Showing posts with label Persalinan. Show all posts
Showing posts with label Persalinan. Show all posts

Friday, February 3, 2012

Pemantauan Ibu dan Janin Pada Kala II Persalinan



A.   Pengertian
Asuhan kala II merupakan kelanjutan data yang dikumpulkan dan dievaluasi selama kala I yang dijadikan data dasar untuk menentukan kesejahteraan ibu dan janin selama kala II persalinan.
B.   Batasan.
Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap ( 10 cm ) dan beakhir  dengan lahirnya bayi. Kala dua juga dsebut sebagai kala pengeluran bayi.
C.   Penatalaksanaan fisiologis kala II
Gejala dan tanda kala II juga merupakan mekanisme alamiah bagi ibu dan penolong persalinan bahwa proses pengeluaran bayi sudah dimulai.Setelah terjadi pembukaan lengkap, beritahukan pada ibu bahwa hanya dorongan alamiahnya yang mengisyaratkan ia untuk meneran dan kemudian beristirahat diantara kontraksi.ibu dapat memilih posisi yang nyaman, baik berdiri, berjongkok atau miring yang dapat mempersingkat kalaII.Beri keleluasaan untuk ibu mengeluarkan suara selama persalinan dan kelahiran jika ibu memang. Menginginkannya atau dapat mengurangi rasa tidak nyaman yang dialaminya.Pada penatalaksanaan fisiologis kala dua, ibu memegang kendali dan mengatur saat meneran. Penolong persalinan hanya memberikan bimbingan tentang cara meneran yang efektif dan benaran. Harap diingt bahwa sebagian besar daya dorong untuk melahirkan bayi, dihasilkan dari kontraksi uterus.Meneran hanya menambah daya kontraksi untuk mengeluarkan bayi.
D.   Pemantauan  ibu dan janin.
Sekarang ibu telah berada pada pembukaan lengkap dan siap untuk melahirkan bayinya Dan selama kala II petugas harus terus melakukan pemantauan ibu dan pemantauan janin.


1.    Pemantauan ibu
a.    Kontraksi
-          Palpasi kontraksi uterus ( control tiap 10 menit )
-          Frekuensi setiap 30 menit selama fase aktif.
-          Lamanya kontraksi yang terjadi dalam 10 menit obsevasi.
-          Kekuatan kontraksi dalam detik
b.    Tanda-tanda kala dua persalinan adalah
-          Ibu merasa ingin mineral bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
-    Ibu merasakan adanya peningkatan tekana pada rectum dan / atau vaginanya.
-          Perineum menonjol.
-          Vulva –vagina dan sfingter ani membuka.
-          Meningkatkan pengeluaran lendir bercampur darah.
c.    Keadaan umum,
-          Kesadaran
-          Tekanan darah dan temperatur : setiap 4 jam
-          Nadi : setiap ½ jam
-          Volume urin, protein,dan aseton.
-          Respon keseluruhan pada kala II :
·         Keadaan dehidrasi
·         Perubahan sikap/perilaku
·         Tingkat tenaga ( yang dimiliki )
d.    Kemajuan persalinan
-           Pembukaan serviks
-          Penurunan bagian terbawah janin

2.    Pemantauan janin
a.    Saat  bayi belum lahir
-          Menentukan bagian terendah janin.
-          Periksa DJJ setelah setiap kontraksi untuk memastikan janin tidak menglami bradikardi (  120 ),dilakukan setiap setengah jam.
b.    Saat bayi lahir
-          Segera setelah lahir , letakkan bayi diatas kain bersih dan kering yang di siapkan pada perut ibu .Bila hal tersebut tidak memungkinkankan maka letakan bayi dekat ibu ( diantara kedua kaki atau disebelah ibu ) tetapi harus dipastikan bahwa area tersebut bersih dan kering.

E.   Pemantauan umum selama kala dua perslinan.
Kondisi ibu, bayi dan kemajuan persalinan harus selalu dipantau secara berkala dan ketat selama berlansungnya kala dua persalinan.
Pantau, periksa dan catat :
-           Nadi ibu setiap 30 menit
-          Frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit
-      Penurunan kepala bayi setiap 30 menit melalui pemeriksaan abdomen (periksa luar) dan periksa dalam setiap 60 menit atau jika ada indikasi, hal I ini dilakukan dengan cepat
-     Warna cairan ketuban jika selaputnya sudah pecah  (jenih atau bercampur mekonium atau darah)
-          Apakah ada presentasi majemuk atau tali pusat disamping atau terkemuka
-          Putaran vaksi luar segera setelah kepala bayi lahir
-          Kehamilan kembar yang tidak diketahui sebelum bayi pertama lahir
-       Catatkan semua pemeriksaan dan intervensi yang dilakukan pada catatan perslinan


REFERENSI
1.    Prawirahadjo, 2002, Panduan Maternal Neonatal, YBPSP: Jakarta
2.    JNPK, 2007_ Pelatihan Asuhan Persalinan Normal, Edisi 3 (Revisi), Depkes: Jakarta
3.    Varney, Helen dkk, 2007, Buku Ajar Asuhan Kebidanan, EGC : Jakarta

Asuhan Kebidanan Pada Ibu Kala II



        1.   Tanda Dan Gejala Kala II
·         Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
·         Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan/atau vaginanya.
·         Perineum menonjol.
·         Vulva, vagina dan sfingter ani membuka.
·         Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
Tanda pasti kala II ditentukan melalui periksa dalam (informasi obyektif) yang hasilnya adalah :
·      Pembukaan serviks telah lengkap, atau
·      Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.

  2. Persiapan Penolong Persalinan
             1.  Sarung tangan
      Sarung tangan steril harus selalu dipakai selama melakukan periksa dalam, membantu kelahiran bayi, episiotomi, penjahitan laserasi dan asuhan segera bagi bayi baru lahir.Sarung tangan harus segera diganti apabila terkontaminasi, robek atau bocor.
 2.  Perlengkapan pelindung diri
      Pelindung diri merupakan penghalang atau barier antara penolong        dengan bahan-bahan yang berpotensi untuk menularkan penyakit. Oleh sebab itu, penolong persalinan harus memakai celemek yang bersih dan penutup kepala atau ikat rambut pada saat menolong persalinan.Juga gunakan masker penutup mulut dan pelindung mata. Kenakan semua perlengkapan pelindung pribadi selama membantu kelahiran bayi dan plasenta serta saat melakukan penjahitan laserasi atau luka episiotomi.
              3.  Persiapan tempat persalinan, peralatan dan bahan
Penolong persalinan harus menilai ruangan dimana proses persalinan      akan berlangsung. Ruangan harus memiliki pencahayaan/penerangan yang cukup. Ibu dapat menjalani persalinan di tempat tidur yang bersih.
Ruangan harus hangat dan terhalang dari tiupan angin secara langsung.Pastikan bahwa semua perlengkapan untuk menolong persalinan, menjahit laserasi atau luka episiotomi dan resusitasi bayi baru lahir.Semua perlengkapan dan bahan harus dalam keadaan steril.
          4.   Penyiapan tempat dan linkungan untuk kelahiran bayi
Persiapan untuk mencegah terjadinya kehilangan panas tubuh yang berlebihan pada bayi baru lahir harus dimulai sebelum kelahiran bayi itu sendiri. Siapakan lingkungan yang sesuai bagi proses kelahiran bayi itu atau memastikan bahwa ruangan tersebut bersih, hangat, pencahayaan cukup, dan bebas dari tiupan angin.
   3. Penatalaksanaan fisiologi Kala Dua
Proses fisiologis kala II persalinan diartikan sebagai serangkaian peristiwa alamiah yang terjadi sepanjang periode tersebut dan diakhiri dengan lahirnya bayi secara normal (dengan kekutan ibu sendiri). Gejala dan tanda kala II juga merupakan mekanisme alamiah bagi ibu dan penolong persalinan bahwa proses pengeluaran bayi sudah dimulai. Setelah terjadi pembukaan lengkap, beritahukan pada ibu bahwa hanya dorongan alamiahnya yang mengisyaratkan ia untuk meneran dan kemudian beristrahat diantara kontraksi.Ibu dapat memilih posisi yang nyaman, baik berdiri, berjongkok atau miring yang dapat mempersingkat kala II.Pada penatalaksanaan fisiologi kala II, ibu memegang kendali dan mengatur saat meneran. Penolong persalinan hanya membantu memberikan bimbingan tentang cara meneran yang efektif dan benar. Harus diingat bahwa sebagian besar daya dorong untuk melahirkan bayi, dihasilkan dari kontraksi uterus.Meneran hanya menambah daya kontraksi untuk mengeluarkan bayi.
4.  Posisi Ibu Saat Meneran
Bagian dari pelaksanaan asuhan sayang ibu adalah membiarkan pasien memilih sendiri posisi untuk menera, selain posisi terlentang atau litotomi.
     Alasan posisi terlentang atau litotomi tidak dianjurkan :
1.         Pada posisi terlentang pembuluh aorta dan vena cava inferior akan tertekan oleh beban berat janin, uterus, air ketuban dan plasenta.Penekanan pembuluh darah besar ini akan mengganggu aliran darah ke janin sehingga janin akan kekurangan suplai oksigen yang berakibat terjadinya asfiksia intra uterus.
2.         Selain itu pasien juga akan merasakan nyeri karena tekanan ini yang dapat menambah lama kala II.Laserasi perineum pada posisi ini lebih banyak dijumpai dibandingkan posisi-posisi lain karena pada psisi ini daya renggang panggul tidak dapat maksimal.
3.         Posisi litotomi untuk meneran juga tidak dianjurkan karena akan menyebabkan nyeri pada punggung dan kerusakan saraf kaki setelah proses persalinan selesai.
4.         Pada posisi ini pasien akan lebih sulit melakukan pernapasa.
5.         Posisi litotomi dan terlentang akan membuat proses buang air lebih sulit.
6.         Pasien merasa terbatas melakukan pergerakan.
7.     Pasien merasa tidak berdaya ketika dalam posisi terlentang, apalagi litotomi, karena posisinya benar – benar seperti objek.
8.         Proses meneran menjadi lebih sulit karena tekanan pada saraf pinggul minimal.
9.         Bisa menambah kemunkinan terjadinya laserasi pada perineum.
10.     Bisa menimbulkan kerusakan saraf pada kaki dan punggung.

        Macam-macam Posisi meneran dan Keuntungan
        Posisi Meneran

                                 Keuntungan
     Jongkok

Memaksimalkan sudut dalam lengkungan carus yang memungkinkan bahu turun ke panggul dan bukan terhalang (macet) di atas simfisis pubis

     Setengah duduk 
   Membantu dalam penurunan janin dengan kerja gravitasi,
Menurunkan janin ke panggul dan terus ke dasar panggul. Lebih mudah bagi bidan untuk membimbing kelahiran kepala bayi dan mengamati .   

     Berdiri
  Pasien lebih mudah mengosongkan kandung kemihnya, dan kandung kemih yang kosong akan memudahkan penurunan kepala.
     Memperbesar ukuran panggul, menambah 28 % ruang outletnya.


     Membantu kesehatan janin dalam penurunan lebih dalam ke panggul.
      Baik untuk persalinan dengan punggung yang sakit
      Membantu janin dalam melakukan rotasi.
      Peregangan minimal pada perineum.

     Miring ke kiri
       Oksigenasi janin maksimal karena dengan miring kiri sirkulasi darah ibu ke janin lebih lancar.
        Memberi rasa santai bagi ibu yang letih.
      Mencapai terjadinya laserasi.



SUMBER PUSTAKA

a.     Sulistyawati,Ari dan Esti Nugraheni, (2010),Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin,Salemba Medika, Jakarta, hal 103 – 105

b.    JNPK – KR , (2008), Asuhan Persalinan Normal,Departemen kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal 79 – 84

Perubahan Fisik & Psikologi Ibu Kala I


Perubahan Fisik dan Psikologi Pada Kala I Persalinan
Perubahan Fisiologi
1.      Kontraksi otot rahim mempunyai sifat yang khas
a.       Setelah kontraksi maka otot tersebut tidak berelaksasi kembali ke keadaan sebelum kontraksi tapi menjadi sedikit lebih pendek walaupun tonusnya seperti sebelum kontraksi (retraksi).
b.      Kontraksi tidak sama kuatnya, tapi paling kuat di daerah fundus uteri dan berangsur-angsur berkurang ke bawah dan paling lemah pada segmen bawah rahim (SBR).
c.       Sebagian dari isi rahim keluar dari segmen atas dan diterima oleh segmen bawah.
Jadi segmen atas makin lama makin mengecil sedangkan segmen bawah makin diregang dan makin tipis dan isi rahim sedikit demi sedikit pindah ke segmen bawah.
d.      Lingkaran retraksi yang fisiologis. Karena segmen atas makin tebal dan segmen bawah makin tipis maka batas antara segmen atas dan bawah menjadi jelas.
e.       Kalau segmen bawah sangat diregang maka lingkaran retraksi lebih jelas dan naik mendekat pusat (lingkaran retraksi yang patologis / lingkaran bandle).

2.      Perubahan bentuk rahim
Pada tiap kontraksi sumbu panjang rahim bertambah panjang sedangkan ukuran melintang maupun muka belakang berkurang. Hal di atas dapat terjadi karena ukuran melintang berkurang, artinya tulang punggung menjadi lebih lurus dan dengan demikian kutup atas anak tertekan pada fundus sedangkan kutub bawah ditekan ke dalam PAP.

3.      Perubahan pada serviks
a.       Agar bayi dapat keluar dari rahim maka perlu terjadi pembukaan dari serviks.
b.      Pembukaan dari serviks ini biasanya didahului oleh pendataran dari serviks.
c.       Pendataran serviks adalah pendekatan dari kanalis servikalis berupa sebuah saluran yang panjangnya 1-2 cm menjadi satu lubang saja dengan pinggir yang tipis.
d.      Pembukaan dari serviks adalah pembesaran dari OUE yang tadinya berupa suatu lubang dengan diameter beberapa millimeter menjadi lubang yang dapt dilaui anak kira-kira 10 cm diameternya.

4.   Perubahan vagina dan dasar panggul
a.       Dalam kala I ketuban ikut meregangkan bagian atas vagina yang sejak kehamilan mengalami perubahan sedemikian rupa sehingga dapat dilalui oleh anak.
b.      Setelah ketuban pecah, segala perubahan terutama pada dasar panggul diregang menjadi saluran dengan dinding yang tipis.
c.       Waktu kepala sampai di vulva, lubang vulva mengahadap ke depan atas. Dari luar peregangan oleh bagian depan nampak pada perineum yang menonjol dan menjadi tipis sedangkan anus menjadi terbuka.

5.      Tekanan Darah
a.       Tekanan darah meningkat selama kontraksi (sistolik rata-rata naik 15 (10-20) mmHg dan kenaikan diastolic rata-rata 5-10 mmHg). Antara kontraksi, tekanan darah kembali normal pada level sebelum persalinan.
b.      Rasa sakit, takut, dan cemas juga akan meningkatkan tekanan darah.
c.       Ada beberapa faktor yang mengubah tekanan darah ibu. Aliran darah yang menurun pada arteri uterus akibat kontraksi, diarahkan kembali ke pembuluh darah perifer. Timbul tahanan perifer, tekanan darah meningkat dan frekuensi denyut nadi melambat. Pada tahap pertama persalinan kontraksi uterus meningkatkan tekanan sistolik dengan rata-rata 15 ( 10-20) mmHg dan kenaikan diastolik dengan rata-rata 5-10 mmHg. Oleh karena itu, pemeriksaan tekanan darah di anatara kontraksi memberi data yang lebih akurat. Akan tetapi, baik tekanan sistolik maupun diastolik akan tetap sedikit meningkat diantara kontraksi.


6.   Metabolisme
            Metabolisme karbohidrat aerob dan anaerob meningkat secara berangsur. Ditandai dengan peningkatan suhu, Nadi, kardiak output, pernafasan dan cairan yang hilang. Metabolisme karbohidrat aerob dan anaerob akan meningkat secara berangsur disebabkan karena kecemasan dan aktivitas otot skeletal. Peningkatan ini ditandai dengan adanya peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, kardiak output, pernafasan dan cairan yang hilang.

7.      Suhu Tubuh
Karena terjadi peningkatan metabolisme, maka suhu tubuh agak sedikit meningkat selama persalinan terutama selama dan segera setelah persalinan. Peningkatan ini jangan melebihi 0,5°C– 1°C.

8.      Detak Jantung
a.       Detak jantung secara dramatis naik selama kontraksi.
b.      Antara kontraksi sedikit meningkat dibandingkan sebelum persalinan.
·         Pada setiap kontraksi, 400 ml darah dikeluarkan dari uterus dan masuk ke dalam sistem vaskuler ibu. Hal ini akan meningkatkan curah jantung sekitar 10% sampai 15% pada tahap pertama persalinan dan sekitar 30% sampai 50% pada tahap kedua persalinan.
·         Ibu harus diberitahu bahwa ia tidak boleh melakukan manuver valsava (menahan napas dan menegakkan otot abdomen) untuk mendorong selama tahap kedua. Aktivitas ini meningkatkan tekanan entratoraks, mengurangi aliran balik vena dan meningkatkan tekanan vena. Curah jantung dan tekanan darah meningkat, sedangkan nadi melambat untuk sementara. Selama ibu melakukan manuver valsava, janin dapat mengalami hipoksia. Proses ini pulih kembali saat wanita menarik napas.

9.      Pernafasan
a.       Terjadi sedikit peningkatan laju pernafasan dianggap normal
b.      Hiperventilasi yang lama dianggap tidak normal dan bisa menyebabkan alkologis
Sistem pernafasan juga beradaptasi. Peningkatan aktivitas fisik dan peningkatan pemakaian oksigen terlihat dari peningkatan frekuensi pernafasan. Hiperventilasi dapat menyebabkan alkalosis respiratorik (pH meningkat), hipoksia dan hipokapnea (karbondioksida menurun), Pada tahap kedua persalinan. Jika ibu tidak diberi obat-obatan, maka ia akan mengkonsumsi oksigen hampir dua kali lipat. Kecemasan juga meningkatkan pemakaian oksigen.

10.  Perubahan pada Ginjal
a.       Poliuria.
Poliuria sering terjadi selama persalinan, mungkin disebabkan oleh peningkatan kardiak output, peningkatan filtrasi dalam glomerulus, dan peningkatan aliran plasma ginjal.
b.      Proteinuria yang sedikit dianggap normal dalam persalinan.
Proteinuria +1 dapat dikatakan normal dan hasil ini merupakan respons rusaknya jaringan otot akibat kerja fisik selama persalinan.
c.       Pada trimester ke dua, kandung kemih menjadi organ abdomen. Apabila terisi, kandung kemih dapat teraba di atas simpisis pubis. Selama persalinan wanita dapat mengalami kesulitan untuk berkemih secara spontan akibat berbagai alasan yaitu edema jaringan akibat tekanan bagian presentasi, rasa tidak nyaman, sedasi dan rasa malu.

11.  Perubahan Gastrointestinal
a.       Motilitas lambung dan absorpsi makanan padat berkurang.
b.      Pengurangan getah lambung berkurang.
c.       Pengosongan lambung menjadi sangat lambat.
d.      Mual muntah biasa terjadi sampai ibu mencapai akhir kala I .


12.  Perubahan Hematologi
Hemoglobin meningkat sampai 1,2 gr/100 ml selama persalinan dan akan kembali pada tingkat seperti sebelum persalinan sehari setelah pasca salin kecuali ada perdarahan postpartum.


Perubahan Psikologis
1.      Perubahan psikologis pada kala I dipengaruhi oleh:
a.       Pengalaman sebelumnya
b.      Kesiapan emosi
c.       Persiapan menghadapi persalinan (fisik, mental, materi dsb)
d.      Support sistem
e.       Lingkungan
f.       Mekanisme koping
g.      Kultur
h.      Sikap terhadap kehamilan

2.      Masalah psikologis yang mungkin terjadi :
a.      Kecemasan menghadapi persalinan
Intervensinya: kaji penyebab kecemasan, orientasikan ibu terhadap lingkungan , pantau tanda vital (tekanan darah dan nadi), ajarkan teknik-teknik relaksasi, pengaturan nafas untuk memfasilitasi rasa nyeri akibat kontraksi uterus.
b.      Kurang pengetahuan tentang proses persalinan
Intervensinya: kaji tingkat pengetahuan, beri informasi tentang proses persalinan dan pertolongan persalinan yang akan dilakukan, informed consent.
c.       Kemampuan mengontrol diri menurun (pada kala I fase aktif)
Intervensinya: berikan support emosi dan fisik, libatkan keluarga (suami) untuk selalu mendampingi selama proses persalinan berlangsung.


DAFTAR PUSTAKA

1.      Bobak dkk, Keperawatan Maternitas, EGC, Jakarta, 2005
2.      Chapman, Vicky, Asuhan Persalinan dan Kelahiran, EGC, Jakarta, 2006
3.      Cunnigham dkk, Obstetri Williams edisi 21, EGC, Jakarta, 2004
4.      DEPKES RI, Buku Acuan Persalinan Normal, Jakarta, 2004
5.      Lenteraimpian.wordpress.com, 2007, diunduh tanggal 15 Oktober 2010