Showing posts with label Pencernaan. Show all posts
Showing posts with label Pencernaan. Show all posts

Thursday, January 24, 2013

ASKEP GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN

PENGKAJIAN

A. RIWAYAT KEPERAWATAN /KESEHATAN

DATA BIOGRAFI
• Nama
• Usia
• Jenis kelamin
• Suku
• Status perkawinan
• Agama
• Pekerjaan
KELUHAN UTAMA
• Nyeri mulut, kerongkongan, perut atau rectum
• Kesulitan menelan
• Perubahan BAB, feses

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
• P : Apa yang menyebabkan gejala ? Apa saja yang dapat mengurangi atau memperberat ?
• Q : Bagaimana gejala dirasakan, nampak atau terdengar ?
• R : Di mana gejala terasa ? Apa menyebar ?
• S : Seberapakah keparahan dirasakan ?
• T : Kapan gejala mulai timbul ? Seberapa sering gejala terasa ? Apa tiba-tiba atau bertahap ?

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
• Bayi : warna, jumlah dan konsistensi feses
• Bumil : konstipasi akibat perubahan letak kolon sehingga peristaltic menurun
• Lansia : kemunduran fungsi pencernaan dan ketahanan terhadap makanan abibat perubahan motilitas.


POLA PEMELIHARAAN KESEHATAN
• Kebiasaan merokok
• Minum alcohol
• Penggunaan kafein
• Perawatan gigi dan gusi
• Aktifitas/olah raga
• Sumber stress
POLA PERANAN-KEKERABATAN
• Apakah pasien baru dating dari suatu daerah
• Kebiasaan makan keluarga
• Apakah ada masalah psikologis (menimbulkan masalah makan dan pola eliminasi).

B. PEMERIKSAAN FISIK

PEMERIKSAAN RONGGA MULUT

INSPEKSI :
• Bibir dan rahang : warna, tekstur, lesi, simetris dan pembengkakan.
• Gigi : ompong, keropos, goyah dan berlobang.
• Mukosa/bagian dalam mulut : kemerahan, pucat, bercak putih, plak, ulkus dan perdarahan.
PALPASI :
• Nyeri tekan
• Mobilitas
• Pembengkakan

PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN

INSPEKSI :
1. Permukaan perut/abdomen
Tegang, licin, tipis --- pembesaran perut
Mengeriput --- setelah pelebaran, pengembangan, distensi
Kulit perut menjadi kuning
Adanya pelebaran vena pada permukaan abdomen
Kulit dinding perut tampak tebal
2. Bentuk perut
Normal : simetris
Simetris :
- Penimbunan cairan dirongga perut
- Penimbunan udara dalam usus
- Terlalu gemuk
Asimetris :
- Tumor dalam rongga perut
- Pembengkakan organ perut
- Hamil (normal)
3. Gerakan dinding perut
Normal : mengempis pada ekspirasi dan mengembang pada inspirasi
Bila diafragma lumpuh terjadi gerak dinding perut yang berlawanan
Gerakan setempat disebabkan oleh gerak usus (peristaltic)
Pada orang tua dan kurus, gerakan peristaltic jelas terlihat.

4. Denyutan perut
Pada orang kurus ditemukan pada daerah epigastrium
Secara patologis untuk menandakan adanya pembengkakan ventrikel kanan jantung
Denyutan pada hipokondrium kanan merupakan denyutan pada vena hati akibat dekompensasi kordis.

PALPASI ABDOMEN
1. Tempat nyeri tekan
Dimulai dari area yang tidak nyeri
Nyeri menunjukkan peradangan baik peritoneum atau organ perut
Peritonitis ---- paling sakit
2. Bagian perut yang tegang
Rigit (kaku)
Pada orang dengan tegang mental, dinding perut dapat tegang sekali dan dapat mengenai seluruh perut
Pada peritonitis seluruh perut tegang disertai nyeri menyeluruh
Gejala kekakuan pada otot perut disebut defense muskulus.
3. Organ-organ di rongga perut
Palpasi lambung :
Meliputi 3 hal yaitu :
- Nyeri tekan
- Karsinoma/tumor lambung
- Dilatasi lambung
Dilatasi lambung terjadi akibat stenosis pylorus
Normal : 5 jam sesudah makan minum lambung kosong
Palpasi hati :
Normal : tidak teraba
Bila teraba bagaimana sifatnya ; tajam/tumpul (tepi hepar), permukaan ; rata/benjol, konsistensi ; keras/kenyal.
Palpasi kandung empedu :
Normal : tidak teraba
Bila peradangan dijumpai tanda khas Murphy sign yaitu terhentinya pernafasan sejenak pada puncak inspirasi karena terasa nyeri pada saat palpasi.
Palpasi limpa
Normal : tidak teraba
Pada infeksi akut limpa menjadi besar dengan konsistensi lunak.
Palpasi ginjal :
Bagian bawah ginjal kanan dapat teraba pada orang sehat dengan dinding perutnya lemas.
Peradangan ginjal dapat disangsikan dengan perabaan kandung empedu.
Palpasi colon
Pada umumnya tidak teraba, kecuali bila berisi udara/feses sehingga akan teraba suatu benjolan berbentuk sosis.

4. Benjolan di dalam perut
Adanya benjolan didalam perut dipalpasi untuk menentukan ; posisi, ukuran, konsistensi, bentuk dan motilitas.
5. Cairan bebas di rongga perut
Palpasi organ sukar dilakukan
Cara Dipping yaitu menekan dinding perut dengan cepat dan dalam menggunakan ujung-ujung jari.
6. Palpasi lobang hernia
Adanya penonjolan di atas dinding perut, dapat ditentukan apakah karena tumor atau sebagian isi rongga abdomen menonjol melalui lobang hernia.
Hernia dapat ditimbulkan karena adanya tempat-tempat yang mempunyai kelemahan local.

PERKUSI ABDOMEN
1. Pembesaran organ
2. Udara bebas dalam perut
3. Cairan bebas dirongga perut

Normal : Tympani
Kecuali di bawah arcus costa kanan/kiri karena ada hati dan limpa
Bila pada usus terisi udara maka semua daerah tympani
Asites penuh disebut gross asites
Ditemui shifting dullness yaitu adanya suara redup pada pergeseran dan berubah menjadi tympani, seperti : sirosis hepatic dengan asites.

AUSKULTASI ABDOMEN
1. Suara/bunyi peristaltic usus
Menghilang jika usus lumpuh pada ileus paralitik
Meninggi pada penyumbatan usus (metalik sound)
Mengeras pada diare
2. Gerakan cairan
Hanya didengar daerah hipogastrium kiri/hipokondrium kiri
3. Bising pembuluh darah
Normal : tidak terdengan
Terdengan bila penyumbatan/penyempitan yaitu sistolik.

KLASIFIKASI GANGGUAN SALURAN PENCERNAAN

1. GANGGUAN PENELANAN
• Muntah
• Peradangan mulut
• Gangguan osofagus
• Kanker mulut dan osofagus
2. GANGGUAN PENCERNAAN
• Gastritis
• Ulserasi lambung dan duodenum
• Kanker lambung
• Sindroma malabsorpsi
3. GANGGUAN ELIMINASI
• Peradangan usus
• Ileus
• Hernia
• Lesi anorektal
• Kanker kolorektal

GANGGUAN PENELANAN

Muntah
Subjektif :
- Mengalami muntah
- Persepsi pasien terhadap penyebab muntah.
Objektif :
- Observasi terhadap muntah (perubahan warna , bau)

Peradangan mulut
Subjektif :
- Rasa sakit dalam mulut
- Kehilangan nafsu makan
- mual
- Mulut teraba kotor
- Peningkatan atau penurunan saliva
Objektif :
- Inspeksi mulut : kebersihan, kondisi geligi, tanda-tanda radang, perdarahan selaput mukosa atau gusi
- Kemampuan pasien untuk memelihara oral hygiene : status mental, kebersihan setelah oral hygiene

Gangguan osofagus
Subjektif :
- Sukar menelan
- Nyeri ulu hati
- Regurgitasi
Objektif :
- Menelan/rangsang palpasi dinding leher
- Refleks muntah/rangsang lidah post/faring

Kanker mulut dan osofagus
Objektif :
- Kondisi mulut : keutuhan selaput mulut
- Pola makan : kemampuan penyesuaian diri dengan beberapa makanan
- Kemampuan menelan : aspirasi, tersedak, masuk ke hidung, dan keluar air liur
ketika menelan.
- Komunikasi verbal
- Penampilan wajah
- Kesulitan menelan

GANGGUAN PENCERNAAN

Gastritis
Subjektif :
- Anoreksia
- Mual
Objektif :
- Muntah (jumlah, frekuensi, adanya darah)
- Tanda gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit (haus, penurunan turgor, selaput mukosa kering, oliguria, otot lemah)

Ulserasi lambung dan duodenum
Subjektif :
- Rasa sakit (lokasi, karakteristik)
Objektif :
- Tanda perdarahan (hematemesis)
- Perforasi
- Obstruksi

Kanker lambung
Subjektif :
- Tanda awal tidak diketahui
- Menimbulkan tanda-tanda obstruksi osofagus/pylorus (nyeri ulu hati, cepat kenyang)

Sindroma malabsorpsi
Objektif :
- Feces (warna terang, kotor penuh lemak, konsistensi, bau)

GANGGUAN ELIMINASI

Peradangan usus akut
Subjektif :
- Anoreksia, mual, ketidaknyamanan pada perut
Objektif :
- Muntah (frekuensi, jumlah, warna)
- Feces (frekuensi, karakteristik, jumlah cairan, bau busuk)
- Kembung (akumulasi gas)
- Tanda-tanda ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.

Obstruksi usus
Objektif :
- Bising usus
- Muntah
- Nyeri abdomen
- Perut kembung
- Out put urine
- Tanda-tanda vital

Hernia
Subjektif :
- Nyeri
Objektif :
- Menonjolnya suatu organ melalui defek

Kanker kolon
Subjektif :
- Kesulitan BAB/konstipasi
- Perasaan BAB belum tuntas
Objektif :
- Darah dalam feces, meningkatnya BAB

C. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
• Barium Kontras
• USG
• Sinar X
• Arteriografi
• Endoskopi

DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bd dispagia, rasa tidak enak setelah makan, anoreksia, kehilangan permukaan absorpsi dari usus.
• Nyeri bd inflamasi esophagus, iritasi mukosa lambung, usus, distensi, kekakuan.
• Risiko terhadap aspirasi bd kerusakan menelan
• Risiko kurang volume cairan bd muntah, diare
• Konstipasi bd diet rendah serat, immobilisasi, penurunan masukan
• Perubahan eliminasi usus bd manipulasi operasi, immobilisasi, gangguan masukan nutrisi
• Risiko kerusakan integritas jaringan bd peningkatan risiko drainase luka operasi, perubahan sirkulasi.
• Gangguan citra tubuh bd perubahan fungsi usus (ileostomi, kolostomi)
• Kurang pengetahuan bd kurang informasi tentang kebutuhan perawatan di rumah


Materi Kuliah KMB II

MEMBERI MAKAN MELALUI GASTROSTOMI

PENDAHULAUAN
Pengertian
Gastrostomi adalah pembentukan lubang (apertura) secara operasi kedalam lambung melalui dinding abdomen dan dimasukan kateter.
Tujuan
1. Untuk memberikan makanan melalui kateter
2. Mengeluarkan cairan / isi lambung dan gas yang ada ada dalam gaster (dekompresi)
3. Drainase

Indikasi
Pemberian makanan melalui gastrostomi dilakukan pada klien dengan :
o Karsinoma
o Striktur
o Trauma
o Atresia esofagus
o Disfagia

a. Alat – alat yang digunakan dalam pemberian makanan melalui selang gastrostomi
o Corong nutrisi
o Tabung sepanjang 30 cm 9jika diperlukan)
o Wadah dengan makanan cair (jika dihangatkan, suhu tidak boleh melebihi 37,2 ÂșC
o Termometer makanan
o Air steril
o Handuk

b. Persiapan anak
Jika makanan diberikan untuk pertama kali, prosedur harus diterangkan pada anak, asal anak cukup dewasa untuk mengerti. Pada bayi prosedur harus diternagkan pada orang tua (ibu atau ayah).
Makanan berikutnya biasanya diterima dengan mudah serta diantisipasi, anak yang lebih tua sering berpartisipasi dengan makanannya sendiri.
Anak di buat nyaman dalam posisi yang dirasa paling dapat diterima baik ditempat tidur atau duduk dikursi.

c. Prosedur pemberian makanan melalui gastrostomi
o Siapkan alat
o Cuci tangan perawat dengan sabun dan air mengalir sambil mencuci hitung sampai 10. Kemudian bilas dengan air bersih dan mengalir dan keringkan dengan tisu atau handuk bersih
o Beri tahu anak (bahkan pada bayi sekalipun) apa yang akan perawat lakukan
o Tempatkan anak diatas pangkuan perawat, miring kanan, atau pada kursi bayi reclining. Bayi yang lebih besar dapat duduk dikursi atau diatas tempat tidur
o Sehelai handuk ditaruh dibawah kateter gastrostomi, spigot diangkat dan hubungannya dilekatkan
o Lepaska klem dari selang
o Tarik plungeraska klem dari selang
o Tarik plunger kebelakang dengan perlahan untuk mel kebelakang dengan perlahan untuk melihat jumlah makanan yang tersisa didalam lambung anak
o Bila kira – kira lebih dari ¼ makanan terakhir masih berada didalam lambung. Masukan kembali makanan tersebut kedalam lambung dan tunggu 30 menit sampai 60 menit. Bila makanan tersisa dilambung kurang dari ¼ , kembalikan isi lambung dan beri makan pada anak
o Lepaskan spuit dari selang dan lepaskan plunger dari spuit
o Isi spuit dengan jumlah makanan yang tepat
o Bila perlu, dorong perlahan dengan plunger untuk memulai aliran makanan. Kemudian lepaskan plunger dan biarkan makanan mengalir dengan sendirinya
o Bagian dasar spuit tidak boleh dipegang lebih tinggi dari dagu anak
o Terus menambah makanan sampai jumlah yang benar diberikan. Jangan memberikan spuit kosong
o Bila makanan ada didasar spuit tambahkan 1 – 2 sendok teh air ( 5 – 10 ml) untuk membilas selang
o Pasang klem pada selang dan lepaskan spuit
o Tarik selang dengan perlahan sampul balon menutupi lubang gastostomi
o Rekatkan selang tersebut agar selang tidak bergeser dan tidak bocor
o Gendong dan timbang anak setelah pemberian makanan. Cuci spuit dalam sabun dan air hangat menggunakan sikat botol. Bilas bagian dalamnya dengan air bersih. Keringkan spuit dan plunger. Tempatkan plunger dalam spuit bila sudah kering, simpan dalam wadah yang bersih dan kering

d. Potensial komplikasi
o Dehidrasi
o Mual – muntah
o Ketidakseimbangan elektrolit
o Aspirasi pneumonia
o Infeksi luka
o Hemorogi / syok

DAFTAR PUSTAKA

Inayah , lin.2004.Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Pencernaan. Jakarta : Salemba Medika
Sacharin, Rosa M.1993. Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi 2. Jakarta : EGC
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4. Jakarta : EGC

ASKEP ULKUS PEPTIKUM

PENGERTIAN
Ulserasi jaringan mukosa dan struktur dibawahnya disebabkan oleh getah asam pepsin lambung yang berlebihan.

PATOFISIOLOGI
ULKUS LAMBUNG
 Terjadi pada bagian antrum dan lekukan dalam lambung. Daya tahan/barier pada mukosa lambung tidak ada sehingga terjadi destruksi mukosa lambung oleh asam pepsin mengakibatkan ulkus.
ULKUS DUODENUM
 Terjadi pada bagian tonjolan duodenum dekat pylorus. Hiperasiditas tidak seimbang dengan daya tahan mukosa pada duodenum mengakibatkan iritasi mukosa.
ULKUS KARENA STRESS
 Ulkus Curling, dialami oleh klien dengan luka baker, trauma atau sepsis yang menyerangmukosa sehingga penurunan produksi mukosa dan resistensi asam clorida akibatnya mukosa menjadi erosi.
 Ulkus Cushing, pada klien traumaserebri yang merangsang nervus vagus sehingga menambah keasaman cairan lambung dan menyebabkan erosi mukosa.
GEJALA
 ULKUS LAMBUNG
 Nyeri epigastrium
 Nyeri tambah berat dengan makan
 Mual, muntah dan anoreksia
 Berat badan cenderung turun.
 ULKUS DUODENUM
 Nyeri dapat hilang setelah makan
 Nyeri dapat terjadi tengah malam
 BB normal
 Konstipasi
 ULKUS KARENA STRESS
 Nyeri epigastrium
 Nausea
 Vomitus.

ETIOLOGI
 Ketidakseimbangan produksi asam pepsin dan resistensi mukosa
 Iritasi
 Suplai darah ke sel-sel mukosa tidak adekuat
 Stress
 Obat-obatan
 Herediter
 Inflamasi bakteri
PENATALAKSANAAN MEDIKAL
 Pengobatan
 Netralisir asam
 Anti sekretoris :
 Anti kolinergik
 Atropine
 Pirenzepin
 Antagonis reseptor H2
 Ranitidin
 Meningkatkan up take O2 pada jaringan yang rusak
 Solkoseril
 Sitoprotektif
 Menyembuhkan tukak : prostaglandin, sematidin.
 Rontgen terapi
 Terapi pembedahan

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman ; nyeri epigastrium bd adanya iritasi mukosa ditandai dengan nyeri epigastrium, nyeri setelah makan
 Tujuan :
 Gangguan rasa nyaman berkurang
 Intervensi :
 Beri kompres panas
 Beri makanan porsi kecil sering dan tidak merangsang
 Beri obat-obatan mengurangi rasa sakit dan mencegah iritasi.
2. Gangguan pola nutrisi bd rusaknya mukosa lambung ditandai dengan anoreksia dan BB menurun
Tujuan :
 Kebutuhan nutrisi tercukupi
Intervensi :
 Beri diet TKTP secara teratur
 Beri makanan yang disukai dan tidak merangsang
 Beri makanan lunak porsi kecil dan sering
 Timbang BB klien
3. Gangguan pola istirahat bd adanya rasa nyeri ditandai
dengan rasa nyeri epigastrium, tegang pada lambung
dan duodenum, klien gelisah
Tujuan :
 Gangguan pola istirahat teratasi
Intervensi :
 Beri makan sebelum klien tidur
 Beri posisi tubuh yang menyenangkan
 Memijat punggung dan otot-otot untuk mengurangi ketegangan dan rasa sakit
 Beri kesempatan klien untuk istirahat
 Beri kompres hangat.
4. Intoleransi terhadap aktifitas bd adanya rasa nyeri
ditandai dengan klien selalu berbaring, klien tampak
lemah
Tujuan :
 Gangguan toleransi terhadap aktifitas teratasi
Intervensi :
 Anjurkan pada klien agar tetap istirahat dalam lingkungan yang tenang dan posisi yang menyenangkan klien
 Beri pengertian pada klien agar tetap melaksanakan aktifitas sehari-hari yang tidak melelahkan
 Berikan latihan aktif/pasif pada klien.
5. Resiko terjadi komplikasi bd rusaknya mukosa lambung
dan duodenum.
Tujuan :
 Tercegah terjadinya komplikasi
Intervensi :
 Observasi dan melaporkan tanda-tanda hematemesis, melena, pucat, TD menurun, sakit perut akut dan kekakuan.
 Bantu klien dan keluarga mengambil keputusan untuk tidak merokok dan menghindari pekerjaan yang melelahkan.
 Berikan penyuluhan agar klien menjaga kebiasaan hidup sehat seperti : program aktifitas/istirahat, makanan bergizi.

Materi Kuliah KMB II

ASKEP CA LAMBUNG

PENGERTIAN
Ca lambung merupakan neoplasma maligna yang ditemukan dilambung.

PENYEBAB
• Tidak diketahui pasti
• Ada kaitannya dengan : diet, genetic, komposisi tanah, lambung kronis

PATOFISIOLOGI
• Ca lambung paling sering timbul dari lapisan mucus lambung. Ca lambung menyebar dengan cara :
-- Dengan ekstensi langsung ke dalam pancreas
-- Melalui limfatik
-- Melalui infiltrasi hematogen pada hati, paru dan tulang.

PENATALAKSANAAN MEDIKAL
• Kemoterapi dan terapi radiasi
• Reseksi bedah.
• Obat multiple (fluorosil, mitomisin C dan doksorubisin)
• Hiperalimentasi (nutrisi intravena).

PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan :
1. Ansietas berhubungan dengan penyakit dan pengobatan yang direncanakan.
Tujuan :
• Ansietas berkurang dan klien dapat memilih cara koping yang efektif.
Intervensi Keperawatan :
• Berikan relaksasi, suasana yang tidak mengancam.
• Dukung tindakan koping positif.
• Anjurkan dan diskusikan tentang adanya prosedur dan tindakan.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
Tujuan :
• Klien akan mempertahankan masukan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme.
Intervensi Keperawatan :
• Dorong pemberian makan sedikit dan sering serta tidak mengiritasi.
• Menjamin makanan suplemen tinggi kalori, vitamin A, C dan besi.
• Berikan vitamin B12 parenteral secara pasti.
• Pantau kecepatan dan frekuensi terapi intravena.
• Catat masukan, haluaran dan BB setiap hari.
• Tinjau tanda dehidrasi.
• Tinjau ulang pemeriksaan laboratorium harian untuk memperhatikan
abnormalitas metabolic.
• Berikan antiemetik sesuai ketentuan.

3. Nyeri berhubungan dengan adanya sel-sel
epitel abnormal.
Tujuan :
• Klien mengalami nyeri terkontrol atau mengalami peredaan nyeri.
Intervensi Keperawatan :
• Berikan analgetik sesuai ketentuan.
• Kaji frekuensi, intensitas dan durasi nyeri.
• Kerja sama dengan klien untuk membantu mengatasi nyeri.
• Dorong periode istirahat dan relaksasi.

4. Berduka yang diantisipasi berhubungan dengan diagnosa kanker.
Tujuan :
• Klien mampu memahami dan mendiskusikan penyakit dan pilihan pengobatan.
Intervensi Keperawatan :
• Bantu mengekspresikan rasa takut dan masalah tentang diagnosis.
• Beri kebebasan untuk berduka ; jawab pertanyaan klien dengan jujur.
• Dorong berpartisipasi dalam keputusan pengobatan.
• Dukung ketidakyakinan dan waktu yang diperlukan untuk menerima diagnosis.
• Berikan dukungan emosional dan libatkan anggota keluarga dan orang terdekat.
• Berikan pelayanan professional sesuai kebutuhan.

Materi Kuliah KMB II

ASKEP GASTRITIS

PENGERTIAN
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung (Kapita Selekta Kedokteran, 2001)

Gastritis adalah suatu peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan. ( J. Reves, 1999 )

Gastritis adalah peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronik, difus dan lokal yang disebabkan oleh makanan, obat – obatan, zat kimia, stres, dan bakteri.

PENYEBAB
• Indisekresi diet : makan terlalu banyak, cepat, terlalu berbumbu, atau makanan yang terinfeksi.
• Penyebab lain : alcohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi.

PATOFISIOLOGI
• Gastritis akut dapat menjadi tanda infeksi sistemik. Bentuk yang lebih berat disebabkan oleh asam kuat atau alkalis sehingga mukosa menjadi gangrene atau perporasi.
• Gastritis kronis dihubungkan dengan ulkus atau oleh bakteri Helicobacter pylori.

MANIFESTASI KLINIS
Gastritis akut :
• Ulserasi superficial yang menimbulkan hemorragie
• Ketidaknyamanan abdomen (mual, anoreksia)
• Muntah serta cegukan
• Dapat terjadi kolik dan diare.

Gastritis kronis :
Tipe A :
• Asimtomatis
Tipe B :
• Mengeluh anoreksia
• Sakit ulu hati setelah makan
• Bersendawa
• Rasa pahit dalam mulut
• Mual dan muntah

PENATALAKSANAAN MEDIKAL
• Menghindari alcohol dan makan sampai gejala berkurang
• Diet tidak mengiritasi
• Bila diperlukan berikan cairan intravena
• Bila akibat asam atau alkalin kuat encerkan dengan antacid (Aluminium hidroksida)
• Bila akibat alkali kuat gunakan jus lemon encer atau cuka yang diencerkan
• Bila korosi berat, hindari emetic dan lavase karena adanya bahaya perforasi
• Modifikasi diet, istirahat, reduksi stress dan farmakologi.

PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan :
1. Ansietas berhubungan dengan tindakan
Tujuan :
- Ansietas berkurang
Intervensi Keperawatan :
- Tindakan kedaruratan untuk klien yang mencerna
asam atau alkali
- Berikan terapi pendukung setelah kegawatdaruratan
- Siapkan untuk pemeriksaan diagnostic
- Gunakan pendekatan yang tenang
- Jelaskan semua prosedur dan tindakan.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan masukan
nutrient tidak adekuat.
Tujuan :
- Pasien dapat meningkatkan masukan nutrisi adekuat dan menghindari
makanan pengiritasi.
Intervensi Keperawatan :
- Berikan dukungan fisik dan emosional
- Hindari makanan dan cairan lewat mulut sampai
gejala akut berkurang
- Berika terapi IV sesuai kebutuhan
- Hindari minuman kafein
- Hindari alcohol dan nikotin.
3. Risiko terjadi kekurangan volume cairan berhubungan
dengan ketidakcukupan masukan cairan dan kehilangan cairan berlebihan akibat muntah.
Tujuan :
- Keseimbangan cairan dipertahankan
Intervensi Keperawatan :
- Pantau masukan dan haluaran setiap hari terhadap
dehidrasi
- Kaji nilai elektrolit setiap 24 jam untuk keseimbangan
cairan
- Waspadai terhadap indicator gastritis hemorragis
(hematemesis, takhikardia, hipotensi).
4. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa
Tujuan :
- Nyeri berkurang
Intervensi Keperawatan :
- Instruksikan menghindari makanan dan minuman yang mungkin
mengiritasi mukosa lambung
- Kaji derajat nyeri dan dapatkan kenyamanan melalui obat.

Materi Kuliah KMB II

Gastritis Pada Lansia

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GASTRITIS PADA LANSIA


A. PENGERTIAN
Suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung.(Mizieviez).

B. ETIOLOGI
1. Faktor imunologi
2. Faktor bakteriologi
3. Faktor lain seperti : NSAID ( aspirin ), merokok, alkohol, kafein, stres/ ansietas, refluk usus-lambung, bahan kimia

C. PATWAYS DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN


F. imunologi F. Bakteriologik Faktor lain





Infiltrasi sel - sel radang


Atropi progresif sel epitel kelenjar mukosa


Kehilangan sel parietal dan chief sel


Produksi asam klorida, pepsi dan faktor intrinsik menurun


Dinding lambung menipis


Mukosa rata
Kerusakan mukosa asam lambung





Nyeri ulu hati Mual, muntah, anoreksia Kurang penget.


Perub. Kenyamanan Resiko nutrisi kurang
Nyeri dari kebutuhan tubuh

D. TANDA DAN GEJALA
Nyeri epigastrium yang tidak hebat, nyeri tekan pada epigastrium, mual, muntah anoreksia, muntah darah bila berat.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Endoskopi
2. Biopsi mukosa lambung
3. Analisa cairan lambung
4. Pemeriksaan barium
5. Radiologi abdomen
6. Kadar Hb, Ht, Pepsinogen darah
7. Feces bila melena


ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GASTRITIS DI RUMAH SAKIT

A. PENGKAJIAN
1. Riwayat atau adanya faktor resiko
 Riwayat garis perama keluarga tentang gastritis
 Penggunaan kronis obat yang mengiritasi mukosa lambung
 Perokok berat
 Pemajanan pada stres emosi kronis
2. Pengkajian fisik
 Nyeri epigastrik. Nyeri terjadi 2 – 3 setelah makan dan sering disertai dengan mual dan muntah. Nyeri sering digambarkan sebagai tumpul, sakit, atau rasa terbakar, sering hilang dengan makanan dan meningkat dengan merokok dan stres emosi.
 Penurunan berat badan
 Perdarahan sebagai hematemesis dan melena bila berat
3. Kaji diet khusus dan pola makan selama 72 jam perawatan dirumah sakit
4. Kaji respon emosi pasien dan pemahaman tentang kondisi, rencana tindakan, pemeriksaan diagnostik, dan tindakan perawatan diri preventif
5. Kaji metode pasien dalam menerima peristiwa yang menimbulkanstres dan persepsi tentang dampak penyakit pada gaya hidup

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut /kronis b/d peningkatan lesi skunder terhadap peningkatan sekresi gastik
2. Resiko peningkatan inefektif regimen terapeutik yang b/d kurang pengetahuan tentang proses penyakit, kontra indikasi, tanda dan gejala, komplikasi, dan program pengobatan
3. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d rasa tidak nyaman setelah makan , anoreksia, mual, muntah

C. RENCANA KEPERAWATAN
• Dx/ Kep. 1.
• Kriteria klien akan :
1. Melaporkan gejala ketidaknyamanan dengan segera
2. Mengungkapkan peningkatan rasa nyaman dalam respon terhadap rencana pengobatan
• Intervensi
1. Jelaskan hubungan antara sekresi asam hidroklorit dan awitan nyeri
2. Berikan antasida, antikolinergik, sukralfat, bloker H2 sesuai pesanan
3. Beri dorongan untuk melakukan aktivitas yang meningkatkan istirahat dan rileks
4. Bantu klien untuk mengidentifikasi subtansi pengiritasi misalnya makanan gorengan, pedas, kopi
5. Ajarkan tehnik diversional untuk reduksi stres dan penghilang nyeri
6. Nasehati klien untuk menghindari merokok dan penggunaan alkohol
7. Dorong klien untuk menurunkan masukan minuman yang mengandungkafein, bila ada indikasi
8. Peringatkan klien berkenaan dengan penggunaan salisal kecuali bila dianjurkan dokter
9. Ajarkan klien tentang pentingnya pengobatan berkelanjutan bahkan saat tidak nyeri sekalipun

 Dx/ Kep. 2.
 Kriteria : Berkaitan dengan perencanaan pemulangan, rujuk pada rencana pemulangan
 Intervensi:
1. Jelaskan patofisiologi penyakit gastritis menggunakan terminologi dan media yang tepat untuk tingkat pengetahuan klien dan keluarga
2. Jelasskan perilaku yang dapat diubah atau dihilangkan untuk mengurangi resiko kekambuhan:
a. penggunaan tembakau,
b. masukan alkohol berlebihan,
c. makanan dan minuman yang mengandung kafein,
d. jumlah besar produk yang mengandung susu.
3. Jika klien dipulangkan dengan terapi antasid, ajarkan hal-hal berikut:
a. kunyah tablet dengan baik dan minum segelas air, untuk meningkatkan absorbsi
b. minum antasid 1 jam setelah makan untuk memperlambat pengosongan lambung
c. berbaring selama 1/2 jam setelah makan untuk memperlambat pengosongan lambung
d. Hindari antasid tinggi natrium ( misal: gelusil, amphojel, mylanta ), masukan natrium berlebuhan memperberat rettensi cairan dan meningkatkan takanan darah
4. Diskusikan tentang pengobatan lanjut bahkan saat tidak ada gejala
5. Instruksikan klien dan keluarga untuk memperhatikan dan melaporkan gejala ini :
 Feces merah / hitam
 Muntahan berdarah / hitam
 Nyeri epigastrik menetap
 Nyeri abdomen berat dan tiba-tiba
 Konstipasi
 Mual dan muntah menetap
 Penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6. Rujuk ke sumber komunitas, bila ada indikasi( misal : program penghentian merokok, minum alkohol, penatalaksanaan stres)

 Dx/ Kep. 3.
 Kriteria: mempertahankan masukan makanan yang adekuat
 Intervensi:
1. Kaji status nutrisi pasien: diit, pola makan, makanan yang dapat menjadi pencetus rasa nyeri
2. Kaji riwayat pengobatan pasien: aspirin, steroid, vasopresin
3. Pantau tanda-tanda vital / 4 jam
4. Pantau masukan dan haluaran
5. Pertahankan lingkungan tampa stres
6. Berikan diit dalam jumlah kecil dan sering
7. Pantau keefektifan / efek samping obat


DAFTAR PUSTAKA


1. Darmojo R.B, Martono H, (2000), Buku Ajar Geriatri, Edisi 2, Balai penerbit FKUI, Jakarta

2. Price SA, Lorraine M, (1995), Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1, Edisi IV, EGC, Jakarta

3. Mansjoer a,dkk,(1999), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid I, Media Euskulapius FKUI, Jakarta

4. Bruner & Sudart, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2, Edisi 8, EGC, Jakarta

5. FKUI, (2000), Kumpulan Makalah Pelatihan Askep Keluarga, Jakarta
6. Capernito L.J, (2000), Rencana Askep dan Dokumentasi Keperawatan, Edisi 2, EGC, Jakarta

7. Engram B, (2000), Rencana askep medikal bedah, Edisi !, EGC, Jakarta

8. Tuker SM et al, (1992),Standard Perawatan Pasien, Vol 2, Edisi V, EGC, Jakarta

9. Suparman dkk, (1990), Ilmu Penyakit Dalam , Jilid 2, Balai Penerbit FKUI, Jakarta

GASTRITIS

Definisi

Secara umum definisi gastritis ialah inflamasi pada dinding lambung terutama pada mukosa dan submukosa lambung. Gastritis merupakan gangguan yang paling sering ditemui diklinik karena diagnosisnya hanya berdasarkan gejala klinis.

Pembagian Gastritis

Pembagian klinis gastritis secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu Gastritis akuta dan Gastritis kronis. Gastritis akuta ialah inflamasi akut dari lambung, biasanya terbatas pada mukosa. Sedangkan gastritis kronika ialah lambung yang mungkin mengalami inflamasi kronis dari tipe tertentu sehingga menyebabkan gastritis dari tipe yang spesifik.

Gastritis akuta dapat dibagi menjadi 2 garis besar yaitu gastritis eksogen akuta dan gastritis endogen akuta. Gastritis eksogen akuta biasanya disebabkan oleh faktor-faktor dari luar, seperti bahan kimia, oleh termis, mekanis iritasi bakterial, dll. Sedangkan gastritis endogen akuta adalah gastritis yang disebabkan oleh kelainan badan.

Gastritis kronik dikalasifikasikan menjadi 3 yaitu gastritis superfisialais, gastritis atrofikans kronika, dan gastritis hipertrofikans kronika. Infeksi kuman Helicobacter pylori merupakan kausa gastritis yang amat penting dan termasuk dalam kelompok gastritis kronis.

Etiologi

Gastritis helicobaster pylori adalah infeksi bakteri yang menyebabkan gastritis kronis ,terutama bagian antrum lambung dan menyebabkan terjadinya ulous pada usus dua belas jari. Terjadinya adenocarcinoma dan ulcus pada lambung secara epidemiologis dikaitkan juga dengan infeksi H.pylori. Dinegara berkembang prevalensi infeksi Helicobacter Pylori pada orang dewasa mendekati angka 90%. Sedangkan pada anak-anak prevalensinya lebih tinggi lagi. Di Indonesia, prevalensi kuman ini menggunakan urea breath test. Penelitian serologis yang dilakukan secara cross sectional bertambahnya prevelansi penyakit ini sesuai dengan pertambahan usia. Penyebab penyakit ini adalah gram negative, basil yang berbentuk kurva dan batang. Berbagai species yang berbeda dari helicobacter telah ditemukan dalam binatang lain: H.cinaedi dan H.fennelliate yang dikaitkan dengan terjadinya diare pada laki-laki homoseksual.

Diagnosis

Kebanyakan gastritis biasanya tanpa gejala. Keluhan yang biasanya dihubungkan dengan gastritis adalah nyeri panas dan pedih pada ulu hati disertai mual kadang-kadang sampai muntah. Keluhan-keluhan dan juga pemerikasaan fisik tidak dapat menegakkan diagnosis secara tepat. Diagnosis ditegakkan dengan cara pemeriksaaan endoskopi dan histopatologi. Pemeriksaan hispatologi sebaiknya menyertakan pemeriksaan kuman H.pylori.

Reservoir

Hanya manusia yang menjadi reservoir H.pylori. kebanyakan orang tidak menampakkan gejala dan apabila tidak diobati maka penyakit ini akan bertahan seumur hidup.

Cara penularan

Belum diketahui dengan jelas cara penularannya.namun dipastikan infeksi terjadi sebagai akibat menelan organisme penyebab penyakit tersebut.Penularan diasumsi melalui oral (mulut ke mulut) dan atau fekal oral (anus-mulut).H.pylori ditularkan melalui alat-alat gastroskopi dan elektroda pH yang tidak dikontaminasi dengan sempurna

Masa penularan

Tidak diketahui karena infeksi ini terjadi pada waktu yang lama,maka orang yang terinfeksi secara potensial dapat menularkan penyakit ini seumur hidup. Ada beberapa bukti bahwa penderita dengan kadar asam lambung rendah mungkin akan lebih infeksius.

Kerentanan dan kekebalan

Semua orang rentan terinfeksi.bertambahnya usi dan juga tingkat social ekonomi merupakan factor terpenting unuk terkena infeksi penyakit ini.

Cara pencegahan dan pengobatan

# Upaya pencegahan:


  • Tinggalah dilingkungan yang tidak padat penduduknya danjuga bersih karena hal itu akan memperkecil terkena penyakit gastritis H.pylori
  • Lakukan disinfektan lengkap terhadap alat-alat gastroskopi, elektroda pH dan alat-alat medis lainnya yang pengoperasiannya dimasukkan kedalam perut

GASTRITIS (MAGH)

Gastritis atau lebih dikenal sebagai magh berasal dari bahasa yunani yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung yaitu Helicobacter pylori. Tetapi faktor – faktor lain seperti trauma fisik dan pemakaian secara terus menerus beberapa obat penghilang sakit dapat juga menyebabkan gastritis.Gastritis atau lebih dikenal sebagai magh berasal dari bahasa yunani yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung yaitu Helicobacter pylori. Tetapi faktor – faktor lain seperti trauma fisik dan pemakaian secara terus menerus beberapa obat penghilang sakit dapat juga menyebabkan gastritis.
Pada beberapa kasus, gastritis dapat menyebabkan terjadinya borok (ulcer) dan dapat meningkatkan resiko dari kanker lambung. Akan tetapi bagi banyak orang, gastritis bukanlah penyakit yang serius dan dapat segera membaik dengan pengobatan
Gejala-gejala
Walaupun banyak kondisi yang dapat menyebabkan gastritis, gejala dan tanda – tanda penyakit ini sama antara satu dengan yang lainnya. Gejala-gejala tersebut antara lain :
  • Perih atau sakit seperti terbakar pada perut bagian atas yang dapat menjadi lebih baik atau lebih buruk ketika makan
  • Mual
  • Muntah
  • Kehilangan selera
  • Kembung
  • Terasa penuh pada perut bagian atas setelah makan
  • Kehilangan berat badaN
Gastritis yang terjadi tiba – tiba (akut) biasanya mempunyai gejala mual dan sakit pada perut bagian atas, sedangkan gastritis kronis yang berkembang secara bertahap biasanya mempunyai gejala seperti sakit yang ringan pada perut bagian atas dan terasa penuh atau kehilangan selera. Bagi sebagian orang, gastritis kronis tidak menyebabkan apapun.
Kadang, gastritis dapat menyebabkan pendarahan pada lambung, tapi hal ini jarang menjadi parah kecuali bila pada saat yang sama juga terjadi borok pada lambung. Pendarahan pada lambung dapat menyebabkan muntah darah atau terdapat darah pada feces dan memerlukan perawatan segera
Karena gastritis merupakan salah satu dari sekian banyak penyakit pencernaan dengan gejala - gejala yang mirip antara satu dengan yang lainnya, menyebabkan penyakit ini mudah dianggap sebagai penyakit lainnya seperti :
  • Gastroenteritis. Juga disebut sebagai flu perut (stomach flu), yang biasanya terjadi akibat infeksi virus pada usus. Gejalanya meliputi diare, kram perut dan mual atau muntah, juga ketidaksanggupan untuk mencerna. Gejala dari gastroenteritis sering hilang dalam satu atau dua hari sedangkan untuk gastritis dapat terjadi terus menerus.
  • Heartburn. Rasa sakit seperti terbakar yang terasa di belakang tulang dada ini biasanya terjadi setelah makan. Hal ini terjadi karena asam lambung naik dan masuk ke dalam esophagus (saluran yang menghubungkan antara tenggorokan dan perut). Heartburn dapat juga menyebabkan rasa asam pada mulut dan terasa sensasi makanan yang sebagian sudah dicerna kembali ke mulut.
  • Stomach ulcers. Jika rasa perih dan panas dalam perut terjadi terus menerus dan parah, maka hal itu kemungkinan disebabkan karena adanya borok dalam lambung. Stomach (peptic) ulcer atau borok lambung adalah luka terbuka yang terjadi dalam lambung. Gejala yang paling umum adalah rasa sakit yang menjadi semakin parah ketika malam hari atau lambung sedang kosong. Gastritis dan stomach ulcers mempunyai beberapa penyebab yang sama, terutama infeksi H. pylori. Penyakit ini dapat mengakibatkan terjadinya gastritis dan begitu juga sebaliknya.
  • Nonulcer dyspepsia. Merupakan kelainan fungsional yang tidak terkait pada penyakit tertentu. Penyebab pasti keadaan ini tidak diketahui, tetapi stress dan terlalu banyak mengkonsumsi gorengan, makanan pedas atau makanan berlemak diduga dapat mengakibatkan keadaan ini. Gejalanya adalah sakit pada perut atas, kembung dan mual.
Penyebab
Lambung adalah sebuah kantung otot yang kosong, terletak pada bagian kiri atas perut tepat dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa mempunyai panjang berkisar antara 10 inchi dan dapat mengembang untuk menampung makanan atau minuman sebanyak 1 gallon. Bila lambung dalam keadaan kosong, maka ia akan melipat, mirip seperti sebuah akordion. Ketika lambung mulai terisi dan mengembang, lipatan - lipatan tersebut secara bertahap membuka.
Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara bertahap melepaskannya ke dalam usus kecil. Ketika makanan masuk ke dalam esophagus, sebuah cincin otot yang berada pada sambungan antara esophagus dan lambung (esophageal sphincter) akan membuka dan membiarkan makanan masuk ke lambung. Setelah masuk ke lambung cincin in menutup. Dinding lambung terdiri dari lapisan lapisan otot yang kuat. Ketika makanan berada di lambung, dinding lambung akan mulai menghancurkan makanan tersebut. Pada saat yang sama, kelenjar - kelenjar yang berada di mukosa pada dinding lambung mulai mengeluarkan cairan lambung (termasuk enzim - enzim dan asam lambung) untuk lebih menghancurkan makanan tersebut.
Salah satu komponen cairan lambung adalah asam hidroklorida. Asam ini sangat korosif sehingga paku besi pun dapat larut dalam cairan ini. Dinding lambung dilindungi oleh mukosa - mukosa bicarbonate (sebuah lapisan penyangga yang mengeluarkan ion bicarbonate secara regular sehingga menyeimbangkan keasaman dalam lambung) sehingga terhindar dari sifat korosif asam hidroklorida.
Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung ini kewalahan dan mengakibatkan rusak dan meradangnya dinding lambung. Beberapa penyebab yang dapat mengakibatkan terjadinya gastritis antara lain :
  • Infeksi bakteri. Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri H. Pylori yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung. Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat ditularkan, namun diperkirakan penularan tersebut terjadi melalui jalur oral atau akibat memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi H. pylori sering terjadi pada masa kanak - kanak dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan. Infeksi H. pylori ini sekarang diketahui sebagai penyebab utama terjadinya peptic ulcer dan penyebab tersering terjadinya gastritis. Infeksi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan peradangan menyebar yang kemudian mengakibatkan perubahan pada lapisan pelindung dinding lambung. Salah satu perubahan itu adalah atrophic gastritis, sebuah keadaan dimana kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung secara perlahan rusak. Peneliti menyimpulkan bahwa tingkat asam lambung yang rendah dapat mengakibatkan racun-racun yang dihasilkan oleh kanker tidak dapat dihancurkan atau dikeluarkan secara sempurna dari lambung sehingga meningkatkan resiko (tingkat bahaya) dari kanker lambung. Tapi sebagian besar orang yang terkena infeksi H. pylori kronis tidak mempunyai kanker dan tidak mempunyai gejala gastritis, hal ini mengindikasikan bahwa ada penyebab lain yang membuat sebagian orang rentan terhadap bakteri ini sedangkan yang lain tidak.
  • Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus. Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung. Jika pemakaian obat - obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer.
  • Penggunaan alkohol secara berlebihan. Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun pada kondisi normal.
  • Penggunaan kokain. Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan pendarahan dan gastritis.
  • Stress fisik. Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga borok serta pendarahan pada lambung.
  • Kelainan autoimmune. Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal ini mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding lambung, menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan menganggu produksi faktor intrinsic (yaitu sebuah zat yang membantu tubuh mengabsorbsi vitamin B-12). Kekurangan B-12, akhirnya, dapat mengakibatkan pernicious anemia, sebuah konsisi serius yang jika tidak dirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh. Autoimmune atrophic gastritis terjadi terutama pada orang tua.
  • Crohn's disease. Walaupun penyakit ini biasanya menyebabkan peradangan kronis pada dinding saluran cerna, namun kadang-kadang dapat juga menyebabkan peradangan pada dinding lambung. Ketika lambung terkena penyakit ini, gejala-gejala dari Crohn's disease (yaitu sakit perut dan diare dalam bentuk cairan) tampak lebih menyolok daripada gejala-gejala gastritis.
  • Radiasi and kemoterapi. Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat mengakibatkan peradangan pada dinding lambung yang selanjutnya dapat berkembang menjadi gastritis dan peptic ulcer. Ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang terjadi biasanya sementara, tapi dalam dosis besar akan mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat mengikis dinding lambung serta merusak kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung.
  • Penyakit bile reflux. Bile (empedu) adalah cairan yang membantu mencerna lemak-lemak dalam tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu akan melewati serangkaian saluran kecil dan menuju ke usus kecil. Dalam kondisi normal, sebuah otot sphincter yang berbentuk seperti cincin (pyloric valve) akan mencegah empedu mengalir balik ke dalam lambung. Tapi jika katup ini tidak bekerja dengan benar, maka empedu akan masuk ke dalam lambung dan mengakibatkan peradangan dan gastritis.
  • Faktor-faktor lain. Gastritis sering juga dikaitkan dengan konsisi kesehatan lainnya seperti HIV/AIDS, infeksi oleh parasit, dan gagal hati atau ginjal.
Kapan harus pergi ke dokter
Hampir setiap orang pernah mengalami penyakit pencernaan dan iritasi lambung. Dalam banyak kasus, terjadi hanya sebentar dan tidak membutuhkan perawatan medis. Tapi jika terdapat gejala-gejala gastritis yang terjadi secara terus menerus selama seminggu atau lebih, segera temui dokter. Dan pastikan untuk menginformasikan semua yang anda rasakan terutama bila anda merasakan sakit setelah meminum obat-obat bebas seperti aspirin atau yang lainnya.
Jika terjadi muntah darah atau terdapat darah dalam feces, segera temui dokter untuk menemukan penyebabnya.
Screening dan diagnosa
Bila seorang pasien didiagnosa terkena gastritis, biasanya dilanjutkan dengan pemeriksaan tambahan untuk mengetahui secara jelas penyebabnya. Pemeriksaan tersebut meliputi :
  • Pemeriksaan darah. Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat pendarahan lambung akibat gastritis.
  • Pemeriksaan pernapasan. Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H. pylori atau tidak.
  • Pemeriksaan feces. Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feces. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan pada lambung.
  • Endoskopi saluran cerna bagian atas. Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esophagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dimati-rasakan (anestesi) sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang, kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resiko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
  • Ronsen saluran cerna bagian atas. Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dilakukan ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di ronsen.
Komplikasi
Jika dibiarkan tidak terawat, gastritis akan dapat menyebabkan peptic ulcers dan pendarahan pada lambung. Beberapa bentuk gastritis kronis dapat meningkatkan resiko kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus menerus pada dinding lambung dan perubahan pada sel-sel di dinding lambung.
Kebanyakan kanker lambung adalah adenocarcinomas, yang bermula pada sel-sel kelenjar dalam mukosa. Adenocarcinomas tipe 1 biasanya terjadi akibat infeksi H. pylori. Kanker jenis lain yang terkait dengan infeksi akibat H. pylori adalah MALT (mucosa associated lymphoid tissue) lymphomas, kanker ini berkembang secara perlahan pada jaringan sistem kekebalan pada dinding lambung. Kanker jenis ini dapat disembuhkan bila ditemukan pada tahap awal.
Terapi
Terapi gastritis sangat bergantung pada penyebab spesifiknya dan mungkin memerlukan perubahan dalam gaya hidup, pengobatan atau, dalam kasus yang jarang, pembedahan untuk mengobatinya.
Terapi terhadap asam lambung
Asam lambung mengiritasi jaringan yang meradang dalam lambung dan menyebabkan sakit dan peradangan yang lebih parah. Itulah sebabnya, bagi sebagian besar tipe gastritis, terapinya melibatkan obat-obat yang mengurangi atau menetralkan asam lambung seperti :
  • Anatsida. Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau tablet dan merupakan obat yang umum dipakai untuk mengatasi gastritis ringan. Antasida menetralisir asam lambung dan dapat menghilangkan rasa sakit akibat asam lambung dengan cepat
  • Penghambat asam. Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi rasa sakit tersebut, dokter kemungkinan akan merekomendasikan obat seperti cimetidin, ranitidin, nizatidin atau famotidin untuk mengurangi jumlah asam lambung yang diproduksi.
  • Penghambat pompa proton. Cara yang lebih efektif untuk mengurangi asam lambung adalah dengan cara menutup “pompa” asam dalam sel-sel lambung penghasil asam. Penghambat pompa proton mengurangi asam dengan cara menutup kerja dari “pompa-pompa” ini. Yang termasuk obat golongan ini adalah omeprazole, lansoprazole, rabeprazole dan esomeprazole. Obat-obat golongan ini juga menghambat kerja H. pylori.
  • Cytoprotective agents. Obat-obat golongan ini membantu untuk melindungi jaringan-jaringan yang melapisi lambung dan usus kecil. Yang termasuk ke dalamnya adalah sucraflate dan misoprostol. Jika meminum obat-obat AINS secara teratur (karena suatu sebab), dokter biasanya menganjurkan untuk meminum obat-obat golongan ini. Cytoprotective agents yang lainnya adalah bismuth subsalicylate yang juga menghambat aktivitas H. pylori.
Terapi terhadap H. pylori
Terdapat beberapa regimen dalam mengatasi infeksi H. pylori. Yang paling sering digunakan adalah kombinasi dari antibiotik dan penghambat pompa proton. Terkadang ditambahkan pula bismuth subsalycilate. Antibiotik berfungsi untuk membunuh bakteri, penghambat pompa proton berfungsi untuk meringankan rasa sakit, mual, menyembuhkan inflamasi dan meningkatkan efektifitas antibiotik.
Terapi terhadap infeksi H. pylori tidak selalu berhasil, kecepatan untuk membunuh H. pylori sangat beragam, bergantung pada regimen yang digunakan. Akan tetapi kombinasi dari tiga obat tampaknya lebih efektif daripada kombinasi dua obat. Terapi dalam jangka waktu yang lama (terapi selama 2 minggu dibandingkan dengan 10 hari) juga tampaknya meningkatkan efektifitas.
Untuk memastikan H. pylori sudah hilang, dapat dilakukan pemeriksaan kembali setelah terapi dilaksanakan. Pemeriksaan pernapasan dan pemeriksaan feces adalah dua jenis pemeriksaan yang sering dipakai untuk memastikan sudah tidak adanya H. pylori. Pemeriksaan darah akan menunjukkan hasil yang positif selama beberapa bulan atau bahkan lebih walaupun pada kenyataanya bakteri tersebut sudah hilang.
Pencegahan
Walaupun infeksi H. pylori tidak dapat selalu dicegah, berikut beberapa saran untuk dapat mengurangi resiko terkena gastritis :
  • Makan secara benar. Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan yang pedas, asam, gorengan atau berlemak. Yang sama pentingnya dengan pemilihan jenis makanan yang tepat bagi kesehatan adalah bagaimana cara memakannya. Makanlah dengan jumlah yang cukup, pada waktunya dan lakukan dengan santai.
  • Hindari alkohol. Penggunaan alkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapisan mukosa dalam lambung dan dapat mengakibatkan peradangan dan pendarahan.
  • Jangan merokok. Merokok mengganggu kerja lapisan pelindung lambung, membuat lambung lebih rentan terhadap gastritis dan borok. Merokok juga meningkatkan asam lambung, sehingga menunda penyembuhan lambung dan merupakan penyebab utama terjadinya kanker lambung. Tetapi, untuk dapat berhenti merokok tidaklah mudah, terutama bagi perokok berat. Konsultasikan dengan dokter mengenai metode yang dapat membantu untuk berhenti merokok.
  • Lakukan olah raga secara teratur. Aerobik dapat meningkatkan kecepatan pernapasan dan jantung, juga dapat menstimulasi aktifitas otot usus sehingga membantu mengeluarkan limbah makanan dari usus secara lebih cepat.
  • Kendalikan stress. Stress meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke, menurunkan sistem kekebalan tubuh dan dapat memicu terjadinya permasalahan kulit. Stress juga meningkatkan produksi asam lambung dan melambatkan kecepatan pencernaan. Karena stress bagi sebagian orang tidak dapat dihindari, maka kuncinya adalah mengendalikannya secara effektif dengan cara diet yang bernutrisi, istirahat yang cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang cukup.
  • Ganti obat penghilang nyeri. Jika dimungkinkan, hindari penggunaan AINS, obat-obat golongan ini akan menyebabkan terjadinya peradangan dan akan membuat peradangan yang sudah ada menjadi lebih parah. Ganti dengan penghilang nyeri yang mengandung acetaminophen
ada beberapa faktor yang menjadi pemicunya, yaitu :
  • Adanya stress dan tekanan emosional yang berlebihan pada seseorang. Stress dapat menyebabkan sekresi lambung berlebihan, sehingga dalam waktu yang lama dapat mengikis lambung, duodenum atau esofagus.
  • Adanya sekresi asam lambung yang berlebihan. Asam lambung yang berlebihan dapat mengiritasi dan menurunkan kemampuan fungsi mukosa lambung tersebut.
  • Kembalinya asam lambung ke atas melalui dinding yang rusak karena gastritis (radang lambung) kronis atau karena iritasi alkohol
Langkah-langkah perawatan yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengatasi tukak lambung antara lain :
  • istirahat yang cukup sampai gejala mereda
  • hindari stres, tekanan emosional, dan kerja berat
  • jangan sampai terlambat makan dan jangan makan yang berlebihan
  • jangan biarkan lambung kosong, makan sedikit-sedikit dengan jenjang waktu yang sering.
  • konsumsi makanan yang ringan dan lunak
  • hindari makanan yang pedas, asam, keras, dan lain-lain yang dapat memperparah radang lambung seperti alkohol, kopi, buah yang mentah dan masam, nangka, durian, salak.
  • hindari merokok karena rokok dapat mengiritasi dinding lambung dan duodenum.
  • hindari obat-obatan yang mengandung aspirin.
  • usahakan buang air besar secara teratur
Untuk menurunkan asam lambung yang berlebihan yang dapat mengiritasi lambung biasanya minum obat antasida. Obat-obatan bersifat antasid yang banyak dijual bebas di warung berfungsi menurunkan keasaman cairan di lambung dengan cara menaikan pH, sehingga untuk sementara gejala sakit akan hilang. Namun hal tersebut hanya bersifat sementara karena luka pada lambung belum pulih dan sekresi kelenjar-kelenjar lambung belum seimbang. Dengan perawatan yang baik dan memperhatikan pola hidup dan pola makan yang sesuai, kebanyakan tukak lambung dapat sembuh sama sekali. Namun seringkali meninggalkan bekas jaringan parut yang dapat robek dan terjadi ulkus/luka kembali sehingga serangan dapat berulang kembali. Tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk mengatasi tukak lambung berfungsi untuk mengurangi peradangan dan infeksi, memperkuat dinding mukosa lambung, mengurangi kepekaan dinding lambung, dan memperbaiki fungsi pencernaan secara umum.
Berikut contoh resep/ramuan tumbuhan obat untuk membantu pengobatan tukak lambung, yaitu :
Resep 1.Bahan :Temu lawak: 30 gramKencur: 20 gram
Adas: 1 sendok teh
Cara Pemakaian :Temu lawak dan kencur dicuci bersih dan dipotong-potong, direbus dengan 500 cc air hingga tersisa 250 cc, disaring, tambahkan 1 sendok madu, airnya diminum hangat. Lakukan 2 kali sehari.
Resep 2.Bahan :Daun lidah buaya: 90 gramKunyit: 20 gramSambiloto: 5 gram kering
Gula aren: secukupnya
Cara Pemakaian :Daun lidah buaya yang telah dikupas kulitnya beserta kunyit dipotong-potong, lalu bersama bahan lainnya direbus dengan 500 cc air hingga tersisa 250 cc air, disaring, airnya diminum. Lakukan 2 kali sehari
Catatan :
  • pilih salah satu resep dan lakukan secara teratur 2 kali sehari.
  • Untuk perebusan gunakan periuk tanah, panci enamel atau pirex.
  • Ramuan dapat digunakan untuk 2 kali perebusan
Untuk keluhan yang serius tetap konsultasi ke dokter.

Sunday, January 20, 2013

Demam Tifoid (Thypoid Fever)

TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Demam tifoid (tifus abdominalis, enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran.1,2,3
Etiologi
Demam tifoid disebabkan oleh Salmonella typhi (S. typhi), basil gram negatif, berflagel, dan tidak berspora. S. typhi memiliki 3 macam antigen yaitu antigen O (somatik berupa kompleks polisakarida), antigen H (flagel), dan antigen Vi. Dalam serum penderita demam tifoid akan terbentuk antibodi terhadap ketiga macam antigen tersebut.
Kuman ini tumbuh dalam suasana aerob dan fakultatif anaerob. Kuman ini mati pada suhu 56ÂșC dan pada keadaan kering. Di dalam air dapat bertahan hidup selama 4 minggu dan hidup subur pada medium yang mengandung garam empedu.1
Epidemiologi
Demam tifoid dan paratifoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemik di Asia, Afrika, Amerika Latin Karibia dan Oceania, termasuk Indonesia. Penyakit ini tergolong penyakit menular yang dapat menyerang banyak orang melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Insiden demam tifoid di seluruh dunia menurut data pada tahun 3002 sekitar 16 juta per tahun, 600.000 di antaranya menyebabkan kematian. Di Indonesia prevalensi 91% kasus demam tifoid terjadi pada umur 3-19 tahun, kejadian meningkat setelah umur 5 tahun. Ada dua sumber penularan S.typhi : pasien yang menderita demam tifoid dan yang lebih sering dari carrier yaitu orang yang telah sembuh dari demam tifoid namun masih mengeksresikan S. typhi dalam tinja selama lebih dari satu tahun.2,3,4
Patogenesis
Infeksi S.typhi terjadi pada saluran pencernaan. Basil diserap di usus halus kemudian melalui pembuluh limfe masuk ke peredaran darah sampai di organ-organterutama hati dan limpa. Basil yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam hati dan limpa sehingga organ-organ tersebut akan membesar disertai nyeri pada perabaan. Kemudian basil masuk kembali ke dalam darah ( bakteremia) dan menyebar ke seluruh tubuh terutama ke dalam kelenjar limfoid usus halus, menimbulkan tukak pada mukosa diatas plaque peyeri. Tukak tersebut dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus. Gejala demam disebabkan oleh endotoksin yang dieksresikan oleh basil S.typhi sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus.1,4
Gejala Klinis
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan dengan penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10-14 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan lemas dan lesu, nyeri kepala, pusing, dan tidak bersemangat. Kemudian disusul gejala klinis, yaitu :1,2,3
1. Demam
Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris remiten dan suhu tidak tinggi. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore dan malam hari. Pada minggu kedua penderita terus berada dalam keadaan demam. Dalam minggu ketiga suhu badan berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
2. Gangguan saluran pencernaan
Pada penderita demam tifoid dapat ditemukan bibir kering, dan pecah-pecah (ragaden). Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tounge) dengan pinggir yang hiperemis, jarang disertai tremor. Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limpa membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya didapatkan konstipasi,akan tetapi mungkin pula normal bahkan dapat terjadi diare.
3. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak seberapa dalam, yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi sopor, koma atau gelisah.
Disamping gejala-gejala yang biasa ditemukan tersebut kadang-kadang ditemukan pula gejala lain berupa roseola pada punggung dan ekstremitas dan bradikardia pada anak besar.1
Relaps
Relaps atau kambuh merupakan keadaan berulangnya gejala penyakit tifus abdominalis, akan tetapi berlangsung lebih ringan dan lebih singkat. Biasanya terjadi dalam minggu kedua setelah suhu badan normal kembali.1,4
Diagnosis
Menegakkan diagnosis demam tifoid pada anak merupakan hal yang tidak mudah mengingat gejala dan tanda- tanda yang tidak khas.1 Diagnosis demam tifoid dapat dibuat dari anamnesis berupa demam, gangguan gastrointestinal dan mungkin disertai perubahan atau gangguan kesadaran. Untuk memastikan diagnosis tersangka demam tifoid maka perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium sebagai berikut :1,4
1. Darah tepi
- Anemia, pada umumnya terjadi karena supresi sumsum tulang, defisiensi Fe, atau perdarahan usus.
- Leukopenia, namun jarang kurang dari 3000/uL.
- Limfositosis relatif dan anaeosinofilia pada permulaan sakit.
- Trombositopeni terutama pada demam tifoid berat.
2. Pemeriksaan serologi
- Serologi Widal : untuk membuat diagnosis yang diperlukan adalah titer terhadap antigen O dengan kenaikan titer 1/200 atau kenaikan 4 kali titer fase akut ke fase konvalesens.
- Kadar Ig M dan Ig G (Typhi-dot).
3. Biakan Salmonela
- Biakan darah terutama pada minggu I perjalanan penyakit.
- Kultur tinja terutama pada minggu II perjalanan penyakit.
Komplikasi
Dapat terjadi pada :1,4
1. Intestinal:
- Perdarahan usus. Bila perdarahan yang terjadi banyak dan berat dapat terjadi melena disertai nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan.
- Perforasi usus. Biasanya dapat timbul pada minggu ketiga atau lebih.
- Peritonitis. Biasanya menyertai perforasi tapi dapat juga tanpa perforasi usus dengan ditemukannya gejala abdomen akut, yaitu nyeri perutyang hebat, dinding abdomen tegang (defans musculair) dan nyeri tekan.
2. Diluar Intestinal
Pengobatan
a. Medikamentosa1,4
1. Antibiotik
- Kloramfenikol (drug of choice) 50-100 mg/kgBB/hari, oral atau iv, dibagi dalam 4 dosis selama 10-14 hari.
- Amoksisilin 100 mg/kgBB/hari, oral selama 10 hari.
- Kotrimoksazol 6 mg/kgBB/hari, oral. Dibagi dalam 2 dosis selama 10 hari.
- Seftriakson 80 mg/kgBB/hari, iv atau im, sekali sehari selama 5 hari.
- Sefiksim 10 mg/kgBB/hari, oral, dibagi dalam 2 dosis selama 10 hari.
2. Kortikosteroid diberikan pada kasus berat dengan gangguan kesadaran.
- Deksametason 1-3 mg/kgBB/hari iv, dibagi 3 dosis hingga kesadaran membaik.
3. Antipiretik
b. Suportif1,4
- Tirah baring
- Isolasi yang memadai
- Kebutuhan cairan dan kalori yang cukup
- Diet rendah serat dan mudah dicerna
Prognosis1,4
Umumnya prognosis demam tifoid pada anak baik asal penderita cepat mendapat pengobatan. Prognosa menjadi buruk bila terdapat gejala klinis yang berat, seperti :
- Hiperpireksia atau febris kontinua.
- Kesadaran menurun.
- Malnutrisi.
- Terdapat kompliksi yang berat misalnya dehidrasi dan asidosis, peritonitis, bronkopneumonie, dll.

Daftar Pustaka
  1. Hasan R. Buku kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Infeksi Tropik. Jakarta : FK UI, 1985.
  2. Noer, S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid I. Jakarta : FKUI, 1996.
  3. Mansjoer A. Kapita Selekta Kedokteran. Demam Tifoid. Jakarta : FK UI, 2000.
  4. Brusch JL. Typhoid Fever. www.emedicine.com last up date July 24th 2006 [diakses pada tanggal 16 November 2007].
  5. Lentnek AL. Typhoid Fever. Division of Infection Disease. www.medline.com last up date June 20th 2007 [diakses pada tanggal 16 November 2007].

TYPHOID ABDOMINALIS

A. Pengertian
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis, (Syaifullah Noer, 1998).
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak usia 12 – 13 tahun ( 70% - 80% ), pada usia 30 - 40 tahun ( 10%-20% ) dan diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak ( 5%-10% ). (Mansjoer, Arif 1999).

Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pencernaan dan gangguan kesadaran (FKUI. 1999).

B. Etiologi
a) Salmonella thyposa, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar, tidak bersepora mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu:
• antigen O (somatic, terdiri darizat komplekliopolisakarida)
• antigen H(flagella)
• antigen V1 dan protein membrane hialin.
b) Salmonella parathypi A
c) salmonella parathypi B
d) Salmonella parathypi C
e) Faces dan Urin dari penderita thypus (Rahmad Juwono, 1996).


C. Patofisiologi
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.

D. Gejala Klinis
Masa tunas 7-14 (rata-rata 3 – 30) hari, selama inkubasi ditemukan gejala prodromal (gejala awal tumbuhnya penyakit/gejala yang tidak khas) :
• Perasaan tidak enak badan
• Lesu
• Nyeri kepala
• Pusing
• Diare
• Anoreksia
• Batuk
• Nyeri otot (Mansjoer, Arif 1999).
Menyusul gejala klinis yang lain
1. DEMAM
Demam berlangsung 3 minggu
• Minggu I : Demam remiten, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore dan malam hari
• Minggu II : Demam terus
• Minggu III : Demam mulai turun secara berangsur - angsur
2. GANGGUAN PADA SALURAN PENCERNAAN
• Lidah kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepi kemerahan, jarang disertai tremor
• Hati dan limpa membesar yang nyeri pada perabaan
• Terdapat konstipasi, diare
3. GANGGUAN KESADARAN
• Kesadaran yaitu apatis – somnolen
• Gejala lain “ROSEOLA” (bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler kulit) (Rahmad Juwono, 1996).

E. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium
• Pemeriksaan darah tepi : dapat ditemukan leukopenia,limfositosis relatif, aneosinofilia, trombositopenia, anemia
• Biakan empedu : basil salmonella typhii ditemukan dalam darah penderita biasanya dalam minggu pertama sakit
• Pemeriksaan WIDAL - Bila terjadi aglutinasi
- Diperlukan titer anti bodi terhadap antigeno yang bernilai  1/200 atau peningkatan  4 kali antara masa akut dan konvalesene mengarah kepada demam typhoid (Rahmad Juwono, 1996).

F. Penatalaksanaan
Terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1) Perawatan
• Tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari.
• Posisi tubuh harus diubah setiap  2 jam untuk mencegah dekubitus.
• Mobilisasi sesuai kondisi.
2) Diet
• Makanan diberikan secara bertahap sesuai dengan keadaan penyakitnya (mula-mula air-lunak-makanan biasa)
• Makanan mengandung cukup cairan, TKTP.
• Makanan harus menagndung cukup cairan, kalori, dan tinggi protein, tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang maupun menimbulkan banyak gas.
3) Obat
• Antimikroba
 Kloramfenikol
 Tiamfenikol
 Co-trimoksazol (Kombinasi Trimetoprim dan Sulkametoksazol)
• Obat Symptomatik
 Antipiretik
 Kartikosteroid, diberikan pada pasien yang toksik.
 Supportif : vitamin-vitamin.
 Penenang : diberikan pada pasien dengan gejala neuroprikiatri (Rahmad Juwono, 1996).

G. Komplikasi
Komplikasi dapat dibagi dalam :
1. Komplikasi intestinal
 Perdarahan usus
 Perforasi usus
 Ileus paralitik

2. Komplikasi ekstra intestinal.
 Kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi perifer (renjatan sepsis) miokarditis, trombosis, dan tromboflebitie.
 Darah : anemia hemolitik, tromboritopenia, sindrom uremia hemolitik
 Paru : pneumoni, empiema, pleuritis.
 Hepar dan kandung empedu : hipertitis dan kolesistitis.
 Ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis.
 Tulang : oeteomielitis, periostitis, epondilitis, dan arthritis.
 Neuropsikiatrik : delirium, meningiemus, meningitie, polineuritie, perifer, sindrom Guillan-Barre, psikosis dan sindrom katatonia.
 Pada anak-anak dengan demam paratifoid, komplikasi lebih jarang terjadi. Komplikasi sering terjadi pada keadaan tokremia berat dan kelemahan umum, terutama bila perawatan pasien kurang sempurna (Rahmad Juwono, 1996).

H. Pencegahan
1. Usaha terhadap lingkungan hidup :
a. Penyediaan air minum yang memenuhi
b. Pembuangan kotoran manusia (BAK dan BAB) yang hygiene
c. Pemberantasan lalat.
d. Pengawasan terhadap rumah-rumah dan penjual makanan.
2. Usaha terhadap manusia.
a. Imunisasi
b. Pendidikan kesehatan pada masyarakat : hygiene sanitasi personal hygiene. (Mansjoer, Arif 1999).

MANAJEMEN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
Didalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, no. Registerasi, status perkawinan, agama, pekerjaan, tinggi badan, berat badan, tanggal MR.
2. Keluhan Utama
pada pasien Thypoid biasanya mengeluh perut merasa mual dan kembung, nafsu makan menurun, panas dan demam.
1. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit Thypoid, apakah tidak pernah, apakah menderita penyakit lainnya.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umumnya penyakit pada pasien Thypoid adalah demam, anorexia, mual, muntah, diare, perasaan tidak enak di perut, pucat (anemi), nyeri kepala pusing, nyeri otot, lidah tifoid (kotor), gangguan kesadaran berupa somnolen sampai koma.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita Thypoid atau sakit yang lainnya.
4. Riwayat Psikososial
Psiko sosial sangat berpengaruh sekali terhadap psikologis pasien, dengan timbul gejala-gejala yang dalami, apakah pasien dapat menerima pada apa yang dideritanya.
5. Pola-Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola pesepsi dan tatalaksana kesehatan
Perubahan penatalaksanaan kesehatan yang dapat menimbulkan masalah dalam kesehatannya.
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya mual dan muntah, penurunan nafsu makan selama sakit, lidah kotor, dan rasa pahit waktu makan sehingga dapat mempengaruhi status nutrisi berubah.
3) Pola aktifitas dan latihan
Pasien akan terganggu aktifitasnya akibat adanya kelemahan fisik serta pasien akan mengalami keterbatasan gerak akibat penyakitnya.
4) Pola tidur dan aktifitas
Kebiasaan tidur pasien akan terganggu dikarenakan suhu badan yang meningkat, sehingga pasien merasa gelisah pada waktu tidur.
5) Pola eliminasi
Kebiasaan dalam buang BAK akan terjadi refensi bila dehidrasi karena panas yang meninggi, konsumsi cairan yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
6) Pola reproduksi dan sexual
Pada pola reproduksi dan sexual pada pasien yang telah atau sudah menikah akan terjadi perubahan.
7) Pola persepsi dan pengetahuan
Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan dalam merawat diri.
8) Pola persepsi dan konsep diri
Didalam perubahan apabila pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya.
9) Pola penanggulangan stress
Stres timbul apabila seorang pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya.
10) Pola hubungan interpersonil
Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan interpersonal dan peran serta mengalami tambahan dalam menjalankan perannya selama sakit.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Timbulnya distres dalam spiritual pada pasien, maka pasien akan menjadi cemas dan takut akan kematian, serta kebiasaan ibadahnya akan terganggu.

6. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Biasanya pada pasien typhoid mengalami badan lemah, panas, puccat, mual, perut tidak enak, anorexia.
2) Kepala dan leher
Kepala tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak mata normal, konjungtiva anemia, mata cowong, muka tidak odema, pucat/bibir kering, lidah kotor, ditepi dan ditengah merah, fungsi pendengran normal leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
3) Dada dan abdomen
Dada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, didaerah abdomen ditemukan nyeri tekan.
4) Sistem respirasi
Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan tidak terdapat cuping hidung.
5) Sistem kardiovaskuler
Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan darah yang meningkat akan tetapi bisa didapatkan tachiardi saat pasien mengalami peningkatan suhu tubuh.
6) Sistem integumen
Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral hangat.
7) Sistem eliminasi
Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk kemih pasien bisa mengalami penurunan (kurang dari normal). N ½ -1 cc/kg BB/jam.
8) Sistem muskuloskolesal
Apakah ada gangguan pada extrimitas atas dan bawah atau tidak ada gangguan.
9) Sistem endokrin
Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran kelenjar toroid dan tonsil.
10) Sistem persyarafan
Apakah kesadarn itu penuh atau apatis, somnolen dan koma, dalam penderita penyakit thypoid.

B. Diagnosa keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi Salmonella Typhii
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan/bedrest.
4. Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan pengeluaran cairan yang berlebihan (diare/muntah).

C. Intervensi dan Implementasi
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi salmonella typhsi
Tujuan : suhu tubuh normal/terkontrol.
Kriteria hasil : Pasien melaporkan peningkatan suhu tubuh
Mencari pertolongan untuk pencegahan peningkatan suhu tubuh.
Turgor kulit membaik
Intervensi :
 Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang peningkatan suhu tubuh
R/ agar klien dan keluarga mengetahui sebab dari peningkatan suhu dan membantu mengurangi kecemasan yang timbul.
 Anjurkan klien menggunakan pakaian tipis dan menyerap keringat
R/ untuk menjaga agar klien merasa nyaman, pakaian tipis akan membantu mengurangi penguapan tubuh.
 Batasi pengunjung
R/ agar klien merasa tenang dan udara di dalam ruangan tidak terasa panas.
 Observasi TTV tiap 4 jam sekali
R/ tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien
 Anjurkan pasien untuk banyak minum, minum  2,5 liter / 24 jam
R/ peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak
 Memberikan kompres dingin
R/ untuk membantu menurunkan suhu tubuh
 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian tx antibiotik dan antipiretik
R/ antibiotik untuk mengurangi infeksi dan antipiretik untuk menurangi panas.

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
Tujuan : Pasien mampu mempertahankan kebutuhan nutrisi adekuat
Kriteria hasil : - Nafsu makan meningkat
- Pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan
Intervensi
 Jelaskan pada klien dan keluarga tentang manfaat makanan/nutrisi.
R/ untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang nutrisi sehingga motivasi untuk makan meningkat.
 Timbang berat badan klien setiap 2 hari.
R/ untuk mengetahui peningkatan dan penurunan berat badan.
 Beri nutrisi dengan diet lembek, tidak mengandung banyak serat, tidak merangsang, maupun menimbulkan banyak gas dan dihidangkan saat masih hangat.
R/ untuk meningkatkan asupan makanan karena mudah ditelan.
 Beri makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.
R/ untuk menghindari mual dan muntah.
 Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antasida dan nutrisi parenteral.
R/ antasida mengurangi rasa mual dan muntah.
Nutrisi parenteral dibutuhkan terutama jika kebutuhan nutrisi per oral sangat kurang.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan/bed rest
Tujuan : pasien bisa melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) optimal.
Kriteria hasil : Kebutuhan personal terpenuhi
Dapat melakukan gerakkan yang bermanfaat bagi tubuh.
memenuhi AKS dengan teknik penghematan energi.
Intervensi :
 Beri motivasi pada pasien dan kelurga untuk melakukan mobilisasi sebatas kemampuan (missal. Miring kanan, miring kiri).
R/ agar pasien dan keluarga mengetahui pentingnya mobilisasi bagi pasien yang bedrest.

 Kaji kemampuan pasien dalam beraktivitas (makan, minum).
R/ untuk mengetahui sejauh mana kelemahan yang terjadi.
 Dekatkan keperluan pasien dalam jangkauannya.
R/ untuk mempermudah pasien dalam melakukan aktivitas.
 Berikan latihan mobilisasi secara bertahap sesudah demam hilang.
R/ untuk menghindari kekakuan sendi dan mencegah adanya dekubitus.

4. Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan cairan yang berlebihan (diare/muntah)
Tujuan : tidak terjadi gangguan keseimbangan cairan
Kriteria hasil : Turgor kulit meningkat
Wajah tidak nampak pucat
Intervensi :
 Berikan penjelasan tentang pentingnya kebutuhan cairan pada pasien dan keluarga.
R/ untuk mempermudah pemberian cairan (minum) pada pasien.
 Observasi pemasukan dan pengeluaran cairan.
R/ untuk mengetahui keseimbangan cairan.
 Anjurkan pasien untuk banyak minum  2,5 liter / 24 jam.
R/ untuk pemenuhan kebutuhan cairan.
 Observasi kelancaran tetesan infuse.
R/ untuk pemenuhan kebutuhan cairan dan mencegah adanya odem.
 Kolaborasi dengan dokter untuk terapi cairan (oral / parenteral).
R/ untuk pemenuhan kebutuhan cairan yang tidak terpenuhi (secara parenteral).

D. Evaluasi
Dari hasil intervensi yang telah tertulis, evaluasi yang diharapkan :
 Dx : peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi salmonella typhii
Evaluasi : suhu tubuh normal (36 o C) atau terkontrol.
 Dx : gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia.
Evaluasi : Pasien mampu mempertahankan kebutuhan nutrisi adekuat.

 Dx : intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan/bedrest
Evaluasi : pasien bisa melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) optimal.
 Dx : gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan pengeluaran cairan yang berlebihan (diare/muntah)
Evaluasi : kebutuhan cairan terpenuhi


DAFTAR PUSTAKA
Dangoes Marilyn E. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. EGC, Jakarta.
Lynda Juall, 2000, Diagnosa Keperawatan, EGC, Jakarta.
Mansjoer, Arif 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Media Aesculapis, Jakarta.
Rahmad Juwono, 1996, Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3, FKUI, Jakarta.
Sjaifoellah Noer, 1998, Standar Perawatan Pasien, Monica Ester, Jakarta.