A. KONSEP
Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah kawin. Batasan umur ini ditetapkan oleh karena berdasarkan pertimbangan usaha kesejahteran social, kematangan pribadi dan kematangan mental seorang anak yang dicapai pada umur 21 tahun . Anak merupakan potensi penerus cita-cita bangsa yang dasar-dasarnya telah diletakkan oleh generasi sebelumnya.
Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah kawin. Batasan umur ini ditetapkan oleh karena berdasarkan pertimbangan usaha kesejahteran social, kematangan pribadi dan kematangan mental seorang anak yang dicapai pada umur 21 tahun . Anak merupakan potensi penerus cita-cita bangsa yang dasar-dasarnya telah diletakkan oleh generasi sebelumnya.
Oleh karena itu anak harus mendapatkan perhatian yang sempurna dalam memenuhi perkembangan dan pertumbuhan baik fisik maupun mental sejak dini.
Telah kita yakini bahwa anak adalah sosok individu yang merupakan satu kesatuan yang utuh yang terdiri dari biopsikososialkultural adalah bagian dari keluarga dan masyarakat. Pemberian asuhan kesehatan pada anak yang baik adalah berpusat pada keluarga. Karena anak merupakan nggota yang tidak terpisahkan dari keluarga dan masyarakat. Anak adalah potensi serta penerus cita-cita bangsa yang dasar-dasarnya telah diletakkan oleh generasi sebelumnya.
Kebutuhan fisik, social dan emosional dari anak perlu disesuaikan dengan tingkat pertumbuhn anak dan perkembangannya sera mempertimbangkan latar belakang budaya dan keluarga.
Pendekatan asuhan kesehatan anak dalam konteks keluarga menggunakan pendekatan proses perawatan melalui langkah-langkah pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan dokumentasi. Perawat anak tidak hanya ditujukan semata-mata merawat anak selama sakit tetapi bertanggungjawab secara komprehensif memberikan perwatan yang memungkinkan pemenuhan kebutuhan bagi anak dan keluarganya.
B. PENGARUH KELARGA TERHADAP KESEHATAN ANAK
Keluarga adalah unit terkecil dan masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disatu tempat (dibawah satu atap) dalm keadaan saling ketergantungan. Keluarga merupakan suatu system terbuka, yang terdiri dari semua unsur dalam system, mempunyai struktur tujuan / fungsi dan mempunyai organisasi internal, seperti system yang lain. Bila salah satu dari komponen (seorang anggota keluarga ) mengalami gangguan, hal ini akan mempengaruhi keseluruhan anggota keluarga.
Konsep ini harus diketahui oleh orang tua yag secara terus menerus berhadapan / berhubungan dengan anak dan keluarganya. Dalam mengkaji dan menganalisa masalah kesehatan, petugas kesehatan harus melibatkan semua anggota keluarga serta memperhatikan factor-faktor yang mempengaruhi baik dalam keluarga itu sendiri maupun yang diluar yang dapat mengganggu kesehatan anak dan keluarganya.
1. Struktur Keluarga
Struktur keluarga dapat dijelaskan dengan isilah- istilah berikut :
a. Struktur keluarga atau susunan keluarga, terdiri dari anggota keluarga berdasrkan pertalian sedarah atu perkawinan.
b. Patrilineal : Keluarga sedarah yang terdiri dari anak saudara sedarah dla beberapa generasi dimana hubungan itu disusun jalur melalui garis lelaki.
c. Matrilineal : Dimana hbungan keluarga sedarah melalui garis perempuan.
d. Matrilokal : sepasang suami istri dapat tinggal bersama keluarga sedarah istri.
e. Patrilokal : sepasang suami istri dapat tinggal bersama keluarga sedarah suami
f. Keluarga Kawin : Hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa anak saudara yng menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau isteri.
g. Anak : adalah milik keluarga terdekat, yaitu keluarga kawin terdiri dari ibu bapak mereka, dan sanak saudara lain yang dianggap mempunyai hubungan darah dekat misalnya : kakek dan neneknya, dari kedua belah pihak (ayah dan ibunya).
Keluarga sedarah inilah mengakibatkan keadaanya menjadi keluarga generasi, sedangkan keluarga kawinan akan berubah dengan terjadinya perkawinan.
h. Sistem Kekeluargaan : Sistem dimana seseorang dikatakan mempunyai hubungan melalui nenek moyang yang sama atau perkaitan social (suami isteri) atau pengambiln anak angkat.
i. Keluarga Tiri
Dalam keluarga yang orang tuanya bercerai, sekitar 90 % anak tinggal dengan ibu mereka. Karena angka perceraian meningkat maka tingkat pernikahan ulang pun demikian. Akibatnya, lebih banyak anak yang tinggal bersama orang tua tiri (biasanya ayah tiri, dan mereka juga mungkin mempunyai orang tua tiri yang tidak tinggal bersama (misalnya, istri ayah untuk anak yang tinggal bersama ibu mereka). Bila orang tua yang bercerai kemudian menikah lagi, anak kadang mengalami jaringan hubungan keluarga yang rumit yang tidak hanya melibatkan orang tua tiri, tetapi juga saudara tiri saudara setengah tiri dan tambahan pasangan kakek nenek, bibi, paman, dan saudara sepupu.
j. Keluarga Orang Tua Tunggal
Pengaruh perkembangan anak dalam kelurga yang hanya memiliki ibu tergntung pad jenis kelamin anak. Anak laki-laki lebih banyak terpengaruh oleh ketidakhadiran ayah disbanding anak wanita. Anak dalam keluarga tanpa ayah sering kurang tertarik pada mainan dan aktifitas “maskulin” dibandingkan mereka yang memiliki ayah-ibu, tetapi umumnya tidk berbeda jauh dalam hal ketergantungan. Anak laki-laki yang tinggal dengan ibu yang menjanda menjadi lebih tergantung , lebih was-was terhadap perpisahan, lebih agresif dan kurang otonom disbanding anak laki-laki yang memiliki ayah.
Anak wanita yang dibesarkan dalam keluarga yang hanya memiliki ibu menunjukkan sedikit perbedaan kepribadian dan prilaku dibanding mereka dari kelurga dengan orang tua lengkap, kemampuan intelektual khususnya keterampilan kuantitatif anak laki-laki maupun anak wanita tampak terpengaruh. Anak tanpa ayah sering tampak kurang mampu disekolah dan pada pengukuran keterampilan kognitif dibanding anak yang berayah, tetapi pola ini sebagian mungkn disebabkan perbedaan penghasilan dn tingkat social.
k) Keluarga Inti (Nuclear Family)
Keluarga inti adalah anggot keluarga terdiri dari suami istri dan anak-anaknya.
l) Keluarga Besar (Extended Family)
Keluarga besar yaitu keluarga inti dengan tambahan anak saudara, misalnya ayah atau ibu dari suami isteri, paman dan bibi dari suami dan isteri.
2. Prinsip Fungsi Keluarga
Tiga prinsip fungsi keluarga sehubungan dengan pemeliharaan anak :
a. Untuk merawat fisik anak
Keluarga bertanggung jawab menyediakan kebutuhan dasar anak sweperti makan, pakaian tempat tinggal (rumah), pencegahan penyakit dan perawatan kesehatan.
b. Mendidik anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan (kultur)
Salah satu fungsi pokok keluarga adalah untuk mensosialisasikan anak seperti mengajar anak bahasa, peran/tingkah laku yang sesuai dengan nilai dan standart etik dan kultur, setelah itu disekolah, dilingkungan bermain, kawan dan orang lain akan mempengaruhi, akan tetapi keluarga tetap merupakan titik sentral dalam membina sosialisasi anak secara terus menerus semasa anak-anak.
c. Bertanggung jawab untuk kesejahteran anak secara psikologis dan emosional.
Pentingnya hubungan psikologis secara antara anak dan orang tua melalui hubungan anggota keluarga, anak dapat pula belajar tingkah laku dn berlanjut kepada hubungan dengan orang lain. Dasar kepribadian seseorang anak terbentuk dari keluarga dan lingkungan.
3. Tugas Keluarga Dalam Pemeliharaan Kesehatan
Dalam pemeliharaan kesehatan anggota keluarga saling mempengaruhi dalam keyakinannya terhadap kesehatan, tentang status kesehatan dan cara-cara memelihara kesehatan. Prilaku sehat ditanamkan sejak kecil oleh orang tua hingga dewasa. Pengaruh keluarga sehat ini juga meliputi persepsi tentang kesehatan dan masalah kesehatan. Orang tua sangat berpartisipasi aktif dalam pemeliharaan kesehatan keluarga yang ditujukan dengan cara-cara peningkatan kesehatan keluarga.
Pengaruh anggota keluarga terhadap kesehatan tidak hanya dari orang tua kepada anak-anaknya, tetapi juga pengaruh persepsi orang tua kepada kesehatan anaknya, dan pengaruh bagaimana orang tua mempersepsi/menanggapi kesehatan anaknya sendiri.
Pada keluarga dengan anak yang dilahirkan dengan masalah kesehatan, misalnya cacat bawaan kdang-kadang orang tua merasa dirinya rendah. Semua anggota keluarga pada umumnya memandang kesehatannya sendiri dalam kontek kesehatan anggota kelurga. Karena perasaan loyalitas, solidaritas antar anggota keluarga, maka setiap anggota keluarga merasa memiliki kewajiban untuk saling menjaga, memelihara, memberi bantuan untuk peningkatan kesehatan keluarga.
“Raeeman” mengemukakan tugas-tugas keluarga dalam upaya pemeliharan kesehatan sebagai berikut :
a. Mengenal gangguan perkembangan / masalah kesehatan pada setiap anggota keluarga
b. Mengambil keputusan yang tepat atas tindakan / upaya kesehatan yang akan dilaksanakan terhadap masalah kesehatan yang timbul pada keluarga.
c. Memberikan asuhan keperawatan (sesuai dengan kemempuannya) kepada anggota keluarga yang sakit, tidak dapat menolong dirinya sendiri karena ketidakmampuan, cacat, atau usia terlalu muda.
d. Menciptakan, mempertahankan suasana rumah dan lingkungan yang dapat menunjang tumbuh kembang anggota keluarga , perkembangan kepribadian yang menguntungkan.
e. Memelihara / mempertahankan hubungan timbal balik antar keluarga dan fasilitas kesehatan yang ada.
Tingkat kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut diatas akan menentukan intensitas perawat kesehatan / petugas kesehatan dalam melaksanakan upaya perawatan kesehatan ditingkat keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Mussen, Henry Paul. 1989. Perkembangan dan Kepribadian Anak, Edisi 6. Jakarta :
Penerbit Arcan
Pusdiknas. 1992. Asuhan Keperawatan Dalam Konteks Keluarga. Jakarta : DEPKES RI
Pusdiknas. 1990. Perawatan Kebidanan yang Berorientasi Pada Keluarga (perawatan III)
jilid I. Jakarta : DEPKES RI.
No comments:
Post a Comment