Monday, April 29, 2013
POSYANDU
Dalam rangka menuju masyarakat yang adil, pembangunan dilakukan disegala bidang. Pembangunan bidang kesehatan yang merupakan bagian dari pembangunan nasional yang secara keseluruhannya perlu digalakan pula. Hal ini telah digariskan dalam sistem kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk atau individu agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan pembangunan nasional. Selanjutnya pembangunan di bidang kesehatan mempunyai arti penting dalam kehidupan nasional, khususnya di dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Untuk mencapai keberhasilan tersebut erat kaitannya dengan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia sebagai modal dasar pembangunan nasional. Pengembangan sumber daya manusia merupakan suatu upaya yang besar, sehingga tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja tanpa adanya keterlibatan masyarakat. Dalam upaya untuk menurunkan Angka Kematian Bayi (AKI) dan anak balita, angka kelahiran agar terwujud keluarga kecil bahagia dan sejahtera, pelaksanaannya tidak saja melalui program-program kesehatan melainkan berhubungan erat dengan program Keluarga Berencana. Upaya menggerakan masyarakat dalam keterpaduan ini melalui Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD), yang pelaksanaannya secara operasional dibentuk Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Posyandu ini merupakan wadah titik temu antara pelayanan profesional dari petugas kesehatan dan peran serta masyarakat dalam menanggulangi masalah kesehatan masyarakat terutama dalam upaya penurunan angka kematian bayi dan kesehatan masyarakat, upaya penurunan angka kematian bayi atau kelahiran. Posyandu merupakan wadah untuk mendapatkan pelayanan dasar terutama dalam bidang kesehatan dan Keluarga Berencana yang dikelola oleh masyarakat, penyelenggaraannya dilaksanakan oleh kader yang telah terlatih di bidang kesehatan dan KB, dimana anggotanya berasal dari masyarakat. Kader kesehatan merupakan perwujudan peran aktif masyarakat dalam pelayanan terpadu, dengan adanya kader yang dipilih oleh masyarakat, kegiatan diprioritaskan pada lima program dan mendapat bantuan dari petugas kesehatan (Sutarsa, 2009). Posyandu dikelola oleh petugas kesehatan dan para kader yang membantu berfungsinya Posyandu itu sendiri, berfungsinya Posyandu tersebut dipengaruhi oleh keaktifan para kader Posyandu. Kurang berfungsinya Posyandu sehingga kinerja Posyandu tersebut menjadi tidak maksimal, disebabkan karena kurangnya kemampuan kader dalam memberikan pelayanannya di Posyandu serta pembinaan dari petugas kesehatan yang kemudian rendahnya minat masyarkat untuk menggunakan Posyandu. Banyak faktor yang menyebabkan masyarakat berkunjung ke Posyandu, tetapi ada juga masyarakat yang tidak mau berkunjung ke Posyandu. Faktor yang menyebabkan masyarakat tidak mau berkunjung ke Posyandu bisa berasal dari dalam diri orang itu sendiri. Faktor pribadi yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang menurut Notoatmodjo (2010) diantaranya adalah pengetahuan, sikap, nilai, kepercayaan dan keyakinan. Menurut Yuni (2011) bahwa kunjungan ibu balita ke Posyandu erat kaitannya dengan perilaku kesehatan, perilaku kesehatan hakikatnya adalah hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan ibu dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan balitanya. Sedangkan menurut Kartono (2009) kerap kali sikap mengarah pada perilaku tetapi sebaliknya perilaku sering mengarah pada sikap yang cocok/sesuai dengan perilaku tersebut. Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat dari Keluarga Berencana dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan keluarga berencana yang mempunyai nilai strategis untuk pembangunan sumber daya manusia sejak dini (Effendi, 2009). Yang dimaksud dengan nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini yaitu dalam peningkatan mutu manusia yang akan datang dan akibat dari proses pertumbuhan dan perkembangan manusia ada 3 intervensi, yaitu : 1) Pembinaan kelangsungan hidup anak (child survival) yang ditujukan untuk menjaga kelangsungan hidup anak sejak janin dalam kandungan ibu sampai usia balita 2) Pembinaan perkembangan anak (child development) yang ditujukan untuk membina tumbuh dan kembang anak secara sempurna, baik fisik maupun mental sehingga siap menjadi tenaga kerja tangguh 3) Pembinaan kemampuan kerja (employment) yang dimaksud untuk memberikan kesempatan berkarya dan berkreasi dalam pembangunan bangsa dan negara Intervensi 1 dan 2 dapat dilaksanakan sendiri oleh masyarakat dengan sedikit bantuan dan pengarahan dari petugas penyelenggara dan pengembangan Posyandu merupakan strategi yang tepat untuk intervensi ini. Intervensi ke 3 perlu dipersiapkan dengan memperhatikan aspek-aspek politik, ekonomi, sosial, dan budaya (Effendi, 2009) Posyandu adalah pusat pelayanan keluarga berencana dan kesehatan yang dikelola serta diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) (Effendy, 2009). Tujuan Tujuan Umum Menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat. Tujuan Khusus Meningkatkan peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB. Meningkatnya peran lintas sektor dalam penyelenggaraan posyandu, terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB. Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB. Sasaran Yang menjadi sasaran di dalam pelayanan kesehatan Posyandu adalah: Bayi dan balita Ibu hamil, ibu menyusui dan ibu nifas WUS dan PUS Kegiatan Posyandu Kegiatan posyandu pada hari buka posyandu KIA Pemberian pil tambah darah bagi ibu hamil, penimbangan balita rutin per bulan sebagai pemantau kesehatan balita melalui pertambahan berat badan setiap bulan. Keberhasilan program terlihat melalui grafik pada kartu KMS setiap bulan. KB Pelayanan KB di posyandu yang dapat diselenggarakan oleh kader adalah pemberian kondom dan pemberian pil ulangan. Jika ada tenaga kesehatan puskesmas dilakukan suntikan KB, dan konseling KB. Apabila tersedia ruangan dan peralatan yang menunjang dilakukan pemasangan IUD. Imuniasi Memberi kekebalan terhadap penyakit tertentu. Untuk mencapai hasil yang optimal dalam pelaksanaan program imunisasi sangat tergantung pada kinerja petugas pelaksana di lapangan terutama tingkat Puskesmas (Dinkes Jabar, 2011) Gizi Pelayanan gizi di posyandu dilakukan oleh kader. Sasarannya adalah bayi, balita, ibu hamil dan WUS. Jenis pelayanan yang diberikan meliputi penimbangan berat badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan gizi, pemberian makanan tambahan, pemberian vitamin A dan pemberian sirup Fe. Khusus untuk ibu hamil dan ibu nifas ditambah dengan pemberian tablet besi serta kapsul yodium untuk bertempat tinggal di daerah gondok endemik. Apabila setelah 2 kali penimbangan tidak ada kenaikan berat badan, segera dirujuk ke puskesmas. Penanggulangan diare Pencegahan diare di posyandu dilakukan antara lain dengan penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat. Penanggulangan diare di posyandu dilakukan antara lain penyuluhan, pemberian larutan gula garam yang dapat dibuat sendiri oleh masyarakat atau pemberian oralit yang disediakan. Kegiatan posyandu di luar hari buka posyandu Kegiatan utama yang dilakukan pada hari-hari di luar hari buka posyandu adalah penyuluhan. Penyuluhan ini dapat dilakukan oleh kader, PKK, anggota LKMD kepada masyarakat, terutama ibu-ibu pengguna posyandu (ibu hamil, ibu yang mempunyai bayi dan balita serta ibu usia subur). Kegiatan penyuluhan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya kunjungan rumah, pada waktu arisan, pertemuan PKK dan lain-lain. Alasan pembentukan Posyandu Posyandu dapat memberikan pelayanan kesehatan khususnya dalam upaya pencegahan penyakit dan pelayanan KB Posyandu dari masyarakat, untuk masyarakat dan oleh masyarakat sehingga menimbulkan rasa memiliki masyarakat terhadap upaya dalam bidang kesehatan dan KB Pelaksanaan kegiatan Posyandu Posyandu dilaksanakan sebulan sekali oleh LPMD, Kader, Tim Penggerak PKK Desa/Kelurahan serta petugas kesehatan dari KB. Pada hari buka Posyandu dilakukan pelayanan masyarakat dengan sistem 5 (lima) meja, yaitu : Meja I : Pendaftaran Meja II : Penimbangan Meja III : Pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS) Meja IV : Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS Mengenai balita berdasarkan penimbangan berat badan yang naik atau tidak naik diikuti dengan pemberian makanan tambahan, oralit dan vitamin A. Terhadap ibu hamil yang resiko tinggi, diikuti dengan pemberian zat gizi. Terhadap Pasangan Usia Subur (PUS), agar menjadi peserta KB diikuti dengan pemberian kondom atau pil Meja V : Pelayanan tenaga profesional meliputi pelayanan KIA, KB, immunisasi dan pengobatan Petugas pada Meja I sampai IV dilaksanakan oleh kader sedangkan Meja V oleh para medis Lokasi Berada di tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat dan tidak terlalu dekat dengan puskesmas agar pendekatan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat lebih tercapai. Atau dapat ditentukan oleh masyarakat itu sendiri bila tidak memungkinkan, dapat dilaksanakan di rumah penduduk, pos RT atau RW atau pos lainnya. Dana Dana pelaksanaan Posyandu berasal dari swadaya masyarakat, melalui gotong royong dengan kegiatan jimpitan beras dan hasil potensi desa lainnya. Serta sumbangan dari donatur yang tidak mengikat yang dihimpun melalui kegiatan dana sehat. Sumber daya yang dapat digunakan untuk Posyandu meliputi sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Sumber daya manusia adalah : dalam bentuk tenaga pengelola kegiatan Posyandu. Sumber daya alam misalnya dalam bentuk pemanfaatan hasil pertanian untuk perbaikan gizi anak balita, jimpitan hasil pertanian misalnya beras untuk membiayai kegiatan Posyandu, pemanfaatan pasir dan batu dari sungai setempat sebagai sumber dana bagi kegiatan Posyandu (Depkes, 2010). Menurut Depkes RI (2009), intervensi dari tingkat perkembangan posyandu adalah sebagai berikut : Posyandu pratama (warna merah) Posyandu tingkat pratama adalah posyandu yang masih belum mantap, kegiatannya belum bisa rutin tiap bulan dan kader aktifnya terbatas. Sehingga intervensinya antara lain : pelatihan kader, penyegaran kader, penambahan jumlah kader. Posyandu madya (warna kuning) Posyandu pada tingkat madya sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali pertahun, dengan rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih. Akan tetapi cakupan program utamanya (KB, KIA, Gizi dan imunisasi) masih rendah, yaitu kurang dari 50 %. Ini berarti kelestarian kegiatan posyandu sudah baik tetapi masih rendah cakupannya. Untuk itu perlu dilakukan pergerakkan masyarakat secara internsif, serta penambahan posyandu yang sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. Intervensi untuk posyandu madya antara lain : Pelatihan toma dengan modul eklasi posyandu Penggerakan dengan pendekatan PKMD (SMD dan MMD) untuk menentukan masalah dan mencari penyelesaiannya, termasuk menentukan program tambahan yang sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. Posyandu purnama (warna hijau) Posyandu pada tingkat purnama adalah posyandu yang frekuensinya lebih dari 8 kali pertahun, rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih dan cakupan 5 program utamanya (KB, KIA, gizi dan imunisasi) lebih dari 50 %. Sudah ada program tambahan, bahkan mungkin sudah ada dana sehat yang masih sederhana. Intervensi pada posyandu purnama antara lain : Penggerakan dengan pendekatan PKMD, untuk mengarahkan masyarakat menentukan sendiri pengembangan program posyandu. Pelatihan dana sehat, agar di desa tersebut dapat tumbuh dana sehat yang kuat dengan cakupan anggota minimal 50 % KK atau lebih. Posyandu mandiri Posyandu ini berarti sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur, cakupan 5 program utama sudah bagus, ada program tambahan, dan dana sehat telah menjangkau lebih dari 50 % KK. Untuk posyandu tingkat ini, intervensinya adalah pembinaan dana sehat, yaitu diarahkan agar dana sehat tersebut menggunakan prinsip JPKM. Disampaikan oleh : Prassana, 2012
Sunday, April 28, 2013
Tuesday, April 23, 2013
MENDAMPINGI PASIEN SAKARATUL MAUT
- Pengertian
Sakaratul maut merupakan keadaan dimana seseorang saat sedang menghadapi kematian, yang memiliki berbagai hal dan harapan tertentu sebelum meninggal.
Perawatan pasien yang akn meninggal dilakukan dengan cara memberi pelayanan khusus jasmaniah dan rohaniah sebelum pasien meninggal.
- Tujuan
1. membarikan rasa tenang dan puas jasmaniah dan rohaniah kepada pasien dan keluarganya.
2. memberi ketengan dan kesan yang baik terhadap pasien di sekitarnya.
- Persiapan
v Persiapan alat
1. tempat / ruang khusus (bila memungkinkan)
2. alat-alat vital zign
a) Alat Oksigenasi
b) Tensimeter
c) Termometer
d) Stetoskop
3. Pinset
4. Kain kasa penekan dan air matang dalam tempatnya
5. Kertas tissue (bila ada)
6. Kapas
7. Handuk kecil/lap pembasuh untuk menyeka keringat pasien
8. Alat tenun secukupnya
v Persiapan pasien
1. Pasien disiapkan menurut agama dan kepercayaanya
2. Keluarga pesien diberi tahu tindakan yang akan dilakukan (pendampingan sakaratul maut)
3. Menyiapkan alat / catatan untuk menulis pesan dan amanat terakhir pasien
- Pelaksanaan
1. Memisahkan pasien sakaratul maut dengan pasien yang lain
2. Mengijinkan keluarga untuk mendampingi, pasien tidak boleh ditinggalkan sendiri
3. membersihkan pasien dari keringat (pasien harus selalu bersih)
4. mengusahakan lingkungan tenang
5. membasahi bibir pasien dengan kasa lembab bila tampak kering, menggunakan pinset
6. mmbantu melayani dalam upacara keagamaan
7. mengobserfasi terus menerus tanda-tanda kehidupan ( vital sign)
- Perhatian
1. berbicaralah dengan suara lembut dan penuh perhatian
2. kekang diri untuk tidak tertawa dan tidak bergurau di sekitar pasien yang berada dalam keadaan sakaratul maut.
Monday, April 22, 2013
KOMPETENSI BIDAN I
Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan ketrampilan dari ilmu-ilmu sosial, kesehatan masyarakat, dan etik yang membentuk dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya, untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarganya.
a. Pengetahuan dan ketrampilan dasar
· Kebudayaan dasar masyarakat Indonesia.
→ Kebudayaan yang mendasar atau sudah mendarah daging pada masyarakat Indonesia sejak jaman dahulu dan sampai sekarang masih ada serta berlaku dalam kehidupan masyarakat.
· Keuntungan dan kerugian praktek tradisional dan modern.
→ Keuntungan praktek tradisional:
Ø Lebih murah biayanya.
Ø Menguasai adat dan tradisi masyarakat.
Ø Masyarakat lebih bisa menerimanya.( masyarakat kebayakan lebih percaya kepada dukun bayi yang menggunakan cara tradisional daripada seorang bidan yang sudah berpengalaman)
→ Kerugian praktek tradisional:
Ø Menggunakan cara-cara tradisional yang diwariskan secara turun temurun.
Ø Pengetahuan dan pengalaman tenaga kerjanya masih kurang.
Ø Alat-alat yang digunakan kebayakan masih sederhana(alamiah)/tidak steril sehingga memungkinkan terjadinya infeksi.
→ Keuntungan praktek modern:
Ø Sudah menggunakan peralatan yang modern, penyediaan obat-obatan yang lengkap.
Ø Higenitas dan tindakan lanjutan perawatannya lebih tepat.
Ø Tenaga kerjanya sudah ahli dan mempunyai pengetahuan yang berkembang.
→ Kerugian praktek modern:
Ø Kurang menguasai adat dan tradisi masyarakat.
Ø Biayanya cenderung lebih mahal.
· Sarana tanda bahaya serta transportasi kegawatdaruratan bagi anggota masyarakat yang sakit yang membutuhkan asuhan tambahan.
→ Seorang bidan harus melakukan rujukan yang tepat ke institusi pelayanan kesehatan yang lebih tinggi apabila terjadi komplikasi/tanda kegawatdaruratan pada pasien serta menyiapkan transportasi yang memadai,seperti ambulans,mobil kesehatan,dll.
· Penyebab langsung maupun tidak langsung kematian dan kesakitan ibu dan bayi di masyarakat.
→Penyebab langsung dan tidak langsung kematian ibu
Faktor medis yang menjadi penyebab langsung kematian ibu adalah pendarahan 42%, keracunan kehamilan (eklamsia) 13%, keguguran (abortus) 11%, infeksi (10%), persalinan macet (partus lama) 9% dan penyebab lain 15%. Sedangkan penyebab non medis yakni status nutrisi ibu hamil yang rendah, anemia pada ibu hamil, terlambat mendapat pelayanan, serta usia yang tidak ideal dalam melahirkan, terlalu banyak anak dan terlalu dekat jarak melahirkan.
Beberapa penyebab tak langsung yakni terlambat mencari pertolongan, terlambat membawa ke tempat rujukan serta terlambat memberi pertolongan di tempat rujukan. Penyebab lain yang digolongkan sebagai penyebab tidak langsung kematian ibu antara lain masih rendahnya status perempuan di Indonesia. Kejadian kesakitan dan kematian ibu hamil juga berakar pada ketidakberdayaan perempuan dalam mendapatkan kesetaraan dalam hal pendidikan, pekerjaan, ekonomi serta dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar.
→ Penyebab langsung dan tidak langsung kematian bayi
Ada empat penyebab langsung kematian bayi, yakni berat badan badan rendah mencapai 29%, asfiksia 27%, masalah pemberian makanan 10%, tetanus 10%, infeksi 5%dan lain-lain 13%. Sedangkan faktor-faktor yang secara tidak langsungmenyebabkan kematian bayi berupa kurangnya kesadaran masyarakat bahwa melahirkan berisiko terhadap ibu dan bayi. Selain itu, kurangnya perhatian keluarga (ibu, suami dan nenek) terhadap keselamatan dan kesehatan bayi, kurangnya pengetahuan ibu dan keluarga tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan minimal empat kali selama kehamilan, rendahnya akses ke fasilitas pelayanan kesehatan yang disebabkan jarak yang jauh, tidak punya biaya.
· Advokasi dan strategi pemberdayaan wanita dalam mempromosikan hak-haknya yang diperlukan untuk mencapai kesehatan yang optimal (kesetaraan dalam memperoleh pelayanan kebidanan)
· Keuntungan dan resiko dari tatanan tempat bersalin yang tersedia.
→ Tempat bersalin yang bersih dan nyaman mempengaruhi proses persalinan itu sendiri. Lingkungan yang bersih dapat menambah semangat si ibu untuk melahirkan. Tapi sebaliknya tatanan tempat bersalin yang kotor dapat mempengaruhi psikis ibu dan ketakutan adanya bahaya infeksi yang dapat membahayakan ibu dan bayi yang dilahirkan.
→ Tempat bersalin yang bersih dan nyaman mempengaruhi proses persalinan itu sendiri. Lingkungan yang bersih dapat menambah semangat si ibu untuk melahirkan. Tapi sebaliknya tatanan tempat bersalin yang kotor dapat mempengaruhi psikis ibu dan ketakutan adanya bahaya infeksi yang dapat membahayakan ibu dan bayi yang dilahirkan.
· Advokasi bagi wanita agar bersalin dengan aman.
→ Memberikan saran kepada ibu yang akan melahirkan agar bersalin di tempat yang menjamin keselamatan dirinya dan juga bayi yang akan dilahirkannya nanti. Menyarankan untuk melahirkan di klinik bidan atau rumah sakit, jangan di tempat dukun atau tempat yang tidak menjamin keselamatan dirinya.
· Masyarakat keadaan kesehatan lingkungan, termasuk penyediaan air, perumahan, resiko lingkungan, makanan, dan ancaman umum bagi kesehatan.
· Standar profesi dan praktik kebidanan.
→ untuk menentukan kompetensi yang diperlukan dalam praktek sehari-hari.
Ø Standar pelayanan umum : registrasi, rincian kegiatan pelayanan, promosi.
Ø Standar pelayanan antenatal : identifikasi ibu hamil, pemeriksaan dan pemantauan antenatal, palpasi abdomianal, persiapan persalinan.
b. Pengetahuan dan Keterampilan Tambahan
· Epidemiologi, sanitasi, diagnosa masyarakat dan vital statistik.
→ Epidemiologi : ilmu yang mempelajari hubungan antara berbagai faktor yang menentukan frekuensi dan distribusi penyakit pada komunitas manusia.
→ Sanitasi : menciptakan keadaan lingkungan yang baik untuk kesehatan.
→ Diagnosa masyarakat : penentuan sifat penyakit di lingkungan masyarakat dengan memperhatikan gejala,tanda yang ada.
→ Vital statistik :
1. Salah satu teknik untuk menilai status kesehatan masyarakat dalam kesatuan populasi tertentu.
2. Alat bantu menghasilkan ukuran dalam penafsiran akan fakta kesehatan.
3. Bagian statistik kesehatan yang menghasilkan ukuran tentang kejadian dalam kehidupan manusia dari konsepsi sampai mati.
4. Statistik vital adalah statistik mengenai kesehatan dan bertujuan mempublikasikan data kesehatan yang berguna sekali bagi evaluasi aktivitas, perencanaan, dasar tindak lanjut suatu pemantauan dan penelitian (Slamet, 2004)
Fungsi Vital Statistik
1. Menilai dan membandingkan tingkat kesehatan masyarakat.
2. Menentukan masalah dan penyebab masalah kesehatan masyarakat.
3. Menentukan kontrol dan pemeliharaan selama pelaksanaan program kesehatan.
4. Menentukan prioritas program kesehatan suatu daerah.
5. Menentukan keberhasilan program suatu daerah.
6. Mengembangkan prosedur, klasifikasi, indeks dan teknik evaluasi seperti sistim pencatatan dan pelaporan.
7. Menyebarluaskan informasi tentang situasi kesehatan dan program kesehatan
Kejadian yang dinilai dalam vital statistik
-Kejadian kematian
-Kelahiran
-Perkawinan
-Perceraian
-Adopsi Penyakit
-Kelahiran
-Perkawinan
-Perceraian
-Adopsi Penyakit
· Infrastruktur kesehatan setempat dan nasional, serta bagaimana mengakses sumberdaya yang dibutuhkan untuk asuhan kebidanan.
→ Infrastruktur yang dimaksud adalah puskesmas, klinik bersalin, rumah sakit,dll.
→ Sumber daya yang di butuhkan : peran ibu itu sendiri, suami, dan anggota keluarga yang lain.
· Primary Health Care (PHC) berbasis di masyarakat dengan menggunakan promosi kesehatan serta strategi pencegahan penyakit.
→ Dengan mengadakan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya kesehatan dalam hidup kita, bagaimana menjaga kesehatan itu sendiri serta cara pencegahan terhadap suatu penyakit yang berbahaya di lingkungan masyarakat.
→ Dengan mengadakan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya kesehatan dalam hidup kita, bagaimana menjaga kesehatan itu sendiri serta cara pencegahan terhadap suatu penyakit yang berbahaya di lingkungan masyarakat.
· Program imunisasi nasional dan akses untuk pelayanan imunisasi.
→ Dengan memberikan imunisasi terhadap balita secara berkala serta pemberian vaksin untuk pencegahan terhadap penyakit,seperti vaksin hepatitis, cacar, dll.
→ Dengan memberikan imunisasi terhadap balita secara berkala serta pemberian vaksin untuk pencegahan terhadap penyakit,seperti vaksin hepatitis, cacar, dll.
Penyediaan lapangan yang memadai,seperti posyandu yang berlangsung secara terjadwal.
c. Perilaku profesional bidan
· Berpegang teguh pada filosofi, etika profesi dan aspek legal.
→ filosofi :sesuatu yang bisa memberikan gambaran dan berperan sebagai dasar untuk memberikan informasi dan meningkatkan praktik profesional.
→ filosofi :sesuatu yang bisa memberikan gambaran dan berperan sebagai dasar untuk memberikan informasi dan meningkatkan praktik profesional.
→ etika profesi : mengatur sikap, tindak tanduk orang dalam menjalankan tugas profesinya yg biasa.
· Bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan keputusan klinis yang dibuatnya.
→ Seorang bidan harus bisa bertanggung jawab apabila sesuatu terjadi kepada pasien yang ditanganinya. Dan bisa mempertanggungjawabkan di hadapan hukum dan orang/institusi yang bersangkutan.
· Senantiasa mengikuti perkembangan pengetahuan dan keterampilan mutakhir.
→ Bidan harus berpikir statis (berkembang) mengikuti perkembangan IPTEK, jangan cenderung monoton kepada teori yang sudah ada, padahal teori kebidanan di setiap tahun itu bisa berubah-ubah.
· Menggunakan cara pencegahan universal untuk penularan penyakit dan strategi pengendalian infeksi.
→ Pencegahan universal yaitu dengan melibatkan banyak orang,misalnya:di rumah sakit melibatkan pasien itu sendiri dengan menjaga kebersihan tempat dan badannya, tenaga medis yang bekerja(dokter,suster,bidan) dengan kebiasaan mencuci dan menggunakan sarung tangan sebelum melakukan tindakan keperawatan, serta lingkungan rumah sakit baik kebersihannya, maupun pengunjung yang datang untuk menjenguk pasien.
· Melakukan konsultasi dan rujukan yang tepat dalam memberikan asuhan kebidanan.
· Menghargai budaya setempat sehubungan dengan praktik kesehatan, kehamilan, kelahiran, periode pasca persalinan, bayi baru lahir dan anak.
→ Dalam hal ini bidan dalam melakukan tindakan perlu mengkaji keadaan lingkungan itu seperti apa, dapat memposisikan diri di lingkungan dengan baik, serta menyesuaikan dengan adat budaya yang ada.
· Menggunakan model kemitraan dalam bekerja sama dengan kaum wanita/ibu agar mereka dapat menentukan pilihan yang telah diinformasikan tentang semua aspek asuhan, meminta persetujuan secara tertulis supaya mereka bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri.
→ Bidan menjalin kerjasama yang baik dengan kaum ibu dalam penanganan masalah yang ada pada ibu sesuai dengan apa yang sudah disarankan oleh bidan (saling bertukar pikiran). Bidan juga harus meminta persetujuan secara tertulis,supaya dalam prakteknya nanti apabila terjadi kesalahan tidak menjadi tanggungan bidan seutuhnya.
→ Bidan menjalin kerjasama yang baik dengan kaum ibu dalam penanganan masalah yang ada pada ibu sesuai dengan apa yang sudah disarankan oleh bidan (saling bertukar pikiran). Bidan juga harus meminta persetujuan secara tertulis,supaya dalam prakteknya nanti apabila terjadi kesalahan tidak menjadi tanggungan bidan seutuhnya.
· Menggunakan keterampilan mendengar dan memfasilitasi.
· Bekerja sama dengan petugas kesehatan lain untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada ibu dan keluarga.
→ Misal : dengan tenaga kerja dirumah sakit baik negeri maupun swasta, tenaga kesehatan masyarakat,dll.
· Advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan pelayanan.
→ Bidan memberikan saran, melindungi dan mendukung apa yang menjadi pilihan ibu yang menjadi hak-haknya.
Monday, April 15, 2013
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS NORMAL
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS NORMAL
PADA NY. A UMUR 18 TAHUN P1A0 DENGAN 4 JAM POST PARTUM
DI RS UMI BAROKAH
TAHUN 2011
RS/Unit : RS Umi Barokah Dokter : dr. Haris., Sp.OG | Tgl /jam masuk: 18 januari 2011/07.00 WIB Diagnosa : Ny. A umur 18 th P1A0 dengan 4 jam post partum |
I. PENGKAJIAN
Tanggal/jam : 18 januari 2011/18.20 WIB
A. Data subyektif
1. Biodata
Nama klien : Ny. A Umur : 18 tahun Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Agama : Islam Pendidikan : SMP Pekerjaan : swasta Alamat : Tegalombo,Kiringan | Nama suami : Tn. W Umur : 25 tahun Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Agama : Islam Pendidikan : SD Pekerjaan : swasta |
2. Keluhan utama : ibu mengatakan bahwa perutnya terasa mules-mules dan badannya lemas.
3. Data kebidanan, ibu mengatakan bahwa:
a. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
No | G P A | Umur kehamilan | Masalah kehamilan | Tgl/th partus | Tempat partus | Jenis persalinan | Penolong persalinan | Penyulit | Keadaan anak sekarang |
1 | P1 | ± 39 mggu | Tidak ada | 18/1/11 | RS | Spontan | Bidan | Tidak ada | Baik |
No | Anak | Keadaan nifas | Keterangan | ||||||
JK | BB | PB | Keadaan lahir | Sekarang | Laktasi | Perdarahan | Infeksi | ||
1. | Laki-laki | 3500 gr | 53 cm | Baik | Baik | Ya | Normal | Tidak ada | - |
b. Riwayat kehamilan dan persalinan sekarang:
1. G P1A0 Anak hidup: 1 anak
Masa gestasi : 39 minggu 4 hari
Komplikasi selama hamil : tidak ada
2. Tanggal persalinan : 18-1-2011, jam: 14.15 WIB
Jenis persalinan : spontan
Lama persalinan : Kala I : 10 jam, pembukaan lengkap 13.50 WIB
Kala II : 25 menit
Kala III : 5 menit
Kala IV : 2 jam
Perdarahan : Kala I : 20 cc
Kala II : 50 cc
Kala III : 50 cc
Kala IV : 100 cc
Jumlah : 220 cc
Penyulit persalinan : tidak ada
Penolong : bidan
3. Rawat gabung : ya
Alasan : untuk menjalin hubungan batin yang kuat antara ibu dan bayi
4. Data kesehatan
a. Riwayat kesehatan keluarga: ibu mengatakan bahwa dalam keluarga tidak pernah mempunyai riwayat penyakit menular seperti TBC, Hepatitis, PMS dan penyakit menurun seperti Diabetes militus dan jantung,
Keturunan kembar : tidak ada
Lain-lain : tidak ada
b. Riwayat kesehatan yang lalu
Penyakit yang pernah dialami : tidak ada
Diderita sejak : - sampai: -
Operasi yang pernah dialami : tidak pernah
c. Riwayat kesehatan sekarang
Penyakit yang diderita: ibu mengatakan bahwa tidak merasakan gejala:
Jantung: berdebar-debar dan mudah lelah TBC: batuk terus menerus lebih dari 2 minggu Ashma: sesak nafas DM: luka yang tidak sembuh-sembuh Hipertensi: pusing sekali Hepatitis: kuku, mata dan kulit berwarna kuning | Epilepsy: kejang-kejang Penyakit kelamin GO: kencing nanah HIV-AIDS: mudah sakit, diare, berat badan turun drastis Lain-lain: tidak ada |
5. Data kebiasaan sehari-hari (post partum)
a. Nutrisi/makan
| Selama hamil | Setelah hamil |
Frekuensi Porsi Jenis makanan Keluhan Makanan pantang | 3 x/hari 1 piring Nasi lauk sayur Tidak ada Tidak ada | 3 x/hari 1 piring Nasi lauk sayur Tidak ada Tidak ada |
b. Eliminasi
| Selama hamil | Setelah hamil |
ü BAB Frekuensi Keluhan ü BAK Frekuensi Keluhan | Sudah 1 x/hari Tidak ada Sudah 4-6 x/hari Tidak ada | Belum - Tidak ada Sudah Baru 1 x Tidak ada |
c. Istirahat
| Selama hamil | Setelah hamil |
Tidur ü Siang ü Malam Keluhan | ± 2 jam ± 8 jam Tidak ada | Belum tidur Belum tidur Tidak ada |
d. Personal hygiene
| Selama hamil | Setelah hamil |
Mandi Keramas Sikat gigi Ganti pakaian Keluhan | 2 x/hari 3 x/minggu 2 x/hari 2 x/hari Tidak ada | 2 x/hari 3 x/minggu 2 x/hari 2 x/hari Tidak ada |
6. Data psikologo/spiritual
a. Psikologi
Tanggapan ibu terhadap kelahiran bayinya : senang
Tanggapan suami/keluarga atas kelahiran bayinya : senang
Dukungan yang diberikan suami/keluarga: sangat mendukung ditandai dengan keikutsertaan suami dan keluarga dalam merawat bayi
Rencana menyusui bayinya: ya
Kapan: sejak lahir sampai: 6 bulan
Pengetahuan ibu tentang menyusui
Manfaat ASI : supaya bayi menjadi sehat
Perawatan payudara : belum tahu
Makanan bayi : ASI
Perawatan bayi : sudah tahu yaitu memandikan, perawatan tali pusat dan gedong
Pengetahuan ibu tentang senam nifas : belum tahu
Rencana mengasuh/merawat bayi oleh: ibu dan keluarga sendiri
b. Social
Hubungan antar manusia : baik
Kegiatan social : arisan RT
Rekreasi : sangat jarang
c. Spiritual
Kegiatan agama : sholat, pengajian, puasa
d. Kontrasepsi
Kontrasepsi yang pernah digunakan : belum pernah
Keluhan : -
Rencana ber-KB : ya
Kapan : setelah masa nifas selesai
Alat : pil
Tanggapan suami : sangat mendukung
Jumlah anak yang diinginkan : 2 anak
e. Budaya
Kebiasaan/adat yang berhubungan dengan:
Kehamilan : 7 bulanan
Persalinan : tidak ada
Nifas : tidak ada
Bayi baru lahir: sepasaran
B. Data obyektif
1. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum: baik Kesadaran: composmentis
b. Tanda-tanda vital
ü TD : 130/80 mmHg
ü Nadi : 80 x/menit
ü Suhu : 36 ºC
ü Pernafasan: 25 x/menit
2. Kepala dan leher
ü Wajah : tidak pucat, tidak odema, tidak ada kloasma
ü Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
ü Hidung : bersih, tidak ada secret, tidak ada polip
ü Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen
ü Gusi : tidak bengkak, tidak mudah berdarah
ü Gigi : lengkap, tidak berlubang, tidak ada caries dentis
ü Bibir : lembab, tidak kering
ü Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan parotis
3. Payudara : simetris, putting susu menonjol, hiperpigmentasi pada papilla dan areola, kolostrum (+)
4. Abdomen : TFU 2 jari di atas pusat, kontraksi uterus kuat
5. Tangan dan kaki
- | - |
- | - |
ü Odema :
ü Kuku jari : tidak pucat
ü Varices : tidak ada
ü Reflek patella : +/+
6. Genetalia eksterna
ü Vagina: varices : tidak ada
Infeksi : tidak ada
Cairan : lochia rubra
ü Kelenjar bartolini: Odema : tidak ada
Masa/kista : tidak ada
Cairan : tidak ada
7. Pengeluaran pervaginam : lochia rubra
8. Perineum dan anus
ü Luka episiotomy/jahit : ada luka jahitan
ü Keadaan luka : baik
ü Tanda radang : tidak ada
ü Anus : tidak haemoroid
9. Pemeriksaan laboratorium
ü Golongan darah : A Rh (+)
ü Hb : 12,0 g/dl
ü Leucosyt : 8.300
ü HCT : -
ü Trombosit : 164.000
C. Pengobatan
Obat-obat yang diberikan:
F Amoxicillin 3 x 500 mg
F Asmef 3 x 1 amp
II. MERUMUSKAN DIAGNOSA
Tanggal: 18 Januari 2011 Jam: 18.30 WIB
a. Diagnose
Ny. A umur 18 th P1A0 dengan 4 jam post partum
Dasar Subyektif : ibu mengatakan bahwa habis melahirkan 4 jam yang lalu
Dasar obyektif : palpasi abdomen TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus kuat, peneluaran pervaginam berupa lochia rubra ±100 cc.
b. Masalah
Tidak ada
c. Kebutuhan
Tidak ada
III. MENGANTISIPASI DIAGNOSA
Tidak ada
IV. MENENTUKAN TINDAKAN SEGERA
Tidak ada
V. INTERVENSI
Tanggal: 18 Januari 2011 Jam: 18.30 wib
1. Observasi KU, TTV, TFU, kontraksi, perdarahan dan kandung kemih setiap 30 menit
2. Beri tahu ibu hasil pemeriksaan
3. Cukupi kebutuhan nutrisi dan cairan
4. Beri tahu ibu tentang perubahan fisiologis masa nifas
5. Anjurkan ibu cukup istirahat dan latih mobilisasi dini
6. Ajarkan cara menyusui yang benar
7. Ajarkan ibu cara merawat tali pusat yang benar
8. Anjurkan ibu untuk meneruskan terapi amoxicillin dan asmef
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal: 18 Januari 2011 Jam: 18.35 wib
1. Mengobservasi KU, TTV, TFU, kontraksi, perdarahan dan kandung kemih setiap 30 menit:
KU : baik kesadaran: composmentis
TTV: TD: 120/90 mmHg S: 36ºC
N : 84 x/menit R: 26 x/menit
TFU : 2 jari di atas pusat Kontraksi : kuat
Perdarahan : ± 100 cc (lochia rubra)
Kandung kemih: kosong
2. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu
3. Mencukupi kebutuhan nutrisi dan cairan dengan memberikan makanan dan minuman kepada ibu
4. Memberitahu ibu bahwa mules-mules yang dirasakan ibu merupakan hal yang normal. Hal tersebut merupakan efek dari kontraksi rahim yang kembali ke bentuk semula. Sehingga tidak perlu dikhawatirkan.
5. Menganjurkan ibu untuk cukup istirahat dengan tidak melakukan gerakan yang berlebihan terlebih dahulu
6. Mengajarkan pada ibu cara menyusui yang benar
7. Mengajarkan pada ibu cara merawat tali pusat yaitu dengan mengganti kasa pembungkus tali pusat 2-3 x sehari
8. Menganjurkan ibu meneruskan terapi obat amoxicillin dan asmef
VII. EVALUASI
Tanggal : 18 Januari 2011 jam: 17.00 wib
1. KU, TTV, TFU, kontraksi, perdarahan dan kandung kemih sudah di observasi setiap 30 menit
2. Hasil pemeriksaan sudah diberitahukan pada ibu
3. Kebutuhan nutrisi dan cairan ibu sudah terpenuhi, ibu sudah makan 1 porsi makanan dan minum segelas teh hangat
4. Ibu sudah faham bahwa rasa mules-mules yang dia rasakan adalah normal\
5. Ibu sudah cukup istirahat yaitu dengan tidak banyak melakukan gerakan yang berlebihan
6. Ibu sudah tahu bagaimana menyusui yang benar
7. Ibu sudah mengetahui bagaimana merawat tali pusat yang benar
8. Ibu bersedia melanjutkan terapi amoxicillin dan asmef.
Subscribe to:
Posts (Atom)