventive Health dalam pelayanan kebidanan. Pelayanan kebidanan di USAdiberika oleh dokter. Sementara di negara lain, bidan memegang peran penting dalam memberikan pelayanan kebidanan. Berdasarkan data WHO 1996 AKI di Amerika Utara 1 : 6.366. Hal ini menunjukkan AKI lebih rendah , bahkan sangat rendah. Ini mengindikasikan pelayanan di negara-negara maju lebih pesat.

C.  Perkembangan Pelayanan Kebidanan di Eropa

1.      Inggris
Kemajuan ilmu kebidanan di Perancis mempengaruhi orang-orang besar di Inggris ( London ). Tokoh-tokoh tersebut antara lain :
1.      William Smellie (1697-1763)
·         Seorang dokter di London
·         Belajar ilmu kebidanan di Perancis dan kembali tahun 1739
·         Mengembangkan praktik kebidanan di Inggris
·         Mengubah bentuk cunam/forceps dan menulis buku tentang pemasangan cunam


2.      William Hunter (1718-1783)
·         Murid Smellie dan melanjutkan usaha gurunya tersebut

Di Inggris, tahun 1899 mulai disediakan tempat perawatan wanita hamil di the Royal Maternity Hospital. Dalam hal ini dokter sangat berjasa menganjurkan diadakannya pro-maternity hospital untuk wanita hamil yang memerlukan perawata. Angka kematian menurun dari 44,2 per 10.000 kelahiran (1928) menjadi 2,5 per 10.000 (1970).

2.      Belanda
Di Belanda, bidan mempunyai peranan penting dalam memberikan pelayanan kebidanan. Bidan mempunyai kedudukan yang bebas. Namun, lambat laun bidan tidak berdiri sendiri tetapi merupakan bagian dari tim yang bertanggung jawab atas kesehatan dan keselamatan ibu dan anak dalam masa hamil, persalinan dan nifas. Dalam tahun 1965, 70 % persalinan berlangsung di rumah.

D.   Kemajuan Pelayanan Kebidanan di Luar Negeri

1.      Program Home Visit
Kunjungan rumah (Home Visit) awalnya dilakukan oleh perawat bidan dari Instructive Nursing Association di Amerika Serikat. Namun, seiring perkembngan nya telah dilakukan pula oleh negara-negara lain seperti Inggris, Belanda, Perancis, dan sebagainya. Kunjungan rumah ini dilakukan tidak hanya pada masa kehamilan tetapi juga pada masa nifas sampai bayi berumur 1 bulan.

2.      Woman Centre
Dalam pelayanan kebidanan berpusat pada ibu, bukan pada pemberi pelayanan (bidan). Sehingga ibu dapat memilih dan membuat keputusan sendiri dalam mendapatkan pelayanan. Ibui dapat memilih dimana dansiapa yang memberi pelayanan serta posisi persalinan yang ternyaman buat ibu.

3.      Woman Needs ( Empowering Woman) = listen to woman
Berorientasi pada apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh perempuan, memberdayakan perempuan, mendengarkan keinginan/ cita-cita para perempuan .

4.      Water Birth
Persalinan di air (water birth) artinya proses persalinan yang berlangusng di bak air besar akan membuat ibu lebih rileks dan nyaman. Sehingga persalinan berjalan dengan mudah jika tidak ada komplikasi sebelumnya (persalinan normal).

5.      Sistem Administrasi Rumah Sakit
Data-data klien terdokumentasi secaa komputerisasi (online). Baik data pribadi, data riwayat kesehatan dapat diakses secaraonline. Sehingga dimanapun berobat atau memriksakan diri, entah di RS pusat atau distrik-distrik lain dapat langsung diakses data keseluruhan klien tersebut, dan tidak perlu pengkajian ulang.


DAFTAR PUSTAKA

·     Prawirohardjo, Sarwono Dr. 1999 . Ilmu Kebidanan. Jakarta; YBP-SP
·     Zr.S.Ibrahim,Christian Dra. 1989 .Perawatan Kebidanan. Jakarta; Bathara