EMBRIOLOGI KAVUM AMNION
Amnion : selaput tipis pada hasil konsepsi yang terbentuk mulai hari ke 8 pasca konsepsi dan membentuk kantung kecil yang menutupi permukaan dorsal ‘embryonic disc”. Secara bertahap menyelubungi embrio yang tumbuh.
Cairan amnion : cairan yang berada dalam kavum amnion
DINAMIKA CAIRAN AMNION
Pengaturan volume cairan amnion adalah proses dinamis yang mencerminkan
Thursday, September 29, 2011
Tuesday, September 27, 2011
Makalah kompresi bimanual interna (KBI)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kompresi Bimanual Interna merupakan tindakan sesudah plasenta dikeluarkan masih terjadi perdarahan karena atonia uteri, perdarahan karena anemia, perlu dilakukan tindakan kompresi bimanual sambil mengambil tindakan-tindakan lain untuk menghentikan perdarahan dan memperbaiki keadaan penderita.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas dan sesuai dengan judul makalah, maka dalam hal ini rumusan masalah adalah “ Bagaimana asuhan kebidanan pada ibu bersalin untuk menghentikan pendarahan yang dilakukan dengan tindakan KBI”.
C. TUJUAN
Tujuan Umum
Sebagai acuan bagi bidan sebagai tenaga kesehatan dalam melaksanakan Asuhan Kebidanan kepada Ibu bersalin dengan kasus perdarahan untuk melakukan tindakan Kompresi Bimanual Interna
Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian pada Ibu bersalin dengan perdarahan .
2. Mampu merumuskan diagnosa kebidanan dalam asuhan kebidanan pada ibu bersalin yang mengalami perdarahan
3. Mampu menyusun perencanaan yang menyeluruh kepada ibu bersalin
4. Mampu menerapkan rencana asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan perdarahan setelah melahirkan
5. Mampu melakukan evaluasi dari tindakan dengan KBI dalam asuhan kebidanan pada ibu bersalin yang mengalami perdarahan saat melahirkan.
D. MANFAAT
Penulis mengharapkan laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, sebagai pertimbangan bagi calon tenaga kesehatan professional dalam memberikan pelayanan asuhan kebidanan dalam upaya membantu mengatasi perdarahan saat persalinan dengan menggunakan tindakan KBI.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Kompresi Bimanual Interna adalah tangan kiri penolong dimasukan ke dalam vagina dan sambil membuat kepalan diletakan pada forniks anterior vagina. Tangan kanan diletakan pada perut penderita dengan memegang fundus uteri dengan telapak tangan dan dengan ibu jari di depan serta jari-jari lain di belakang uterus. Sekarang korpus uteri terpegang antara 2 tangan antara lain, yaitu tangan kanan melaksanakan massage pada uterus dan sekalian menekannya terhadap tangan kiri.
Kompresi bimanual interna melelahkan penolong sehingga jika tidak lekas member hasil, perlu diganti dengan perasat yang lain. Perasat Dickinson mudah diselenggarakan pada seorang multipara dengan dinding perut yang sudah lembek. Tangan kanan diletakkan melintang pada bagian-bagian uterus, dengan jari kelingking sedikit di atas simfisis melingkari bagian tersebut sebanyak mungkin, dan mengangkatnya ke atas. Tangan kiri memegang korpus uteri dan sambil melakukan massage menekannya ke bawah ke arah tangan kanan dan ke belakang ke arah promotorium.
Kompresi bimanual interna dilakukan saat terjadi perdarahan. Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, 1998).
Haemoragic Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml dalam 24 jam pertama setelah lahirnya bayi (Williams, 1998)
HPP biasanya kehilangan darah lebih dari 500 ml selama atau setelah kelahiran (Marylin E Dongoes, 2001).
Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
- Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir
- Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir
Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi perdarahan post partum :
1. Menghentikan perdarahan.
2. Mencegah timbulnya syok.
3. Mengganti darah yang hilang.Frekuensi perdarahan post partum 4/5-15 % dari seluruh persalinan. Berdasarkan penyebabnya :
1. Atoni uteri (50-60%).
2. Retensio plasenta (16-17%).
3. Sisa plasenta (23-24%).
4. Laserasi jalan lahir (4-5%).
5. Kelainan darah (0,5-0,8%).
ETIOLOGI/PENYEBAB
Tindakan kompresi bimanual interna ini akibat adanya perdarahan yang disebabkan karena Penyebab umum perdarahan postpartum adalah:
1. Atonia Uteri
2. Sisa Plasenta dan selaput ketuban
- Pelekatan yang abnormal (plasaenta akreta dan perkreta)
- Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia)
3.Inversio Uteri
Inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri
C. PATOFISIOLOGI
Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk meningkatkan sirkulasi ke sana, atoni uteri dan subinvolusi uterus menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah-pembuluh darah yang melebar tadi tidak menutup sempurna sehingga perdarahan terjadi terus menerus. Trauma jalan lahir seperti epiostomi yang lebar, laserasi perineum, dan rupture uteri juga menyebabkan perdarahan karena terbukanya pembuluh darah, penyakit darah pada ibu; misalnya afibrinogemia atau hipofibrinogemia karena tidak ada atau kurangnya fibrin untuk membantu proses pembekuan darah juga merupakan penyebab dari perdarahan postpartum. Perdarahan yang sulit dihentikan bisa mendorong pada keadaan shock hemoragik.
Perbedaan perdarahan pasca persalinan karena atonia uteri dan robekan jalan lahir adalah:
Atonia uteri (sebelum/sesudah plasenta lahir).
1. Kontraksi uterus lembek, lemah, dan membesar (fundus uteri masih tinggi.
2. Perdarahan terjadi beberapa menit setelah anak lahir.
3. Bila kontraksi lemah, setelah masase atau pemberian uterotonika, kontraksi yang lemah tersebut menjadi kuat.
Robekan jalan lahir (robekan jaringan lunak).
1. Kontraksi uterus kuat, keras dan mengecil.
2. Perdarahan terjadi langsung setelah anak lahir. Perdarahan ini terus-menerus.
Penanganannya, ambil spekulum dan cari robekan.
3. Setelah dilakukan masase atau pemberian uterotonika langsung uterus mengeras tapi perdarahan tidak berkurang.Perdarahan Postpartum akibat Atonia Uteri
Perdarahan postpartum dapat terjadi karena terlepasnya sebagian plasenta dari rahim dan sebagian lagi belum; karena perlukaan pada jalan lahir atau karena atonia uteri. Atoni uteri merupakan sebab terpenting perdarahan postpartum.
Atonia uteri dapat terjadi karena proses persalinan yang lama; pembesaran rahim yang berlebihan pada waktu hamil seperti pada hamil kembar atau janin besar; persalinan yang sering (multiparitas) atau anestesi yang dalam. Atonia uteri juga dapat terjadi bila ada usaha mengeluarkan plasenta dengan memijat dan mendorong rahim ke bawah sementara plasenta belum lepas dari rahim.
Perdarahan yang banyak dalam waktu pendek dapat segera diketahui. Tapi bila perdarahan sedikit dalam waktu lama tanpa disadari penderita telah kehilangan banyak darah sebelum tampak pucat dan gejala lainnya. Pada perdarahan karena atonia uteri, rahim membesar dan lembek.Terapi terbaik adalah pencegahan. Anemia pada kehamilan harus diobati karena perdarahan yang normal pun dapat membahayakan seorang ibu yang telah mengalami anemia. Bila sebelumnya pernah mengalami perdarahan postpartum, persalinan berikutnya harus di rumah sakit. Pada persalinan yang lama diupayakan agar jangan sampai terlalu lelah. Rahim jangan dipijat dan didorong ke bawah sebelum plasenta lepas dari dinding rahim.
Pada perdarahan yang timbul setelah janin lahir dilakukan upaya penghentian perdarahan secepat mungkin dan mengangatasi akibat perdarahan. Pada perdarahan yang disebabkan atonia uteri dilakukan massage rahim dan suntikan ergometrin ke dalam pembuluh balik. Bila tidak memberi hasil yang diharapkan dalam waktu singkat, dilakukan kompresi bimanual pada rahim, bila perlu dilakukan tamponade utero vaginal, yaitu dimasukkan tampon kasa kedalam rahim sampai rongga rahim terisi penuh. Pada perdarahan postpartum ada kemungkinann dilakukan pengikatan pembuluh nadi yang mensuplai darah ke rahim atau pengangkatan rahim.
Plasenta sudah terlepas dari dinding rahim namun belum keluar karena atoni uteri atau adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim (akibat kesalahan penanganan kala III) yang akan menghalangi plasenta keluar (plasenta inkarserata).
Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan tetapi bila sebagian plasenta sudah lepas maka akan terjadi perdarahan. Ini merupakan indikasi untuk segera mengeluarkannya.Plasenta mungkin pula tidak keluar karena kandung kemih atau rektum penuh. Oleh karena itu keduanya harus dikosongkan.
Sehingga untuk mengatasi perdarahan tersebut diatas harus dilakukan Kompresi Bimanual Interna.
D. MANIFESTASI KLINIK/TANDA DAN GEJALA
Gejala Klinis umum yang terjadi adalah kehilangan darah dalam jumlah yang banyak (> 500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, mual.
Gejala Klinis berdasarkan penyebab:
a. Atonia Uteri:
Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan perdarahan segera setelah anak lahir (perarahan postpartum primer)
Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain)
b. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)
Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah ) tidak lengkap dan perdarahan segera
Gejala yang kadang-kadang timbul: Uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus tidak berkurang.
c. Inversio uterus
Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa, tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan nyeri sedikit atau berat.
Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok neurogenik dan pucat
E. TINDAKAN KBI
Kompresi bimanual internal :
Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril, dengan lembut memasukan tangan (dengan cara menyatukan kelima ujung jari) ke introitus dan ke dalam vagina ibu.
Periksa vagina dan serviks untuk mengetahui ada tidaknya selaput ketuban atau bekuan darah pada kavum uteri yang memungkinkan uterus tidak dapat berkontraksi secara penuh.
Letakkan kepalan tangan pada forniks anterior, menekan dinding anterior uterus, sementara telapak tangan lain pada abdomen, menekan dengan kuat dinding belakang uterus ke arah kepalan tangan dalam.
Tekan uterus dengan kedua tangan secara kuat. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah di dalam dinding uterus dan juga merangsang miometrium untuk berkontraksi.
Evaluasi hasil kompresi bimanual internal:
Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan melakukan KBI selama 2 menit, kemudian perlahan-lahan keluarkan tangan dari dalam vagina, pantau kondisi ibu secara melekat selama kala IV
Jika uterus berkontraksi tetapi perdarahan terus berlangsung, periksa perineum, vagina dan serviks apakah terjadi laserasi di bagian tersebut, segera lakukan penjahitan bila ditemukan laserasi.
kontraksi uterus tidak terjadi dalam 5 menit, ajarkan pada keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksternal, kemudian teruskan dengan langkah-langkah penatalaksanaan atonia uteri selanjutnya. Minta keluarga untuk mulai menyiapkan rujukan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tindakan Kompresi Bimanual Interna ini dapat di lakukan jika terjadi perdarahan, yang disebabkan karena adanya atonia uteri, sisa plasenta yang tertinggal dan inversio uteri.
Tindakan Kompresi Bimanual Interna ini adalah dimana tangan kiri penolong dimasukan ke dalam vagina dan sambil membuat kepalan diletakan pada forniks anterior vagina. Tangan kanan diletakan pada perut penderita dengan memegang fundus uteri dengan telapak tangan dan dengan ibu jari di depan serta jari-jari lain di belakang uterus.
Oleh karena itu, Kompresi ini harus dilakuakn dengan segera agar perdarahan pada ibu bersalin dapat terhentikan dengan secepat mungkin.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kompresi Bimanual Interna merupakan tindakan sesudah plasenta dikeluarkan masih terjadi perdarahan karena atonia uteri, perdarahan karena anemia, perlu dilakukan tindakan kompresi bimanual sambil mengambil tindakan-tindakan lain untuk menghentikan perdarahan dan memperbaiki keadaan penderita.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas dan sesuai dengan judul makalah, maka dalam hal ini rumusan masalah adalah “ Bagaimana asuhan kebidanan pada ibu bersalin untuk menghentikan pendarahan yang dilakukan dengan tindakan KBI”.
C. TUJUAN
Tujuan Umum
Sebagai acuan bagi bidan sebagai tenaga kesehatan dalam melaksanakan Asuhan Kebidanan kepada Ibu bersalin dengan kasus perdarahan untuk melakukan tindakan Kompresi Bimanual Interna
Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian pada Ibu bersalin dengan perdarahan .
2. Mampu merumuskan diagnosa kebidanan dalam asuhan kebidanan pada ibu bersalin yang mengalami perdarahan
3. Mampu menyusun perencanaan yang menyeluruh kepada ibu bersalin
4. Mampu menerapkan rencana asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan perdarahan setelah melahirkan
5. Mampu melakukan evaluasi dari tindakan dengan KBI dalam asuhan kebidanan pada ibu bersalin yang mengalami perdarahan saat melahirkan.
D. MANFAAT
Penulis mengharapkan laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, sebagai pertimbangan bagi calon tenaga kesehatan professional dalam memberikan pelayanan asuhan kebidanan dalam upaya membantu mengatasi perdarahan saat persalinan dengan menggunakan tindakan KBI.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Kompresi Bimanual Interna adalah tangan kiri penolong dimasukan ke dalam vagina dan sambil membuat kepalan diletakan pada forniks anterior vagina. Tangan kanan diletakan pada perut penderita dengan memegang fundus uteri dengan telapak tangan dan dengan ibu jari di depan serta jari-jari lain di belakang uterus. Sekarang korpus uteri terpegang antara 2 tangan antara lain, yaitu tangan kanan melaksanakan massage pada uterus dan sekalian menekannya terhadap tangan kiri.
Kompresi bimanual interna melelahkan penolong sehingga jika tidak lekas member hasil, perlu diganti dengan perasat yang lain. Perasat Dickinson mudah diselenggarakan pada seorang multipara dengan dinding perut yang sudah lembek. Tangan kanan diletakkan melintang pada bagian-bagian uterus, dengan jari kelingking sedikit di atas simfisis melingkari bagian tersebut sebanyak mungkin, dan mengangkatnya ke atas. Tangan kiri memegang korpus uteri dan sambil melakukan massage menekannya ke bawah ke arah tangan kanan dan ke belakang ke arah promotorium.
Kompresi bimanual interna dilakukan saat terjadi perdarahan. Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, 1998).
Haemoragic Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml dalam 24 jam pertama setelah lahirnya bayi (Williams, 1998)
HPP biasanya kehilangan darah lebih dari 500 ml selama atau setelah kelahiran (Marylin E Dongoes, 2001).
Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
- Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir
- Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir
Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi perdarahan post partum :
1. Menghentikan perdarahan.
2. Mencegah timbulnya syok.
3. Mengganti darah yang hilang.Frekuensi perdarahan post partum 4/5-15 % dari seluruh persalinan. Berdasarkan penyebabnya :
1. Atoni uteri (50-60%).
2. Retensio plasenta (16-17%).
3. Sisa plasenta (23-24%).
4. Laserasi jalan lahir (4-5%).
5. Kelainan darah (0,5-0,8%).
ETIOLOGI/PENYEBAB
Tindakan kompresi bimanual interna ini akibat adanya perdarahan yang disebabkan karena Penyebab umum perdarahan postpartum adalah:
1. Atonia Uteri
2. Sisa Plasenta dan selaput ketuban
- Pelekatan yang abnormal (plasaenta akreta dan perkreta)
- Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia)
3.Inversio Uteri
Inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri
C. PATOFISIOLOGI
Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk meningkatkan sirkulasi ke sana, atoni uteri dan subinvolusi uterus menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah-pembuluh darah yang melebar tadi tidak menutup sempurna sehingga perdarahan terjadi terus menerus. Trauma jalan lahir seperti epiostomi yang lebar, laserasi perineum, dan rupture uteri juga menyebabkan perdarahan karena terbukanya pembuluh darah, penyakit darah pada ibu; misalnya afibrinogemia atau hipofibrinogemia karena tidak ada atau kurangnya fibrin untuk membantu proses pembekuan darah juga merupakan penyebab dari perdarahan postpartum. Perdarahan yang sulit dihentikan bisa mendorong pada keadaan shock hemoragik.
Perbedaan perdarahan pasca persalinan karena atonia uteri dan robekan jalan lahir adalah:
Atonia uteri (sebelum/sesudah plasenta lahir).
1. Kontraksi uterus lembek, lemah, dan membesar (fundus uteri masih tinggi.
2. Perdarahan terjadi beberapa menit setelah anak lahir.
3. Bila kontraksi lemah, setelah masase atau pemberian uterotonika, kontraksi yang lemah tersebut menjadi kuat.
Robekan jalan lahir (robekan jaringan lunak).
1. Kontraksi uterus kuat, keras dan mengecil.
2. Perdarahan terjadi langsung setelah anak lahir. Perdarahan ini terus-menerus.
Penanganannya, ambil spekulum dan cari robekan.
3. Setelah dilakukan masase atau pemberian uterotonika langsung uterus mengeras tapi perdarahan tidak berkurang.Perdarahan Postpartum akibat Atonia Uteri
Perdarahan postpartum dapat terjadi karena terlepasnya sebagian plasenta dari rahim dan sebagian lagi belum; karena perlukaan pada jalan lahir atau karena atonia uteri. Atoni uteri merupakan sebab terpenting perdarahan postpartum.
Atonia uteri dapat terjadi karena proses persalinan yang lama; pembesaran rahim yang berlebihan pada waktu hamil seperti pada hamil kembar atau janin besar; persalinan yang sering (multiparitas) atau anestesi yang dalam. Atonia uteri juga dapat terjadi bila ada usaha mengeluarkan plasenta dengan memijat dan mendorong rahim ke bawah sementara plasenta belum lepas dari rahim.
Perdarahan yang banyak dalam waktu pendek dapat segera diketahui. Tapi bila perdarahan sedikit dalam waktu lama tanpa disadari penderita telah kehilangan banyak darah sebelum tampak pucat dan gejala lainnya. Pada perdarahan karena atonia uteri, rahim membesar dan lembek.Terapi terbaik adalah pencegahan. Anemia pada kehamilan harus diobati karena perdarahan yang normal pun dapat membahayakan seorang ibu yang telah mengalami anemia. Bila sebelumnya pernah mengalami perdarahan postpartum, persalinan berikutnya harus di rumah sakit. Pada persalinan yang lama diupayakan agar jangan sampai terlalu lelah. Rahim jangan dipijat dan didorong ke bawah sebelum plasenta lepas dari dinding rahim.
Pada perdarahan yang timbul setelah janin lahir dilakukan upaya penghentian perdarahan secepat mungkin dan mengangatasi akibat perdarahan. Pada perdarahan yang disebabkan atonia uteri dilakukan massage rahim dan suntikan ergometrin ke dalam pembuluh balik. Bila tidak memberi hasil yang diharapkan dalam waktu singkat, dilakukan kompresi bimanual pada rahim, bila perlu dilakukan tamponade utero vaginal, yaitu dimasukkan tampon kasa kedalam rahim sampai rongga rahim terisi penuh. Pada perdarahan postpartum ada kemungkinann dilakukan pengikatan pembuluh nadi yang mensuplai darah ke rahim atau pengangkatan rahim.
Plasenta sudah terlepas dari dinding rahim namun belum keluar karena atoni uteri atau adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim (akibat kesalahan penanganan kala III) yang akan menghalangi plasenta keluar (plasenta inkarserata).
Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan tetapi bila sebagian plasenta sudah lepas maka akan terjadi perdarahan. Ini merupakan indikasi untuk segera mengeluarkannya.Plasenta mungkin pula tidak keluar karena kandung kemih atau rektum penuh. Oleh karena itu keduanya harus dikosongkan.
Sehingga untuk mengatasi perdarahan tersebut diatas harus dilakukan Kompresi Bimanual Interna.
D. MANIFESTASI KLINIK/TANDA DAN GEJALA
Gejala Klinis umum yang terjadi adalah kehilangan darah dalam jumlah yang banyak (> 500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, mual.
Gejala Klinis berdasarkan penyebab:
a. Atonia Uteri:
Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan perdarahan segera setelah anak lahir (perarahan postpartum primer)
Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain)
b. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)
Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah ) tidak lengkap dan perdarahan segera
Gejala yang kadang-kadang timbul: Uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus tidak berkurang.
c. Inversio uterus
Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa, tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan nyeri sedikit atau berat.
Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok neurogenik dan pucat
E. TINDAKAN KBI
Kompresi bimanual internal :
Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril, dengan lembut memasukan tangan (dengan cara menyatukan kelima ujung jari) ke introitus dan ke dalam vagina ibu.
Periksa vagina dan serviks untuk mengetahui ada tidaknya selaput ketuban atau bekuan darah pada kavum uteri yang memungkinkan uterus tidak dapat berkontraksi secara penuh.
Letakkan kepalan tangan pada forniks anterior, menekan dinding anterior uterus, sementara telapak tangan lain pada abdomen, menekan dengan kuat dinding belakang uterus ke arah kepalan tangan dalam.
Tekan uterus dengan kedua tangan secara kuat. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah di dalam dinding uterus dan juga merangsang miometrium untuk berkontraksi.
Evaluasi hasil kompresi bimanual internal:
Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan melakukan KBI selama 2 menit, kemudian perlahan-lahan keluarkan tangan dari dalam vagina, pantau kondisi ibu secara melekat selama kala IV
Jika uterus berkontraksi tetapi perdarahan terus berlangsung, periksa perineum, vagina dan serviks apakah terjadi laserasi di bagian tersebut, segera lakukan penjahitan bila ditemukan laserasi.
kontraksi uterus tidak terjadi dalam 5 menit, ajarkan pada keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksternal, kemudian teruskan dengan langkah-langkah penatalaksanaan atonia uteri selanjutnya. Minta keluarga untuk mulai menyiapkan rujukan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tindakan Kompresi Bimanual Interna ini dapat di lakukan jika terjadi perdarahan, yang disebabkan karena adanya atonia uteri, sisa plasenta yang tertinggal dan inversio uteri.
Tindakan Kompresi Bimanual Interna ini adalah dimana tangan kiri penolong dimasukan ke dalam vagina dan sambil membuat kepalan diletakan pada forniks anterior vagina. Tangan kanan diletakan pada perut penderita dengan memegang fundus uteri dengan telapak tangan dan dengan ibu jari di depan serta jari-jari lain di belakang uterus.
Oleh karena itu, Kompresi ini harus dilakuakn dengan segera agar perdarahan pada ibu bersalin dapat terhentikan dengan secepat mungkin.
Perdarahan postpartum (haemorhagic postpartum)
Perdarahan setelah melahirkan atau post partum hemorrhagic (PPH) adalah konsekuensi perdarahan berlebihan dari tempat implantasi plasenta, trauma di traktus genitalia dan struktur sekitarnya, atau keduanya.1
— Diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan setiap tahunnya paling sedikit 128.000 wanita mengalami perdarahan sampai meninggal. Sebagian besar kematian tersebut terjadi dalam waktu 4 jam setelah melahirkan.2 Di Inggris (2000), separuh kematian ibu hamil akibat perdarahan disebabkan oleh perdarahan post partum.1
— Di Indonesia, Sebagian besar persalinan terjadi tidak di rumah sakit, sehingga sering pasien yang bersalin di luar kemudian terjadi perdarahan post partum terlambat sampai ke rumah sakit, saat datang keadaan umum/hemodinamiknya sudah memburuk, akibatnya mortalitas tinggi.3 Menurut Depkes RI, kematian ibu di Indonesia (2002) adalah 650 ibu tiap 100.000 kelahiran hidup dan 43% dari angka tersebut disebabkan oleh perdarahan post partum.2
— Apabila terjadi perdarahan yang berlebihan pasca persalinan harus dicari etiologi yang spesifik. Atonia uteri, retensio plasenta (termasuk plasenta akreta dan variannya), sisa plasenta, dan laserasi traktus genitalia merupakan penyebab sebagian besar perdarahan post partum. Dalam 20 tahun terakhir, plasenta akreta mengalahkan atonia uteri sebagai penyebab tersering perdarahan post partum yang keparahannya mengharuskan dilakukan tindakan histerektomi. Laserasi traktus genitalia yang dapat terjadi sebagai penyebab perdarahan post partum antara lain laserasi perineum, laserasi vagina, cedera levator ani da cedera pada serviks uteri.1
PERDARAHAN POST PARTUM
Definisi
— Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, 1998). Haemoragic Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml dalam 24 jam pertama setelah lahirnya bayi (Williams, 1998). HPP biasanya kehilangan darah lebih dari 500 ml selama atau setelah kelahiran (Marylin E Dongoes, 2001). Dalam persalinan sukar untuk menentukan jumlah darah secara akurat karena tercampur dengan air ketuban dan serapan pada pakaian atau kain alas. Oleh karena itu bila terdapat perdarahan lebih banyak dari normal, sudah dianjurkan untuk melakukan pengobatan sebagai perdarahan postpartum2.
Epidemiologi
Perdarahan post partum dini jarang disebabkan oleh retensi potongan plasenta yang kecil, tetapi plasenta yang tersisa sering menyebabkan perdarahan pada akhir masa nifas.1 Kadang-kadang plasenta tidak segera terlepas. Bidang obstetri membuat batas-batas durasi kala tiga secara agak ketat sebagai upaya untuk mendefenisikan retensio plasenta shingga perdarahan akibat terlalu lambatnya pemisahan plasenta dapat dikurangi. Combs dan Laros meneliti 12.275 persalinan pervaginam tunggal dan melaporkan median durasi kala III adalah 6 menit dan 3,3% berlangsung lebih dari 30 menit. Beberapa tindakan untuk mengatasi perdarahan, termasuk kuretase atau transfusi, menigkat pada kala tiga yang mendekati 30 menit atau lebih.1
— Efek perdarahan banyak bergantung pada volume darah pada sebelum hamil dan derajat anemia saat kelahiran. Gambaran perdarahan post partum yang dapat mengecohkan adalah nadi dan tekanan darah yang masih dalam batas normal sampai terjadi kehilangan darah yang sangat banyak.1
Klasifikasi
—Klasifikasi perdarahan postpartum :1,4,9
Perdarahan post partum primer / dini (early postpartum hemarrhage)
—Perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utamanya adalah atonia uteri, retention plasenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir. Banyaknya terjadi pada 2 jam pertama
Perdarahan Post Partum Sekunder / lambat (late postpartum hemorrhage)
—Perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama.
Etiologi
— Etiologi dari perdarahan post partum berdasarkan klasifikasi di atas, adalah :1,9
a. Etiologi perdarahan postpartum dini :
1. Atonia uteri.
—Faktor predisposisi terjadinya atoni uteri adalah :
Umur yang terlalu muda / tua
Prioritas sering di jumpai pada multipara dan grande mutipara
Partus lama dan partus terlantar
Uterus terlalu regang dan besar misal pada gemelli, hidromnion / janin besar
Kelainan pada uterus seperti mioma uteri, uterus couveloair pada solusio plasenta
Faktor sosial ekonomi yaitu malnutrisi
2. Laserasi Jalan lahir : Robekan perineum, vagina serviks, forniks dan rahim. Dapat menimbulkan perdarahan yang banyak apabila tidak segera di reparasi.
3. Hematoma
— Hematoma yang biasanya terdapat pada daerah-daerah yang mengalami laserasi atau pada daerah jahitan perineum.
4. Lain-lain
— Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi uterus, sehingga masih ada pembuluh darah yang tetap terbuka, Ruptura uteri, Inversio uteri
b. Etiologi perdarahan postpartum lambat :
Tertinggalnya sebagian plasenta
Subinvolusi di daerah insersi plasenta
Dari luka bekas seksio sesaria
Diagnosis
— Untuk membuat diagnosis perdarahan postpartum perlu diperhatikan ada perdarahan yang menimbulkan hipotensi dan anemia. apabila hal ini dibiarkan berlangsung terus, pasien akan jatuh dalam keadaan syok. perdarahan postpartum tidak hanya terjadi pada mereka yang mempunyai predisposisi, tetapi pada setiap persalinan kemungkinan untuk terjadinya perdarahan postpartum selalu ada. 9
— Perdarahan yang terjadi dapat deras atau merembes. perdarahan yang deras biasanya akan segera menarik perhatian, sehingga cepat ditangani sedangkan perdarahan yang merembes karena kurang nampak sering kali tidak mendapat perhatian. Perdarahan yang bersifat merembes bila berlangsung lama akan mengakibatkan kehilangan darah yang banyak. Untuk menentukan jumlah perdarahan, maka darah yang keluar setelah uri lahir harus ditampung dan dicatat. 9
— Kadang-kadang perdarahan terjadi tidak keluar dari vagina, tetapi menumpuk di vagina dan di dalam uterus. Keadaan ini biasanya diketahui karena adanya kenaikan fundus uteri setelah uri keluar. Untuk menentukan etiologi dari perdarahan postpartum diperlukan pemeriksaan lengkap yang meliputi anamnesis, pemeriksaan umum, pemeriksaan abdomen dan pemeriksaan dalam. 9
— Pada atonia uteri terjadi kegagalan kontraksi uterus, sehingga pada palpasi abdomen uterus didapatkan membesar dan lembek. Sedangkan pada laserasi jalan lahir uterus berkontraksi dengan baik sehingga pada palpasi teraba uterus yang keras. Dengan pemeriksaan dalam dilakukan eksplorasi vagina, uterus dan pemeriksaan inspekulo. Dengan cara ini dapat ditentukan adanya robekan dari serviks, vagina, hematoma dan adanya sisa-sisa plasenta.9
Pencegahan dan Penanganan
— Cara yang terbaik untuk mencegah terjadinya perdarahan post partum adalah memimpin kala II dan kala III persalinan secara lega artis. Apabila persalinan diawasi oleh seorang dokter spesialis obstetrik dan ginekologi ada yang menganjurkan untuk memberikan suntikan ergometrin secara IV setelah anak lahir, dengan tujuan untuk mengurangi jumlah perdarahan yang terjadi.9
—Penanganan umum pada perdarahan post partum :10
Ketahui dengan pasti kondisi pasien sejak awal (saat masuk)
Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan aman (termasuk upaya pencegahan perdarahan pasca persalinan)
Lakukan observasi melekat pada 2 jam pertama pasca persalinan (di ruang persalinan) dan lanjutkan pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya (di ruang rawat gabung).
Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat
Segera lakukan penlilaian klinik dan upaya pertolongan apabila dihadapkan dengan masalah dan komplikasi
Atasi syok
Pastikan kontraksi berlangsung baik (keluarkan bekuan darah, lakukam pijatan uterus, berikan uterotonika 10 IU IM dilanjutkan infus 20 IU dalam 500cc NS/RL dengan 40 tetesan permenit.
Pastikan plasenta telah lahir dan lengkap, eksplorasi kemungkinan robekan jalan lahir.
Bila perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah.
Pasang kateter tetap dan lakukan pemantauan input-output cairan
Cari penyebab perdarahan dan lakukan penangan spesifik.
RETENSIO PLASENTA DAN SISA PLASENTA (PLACENTAL REST)
— Perdarahan postpartum dini dapat terjadi sebagai akibat tertinggalnya sisa plasenta atau selaput janin. bila hal tersebut terjadi, harus dikeluarkan secara manual atau di kuretase disusul dengan pemberian obat-obat uterotonika intravena.9 Perlu dibedakan antara retensio plasenta dengan sisa plasenta (rest placenta). Dimana retensio plasenta adalah plasenta yang belum lahir seluruhnya dalam setengah jam setelah janin lahir. Sedangkan sisa plasenta merupakan tertinggalnya bagian plasenta dalam uterus yang dapat menimbulkan perdarahan post partum primer atau perdarahan post partum sekunder.5
— Sewaktu suatu bagian plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. Gejala dan tanda yang bisa ditemui adalah perdarahan segera, uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang.6
—Sebab-sebab plasenta belum lahir, bisa oleh karena:
Plasenta belum lepas dari dinding uterus
Plasenta sudah lepas akan tetapi belum dilahirkan
— Apabila plasenta belum lahir sama sekali, tidak terjadi perdarahan, jika lepas sebagian terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya. Plasenta belum lepas dari dinding uterus bisa karena: 5
Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta ( plasenta adhesiva)
Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus desidua sampai miometrium.
— Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan tidak adanya usaha untuk melahirkan, atau salah penanganan kala tiga, sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta.5
—Penanganan perdarahan postpartum yang disebabkan oleh sisa plasenta :9
Penemuan secara dini hanya mungkin dengan melakukan pemeriksaan kelengkapan plasenta setelah dilahirkan. Pada kasus sisa plasenta dengan perdarahan pasca persalinan lanjut, sebagian besar pasien akan kembali lagi ke tempat bersalin dengan keluhan perdarahan
Berikan antibiotika, ampisilin dosis awal 1g IV dilanjutkan dengan 3 x 1g oral dikombinasikan dengan metronidazol 1g supositoria dilanjutkan dengan 3 x 500mg oral.
Lakukan eksplorasi (bila servik terbuka) dan mengeluarkan bekuan darah atau jaringan. Bila servik hanya dapat dilalui oleh instrument, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan AMV atau dilatasi dan kuretase
Bila kadar Hb<8 gr% berikan transfusi darah. Bila kadar Hb>8 gr%, berikan sulfas ferosus 600 mg/hari selama 10 hari. 5
TINDAKAN OPERATIF DALAM KALA URI
— Tindakan operatif yang dapat dilakukan dalam kala uri persalinan adalah :7,8
A. PERASAT CREDE’7
—Perasat crede’ bermaksud melahirkan plasenta yang belum terlepas dengan ekspresi :
1. Syarat
—Uterus berkontraksi baik dan vesika urinaria kosong
2. Teknik pelaksanaan
Fundus uterus dipegang oleh tangan kanan sedemikian rupa, sehingga ibu jari terletak pada permukaan depan uterus sedangkan jari lainnya pada fundus dan permukaan belakang. setelah uterus dengan rangsangan tangan berkontraksi baik, maka uterus ditekan ke arah jalan lahir. gerakan jari-jari seperti meremas jeruk. perasat Crede’ tidak boleh dilakukan pada uterus yang tidak berkontraksi karena dapat menimbulkan inversion uteri
Perasat Crede’ dapat dicoba sebelum meningkat pada pelepasan plasenta secara manual.
B. MANUAL PLASENTA
Indikasi
Indikasi pelepasan plasenta secara manual adalah pada keadaan perdarahan pada kala tiga persalinan kurang lebih 400 cc yang tidak dapat dihentikan dengan uterotonika dan masase, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir dan tali pusat putus.7
Teknik Plasenta Manual
Sebelum dikerjakan, penderita disiapkan pada posisi litotomi. Keadaan umum penderita diperbaiki sebesar mungkin, atau diinfus NaCl atau Ringer Laktat. Anestesi diperlukan kalau ada constriction ring dengan memberikan suntikan diazepam 10 mg intramuskular. Anestesi ini berguna untuk mengatasi rasa nyeri. Operator berdiri atau duduk dihadapan vulva dengan salah satu tangannya (tangan kiri) meregang tali pusat, tangan yang lain (tangan kanan) dengan jari-jari dikuncupkan membentuk kerucut.8
Dengan ujung jari menelusuri tali pusat sampai plasenta. Jika pada waktu melewati serviks dijumpai tahanan dari lingkaran kekejangan (constrition ring), ini dapat diatasi dengan mengembangkan secara perlahan-lahan jari tangan yang membentuk kerucut tadi. Sementara itu, tangan kiri diletakkan di atas fundus uteri dari luar dinding perut ibu sambil menahan atau mendorong fundus itu ke bawah. Setelah tangan yang di dalam sampai ke plasenta, telusurilah permukaan fetalnya ke arah pinggir plasenta. Pada perdarahan kala tiga, biasanya telah ada bagian pinggir plasenta yang terlepas.8
Melalui celah tersebut, selipkan bagian ulnar dari tangan yang berada di dalam antara dinding uterus dengan bagian plasenta yang telah terlepas itu. Dengan gerakan tangan seperti mengikis air, plasenta dapat dilepaskan seluruhnya (kalau mungkin), sementara tangan yang di luar tetap menahan fundus uteri supaya jangan ikut terdorong ke atas. Dengan demikian, kejadian robekan uterus (perforasi) dapat dihindarkan.8
Setelah plasenta berhasil dikeluarkan, lakukan eksplorasi untuk mengetahui kalau ada bagian dinding uterus yang sobek atau bagian plasenta yang tersisa. Pada waktu ekplorasi sebaiknya sarung tangan diganti yang baru. Setelah plasenta keluar, gunakan kedua tangan untuk memeriksanya, segera berikan uterotonik (oksitosin) satu ampul intramuskular, dan lakukan masase uterus. Lakukan inspeksi dengan spekulum untuk mengetahui ada tidaknya laserasi pada vagina atau serviks dan apabila ditemukan segera di jahit.8
C. EKSPLORASI KAVUM UTERI
Indikasi
Persangkaan tertinggalnya jaringan plasenta (plasenta lahir tidak lengkap), setelah operasi vaginal yang sulit, dekapitasi, versi dan ekstraksi, perforasi dan lain-lain, untuk menetukan apakah ada rupture uteri. Eksplosi juga dilakukan pada pasien yang pernah mengalami seksio sesaria dan sekarang melahirkan pervaginam.7
Teknik Pelaksanaan
Tangan masuk secara obstetric seperti pada pelepasan plasenta secara manual dan mencari sisa plasenta yang seharusnya dilepaskan atau meraba apakah ada kerusakan dinding uterus. untuk menentukan robekan dinding rahim eksplorasi dapat dilakukan sebelum plasenta lahir dan sambil melepaskan plasenta secara manual. 7
Komplikasi
Disamping menyebabkan kematian perdaran post partum memperbesar kemungkinan infeksi puerperal karena daya tahan penderita berkurang. Perdarahan banyak kelak bisa menyebabkan sindroma sheehan yang berdasarkan nekrosis pada hipofisis anterior yang berakibat insufisiensi pada bagian tersebut. Gejala-gejalanya adalah astenia, hipotensi,anemia, turunnya beratbadan sampai timbulny kakeksia, penurunan fungsi seksual dengan atrofi alat-alat genital, kehilangan rambut pubis dan ketiak, penerunan metabolisme, dengan hipotensi, dan kehilangan fungsi laktasi11 .
SYOK HEMORAGIK
Etiologi
Syok hemoragik pada pasien obstetrik/ginekologik dapat terjadi karena perdarahan akibat abortus, kehamilan ektopik terganggu, cedera pada pembedahan, perdarahan antepartum, perdarahan postpartum atau koagulopati. 11
Klasifikasi
Syok ringan, terjadi kalau perdarahan kurang dari 20% volume darah. timbul, penurunan perfusi jaringan dan organ non vital. Tidak terjadi perubahan kesadaran, volume urin yang keluar normal atau sedikit berkurang, dan mungkin (tidak selalu terjadi asidosis metabolik).
Syok sedang, sudah terjadi penurunan perfusi pada organ yang tahan terhadap iskemia waktu singkat (hati, usus, dan ginjal). Sudah timbul oliguri (urin <0,5 ml/kg BB/Jam) dan asidosis metabolik, tetapi kesadaran masih baik
Syok berat, perfusi dalam jaringan otak dan jantung sudah tidak adekuat. mekanisme kompensasi vasokonstriksi pada organ lainnya sudah tidak dapat mempertahankan perfusi di dalam jaringan otak dan jantung. sudah terjadi anuria, penurunan kesadaran (delirium, stupor, koma) dan sudah ada gejala hipoksia jantung. 11
Klasifikasi gejala dan tanda berdasar jumlah perdarahan
kompensasi
ringan
sedang
berat
Volume(ml)
≤750
1000-1500
1500-3000
≥3000
Nadi (x/mnt)
<100
>100
>120
>140
TD(mmHg)
normal
Sistol: 80-100
turun
Sis: 50-70
Dias:<50
Sangat-turun Sis<50
Dias:-
Nafas
normal
↑ ringan
takipneu
Takipneuà
gagal nafas
Urin
output(ml/ jam)
>30
20-30
5-20
anuria
Status mental
Normalàagitasi
agitasi
bingung
letargi
Patofisiologi
Pada syok ringan terjadi penurunan perfusi darah tepi pada organ yang dapat bertahan lama terhadap iskemia (kulit, lemak, otot, dan tulang). pH arteri normal. Pada syok sedang terjadi penurunan perfusi sentral pada organ yang hanya tahan terhadap iskemia waktu singkat (hati, usus, dan ginjal) terjadi asidosis metabolik. Pada syok berat sudah terjadi penurunan perfusi pada jantung dan otak, asidosis metabolic berat, dan mungkin terjadi pula asidosis respiratorik. 11
Gejala Klinik
Syok ringan, takikardi minimal, hipotensi sedikit, vasokonstriksi darah tepi ringan, kulit dingin, pucat, basah. urin normal/ sedikit berkurang. keluhan merasa dingin
Syok sedang, takikardi 100-120 permenit, hipotensi dengan sistolik 90-100 mmHg, oliguri/ anuria. keluhan haus
Syok berat, takikardi lebih dari 120 permenit, hipotensi dengan sistolik <60 mmHg, pucat, anuri, agitasi, kesadaran menurun. 11
PEMBAHASAN
Diagnosa pada kasus ini ditegakkan dari hasil anamnesa, dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesa diketahui bahwa bahwa pasien mengalami perdarahan setelah melahirkan pervagina, perdarahan banyak dan diduga akibat bagian dari placenta yang masih tertinggal didalam rahim. Dari pemeriksaan fisik didapatkan finggi fundus uteri 2 jari dibawah pusar dengan kontaksi baik, hal ini menguatkan diagnosa perdarahan post partum oleh karena retensi sisa placenta kerena pada atonia uteri didapatkan uterus lembek dan tidak ada kontraksi, pada pemeriksaan dalam didapatkan sisa-sisa jaringan placenta, hal ini semakin menguatkan diagnosis perdarahan post partum oleh karena retensi sisa placenta.perdarahan yang terjadi hanya beberapa jam setelah persalian( kurang dari 24 jam menunjukkan bahwa perdarahan post partum yang terjadi adalah dini.
Pada kasus ini pasien juga didiagnosis mengalami syok hemoragic karena mengalami kehilangan darah yang massif sampai kurang lebih 3000cc. tekanan darah pasien turun sampai 70/40mmHg kesadaran pasien juga menurun, ekstremitas tampak tremor dan dingin serta pasien mengalami takikardi dan produksi urin tidak ada adalah tanda bahwa pasiensedang mengalami syok.
Terapi pada kasus ini pada prinsipnya dalah menghentikan perdarahan dan mengganti darah yang hilang dengan cairan fisiologis dan tranfusi darah. Pada retensi sisa placenta cara menghentikan perdarahannya adalah dengan menghilangkan / mengambil placenta yang masih tertinggal dalam uterus dengan cara manual atau kuretase. Pada pasien ini upaya pembersihan uterus dari sisa-sisa placenta yang tertinggal telah dilakukan, tatapi hasil yang diperoleh tampak kurang bersih dan masih ada sisa-sisa jaringan placenta yang tertinggal sehingga diputuskan untuk melaukan kuretasi emergensi atas indikasi retensi sisa placenta post partus spontan.
— Diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan setiap tahunnya paling sedikit 128.000 wanita mengalami perdarahan sampai meninggal. Sebagian besar kematian tersebut terjadi dalam waktu 4 jam setelah melahirkan.2 Di Inggris (2000), separuh kematian ibu hamil akibat perdarahan disebabkan oleh perdarahan post partum.1
— Di Indonesia, Sebagian besar persalinan terjadi tidak di rumah sakit, sehingga sering pasien yang bersalin di luar kemudian terjadi perdarahan post partum terlambat sampai ke rumah sakit, saat datang keadaan umum/hemodinamiknya sudah memburuk, akibatnya mortalitas tinggi.3 Menurut Depkes RI, kematian ibu di Indonesia (2002) adalah 650 ibu tiap 100.000 kelahiran hidup dan 43% dari angka tersebut disebabkan oleh perdarahan post partum.2
— Apabila terjadi perdarahan yang berlebihan pasca persalinan harus dicari etiologi yang spesifik. Atonia uteri, retensio plasenta (termasuk plasenta akreta dan variannya), sisa plasenta, dan laserasi traktus genitalia merupakan penyebab sebagian besar perdarahan post partum. Dalam 20 tahun terakhir, plasenta akreta mengalahkan atonia uteri sebagai penyebab tersering perdarahan post partum yang keparahannya mengharuskan dilakukan tindakan histerektomi. Laserasi traktus genitalia yang dapat terjadi sebagai penyebab perdarahan post partum antara lain laserasi perineum, laserasi vagina, cedera levator ani da cedera pada serviks uteri.1
PERDARAHAN POST PARTUM
Definisi
— Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, 1998). Haemoragic Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml dalam 24 jam pertama setelah lahirnya bayi (Williams, 1998). HPP biasanya kehilangan darah lebih dari 500 ml selama atau setelah kelahiran (Marylin E Dongoes, 2001). Dalam persalinan sukar untuk menentukan jumlah darah secara akurat karena tercampur dengan air ketuban dan serapan pada pakaian atau kain alas. Oleh karena itu bila terdapat perdarahan lebih banyak dari normal, sudah dianjurkan untuk melakukan pengobatan sebagai perdarahan postpartum2.
Epidemiologi
Perdarahan post partum dini jarang disebabkan oleh retensi potongan plasenta yang kecil, tetapi plasenta yang tersisa sering menyebabkan perdarahan pada akhir masa nifas.1 Kadang-kadang plasenta tidak segera terlepas. Bidang obstetri membuat batas-batas durasi kala tiga secara agak ketat sebagai upaya untuk mendefenisikan retensio plasenta shingga perdarahan akibat terlalu lambatnya pemisahan plasenta dapat dikurangi. Combs dan Laros meneliti 12.275 persalinan pervaginam tunggal dan melaporkan median durasi kala III adalah 6 menit dan 3,3% berlangsung lebih dari 30 menit. Beberapa tindakan untuk mengatasi perdarahan, termasuk kuretase atau transfusi, menigkat pada kala tiga yang mendekati 30 menit atau lebih.1
— Efek perdarahan banyak bergantung pada volume darah pada sebelum hamil dan derajat anemia saat kelahiran. Gambaran perdarahan post partum yang dapat mengecohkan adalah nadi dan tekanan darah yang masih dalam batas normal sampai terjadi kehilangan darah yang sangat banyak.1
Klasifikasi
—Klasifikasi perdarahan postpartum :1,4,9
Perdarahan post partum primer / dini (early postpartum hemarrhage)
—Perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utamanya adalah atonia uteri, retention plasenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir. Banyaknya terjadi pada 2 jam pertama
Perdarahan Post Partum Sekunder / lambat (late postpartum hemorrhage)
—Perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama.
Etiologi
— Etiologi dari perdarahan post partum berdasarkan klasifikasi di atas, adalah :1,9
a. Etiologi perdarahan postpartum dini :
1. Atonia uteri.
—Faktor predisposisi terjadinya atoni uteri adalah :
Umur yang terlalu muda / tua
Prioritas sering di jumpai pada multipara dan grande mutipara
Partus lama dan partus terlantar
Uterus terlalu regang dan besar misal pada gemelli, hidromnion / janin besar
Kelainan pada uterus seperti mioma uteri, uterus couveloair pada solusio plasenta
Faktor sosial ekonomi yaitu malnutrisi
2. Laserasi Jalan lahir : Robekan perineum, vagina serviks, forniks dan rahim. Dapat menimbulkan perdarahan yang banyak apabila tidak segera di reparasi.
3. Hematoma
— Hematoma yang biasanya terdapat pada daerah-daerah yang mengalami laserasi atau pada daerah jahitan perineum.
4. Lain-lain
— Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi uterus, sehingga masih ada pembuluh darah yang tetap terbuka, Ruptura uteri, Inversio uteri
b. Etiologi perdarahan postpartum lambat :
Tertinggalnya sebagian plasenta
Subinvolusi di daerah insersi plasenta
Dari luka bekas seksio sesaria
Diagnosis
— Untuk membuat diagnosis perdarahan postpartum perlu diperhatikan ada perdarahan yang menimbulkan hipotensi dan anemia. apabila hal ini dibiarkan berlangsung terus, pasien akan jatuh dalam keadaan syok. perdarahan postpartum tidak hanya terjadi pada mereka yang mempunyai predisposisi, tetapi pada setiap persalinan kemungkinan untuk terjadinya perdarahan postpartum selalu ada. 9
— Perdarahan yang terjadi dapat deras atau merembes. perdarahan yang deras biasanya akan segera menarik perhatian, sehingga cepat ditangani sedangkan perdarahan yang merembes karena kurang nampak sering kali tidak mendapat perhatian. Perdarahan yang bersifat merembes bila berlangsung lama akan mengakibatkan kehilangan darah yang banyak. Untuk menentukan jumlah perdarahan, maka darah yang keluar setelah uri lahir harus ditampung dan dicatat. 9
— Kadang-kadang perdarahan terjadi tidak keluar dari vagina, tetapi menumpuk di vagina dan di dalam uterus. Keadaan ini biasanya diketahui karena adanya kenaikan fundus uteri setelah uri keluar. Untuk menentukan etiologi dari perdarahan postpartum diperlukan pemeriksaan lengkap yang meliputi anamnesis, pemeriksaan umum, pemeriksaan abdomen dan pemeriksaan dalam. 9
— Pada atonia uteri terjadi kegagalan kontraksi uterus, sehingga pada palpasi abdomen uterus didapatkan membesar dan lembek. Sedangkan pada laserasi jalan lahir uterus berkontraksi dengan baik sehingga pada palpasi teraba uterus yang keras. Dengan pemeriksaan dalam dilakukan eksplorasi vagina, uterus dan pemeriksaan inspekulo. Dengan cara ini dapat ditentukan adanya robekan dari serviks, vagina, hematoma dan adanya sisa-sisa plasenta.9
Pencegahan dan Penanganan
— Cara yang terbaik untuk mencegah terjadinya perdarahan post partum adalah memimpin kala II dan kala III persalinan secara lega artis. Apabila persalinan diawasi oleh seorang dokter spesialis obstetrik dan ginekologi ada yang menganjurkan untuk memberikan suntikan ergometrin secara IV setelah anak lahir, dengan tujuan untuk mengurangi jumlah perdarahan yang terjadi.9
—Penanganan umum pada perdarahan post partum :10
Ketahui dengan pasti kondisi pasien sejak awal (saat masuk)
Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan aman (termasuk upaya pencegahan perdarahan pasca persalinan)
Lakukan observasi melekat pada 2 jam pertama pasca persalinan (di ruang persalinan) dan lanjutkan pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya (di ruang rawat gabung).
Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat
Segera lakukan penlilaian klinik dan upaya pertolongan apabila dihadapkan dengan masalah dan komplikasi
Atasi syok
Pastikan kontraksi berlangsung baik (keluarkan bekuan darah, lakukam pijatan uterus, berikan uterotonika 10 IU IM dilanjutkan infus 20 IU dalam 500cc NS/RL dengan 40 tetesan permenit.
Pastikan plasenta telah lahir dan lengkap, eksplorasi kemungkinan robekan jalan lahir.
Bila perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah.
Pasang kateter tetap dan lakukan pemantauan input-output cairan
Cari penyebab perdarahan dan lakukan penangan spesifik.
RETENSIO PLASENTA DAN SISA PLASENTA (PLACENTAL REST)
— Perdarahan postpartum dini dapat terjadi sebagai akibat tertinggalnya sisa plasenta atau selaput janin. bila hal tersebut terjadi, harus dikeluarkan secara manual atau di kuretase disusul dengan pemberian obat-obat uterotonika intravena.9 Perlu dibedakan antara retensio plasenta dengan sisa plasenta (rest placenta). Dimana retensio plasenta adalah plasenta yang belum lahir seluruhnya dalam setengah jam setelah janin lahir. Sedangkan sisa plasenta merupakan tertinggalnya bagian plasenta dalam uterus yang dapat menimbulkan perdarahan post partum primer atau perdarahan post partum sekunder.5
— Sewaktu suatu bagian plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. Gejala dan tanda yang bisa ditemui adalah perdarahan segera, uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang.6
—Sebab-sebab plasenta belum lahir, bisa oleh karena:
Plasenta belum lepas dari dinding uterus
Plasenta sudah lepas akan tetapi belum dilahirkan
— Apabila plasenta belum lahir sama sekali, tidak terjadi perdarahan, jika lepas sebagian terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya. Plasenta belum lepas dari dinding uterus bisa karena: 5
Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta ( plasenta adhesiva)
Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus desidua sampai miometrium.
— Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan tidak adanya usaha untuk melahirkan, atau salah penanganan kala tiga, sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta.5
—Penanganan perdarahan postpartum yang disebabkan oleh sisa plasenta :9
Penemuan secara dini hanya mungkin dengan melakukan pemeriksaan kelengkapan plasenta setelah dilahirkan. Pada kasus sisa plasenta dengan perdarahan pasca persalinan lanjut, sebagian besar pasien akan kembali lagi ke tempat bersalin dengan keluhan perdarahan
Berikan antibiotika, ampisilin dosis awal 1g IV dilanjutkan dengan 3 x 1g oral dikombinasikan dengan metronidazol 1g supositoria dilanjutkan dengan 3 x 500mg oral.
Lakukan eksplorasi (bila servik terbuka) dan mengeluarkan bekuan darah atau jaringan. Bila servik hanya dapat dilalui oleh instrument, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan AMV atau dilatasi dan kuretase
Bila kadar Hb<8 gr% berikan transfusi darah. Bila kadar Hb>8 gr%, berikan sulfas ferosus 600 mg/hari selama 10 hari. 5
TINDAKAN OPERATIF DALAM KALA URI
— Tindakan operatif yang dapat dilakukan dalam kala uri persalinan adalah :7,8
A. PERASAT CREDE’7
—Perasat crede’ bermaksud melahirkan plasenta yang belum terlepas dengan ekspresi :
1. Syarat
—Uterus berkontraksi baik dan vesika urinaria kosong
2. Teknik pelaksanaan
Fundus uterus dipegang oleh tangan kanan sedemikian rupa, sehingga ibu jari terletak pada permukaan depan uterus sedangkan jari lainnya pada fundus dan permukaan belakang. setelah uterus dengan rangsangan tangan berkontraksi baik, maka uterus ditekan ke arah jalan lahir. gerakan jari-jari seperti meremas jeruk. perasat Crede’ tidak boleh dilakukan pada uterus yang tidak berkontraksi karena dapat menimbulkan inversion uteri
Perasat Crede’ dapat dicoba sebelum meningkat pada pelepasan plasenta secara manual.
B. MANUAL PLASENTA
Indikasi
Indikasi pelepasan plasenta secara manual adalah pada keadaan perdarahan pada kala tiga persalinan kurang lebih 400 cc yang tidak dapat dihentikan dengan uterotonika dan masase, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir dan tali pusat putus.7
Teknik Plasenta Manual
Sebelum dikerjakan, penderita disiapkan pada posisi litotomi. Keadaan umum penderita diperbaiki sebesar mungkin, atau diinfus NaCl atau Ringer Laktat. Anestesi diperlukan kalau ada constriction ring dengan memberikan suntikan diazepam 10 mg intramuskular. Anestesi ini berguna untuk mengatasi rasa nyeri. Operator berdiri atau duduk dihadapan vulva dengan salah satu tangannya (tangan kiri) meregang tali pusat, tangan yang lain (tangan kanan) dengan jari-jari dikuncupkan membentuk kerucut.8
Dengan ujung jari menelusuri tali pusat sampai plasenta. Jika pada waktu melewati serviks dijumpai tahanan dari lingkaran kekejangan (constrition ring), ini dapat diatasi dengan mengembangkan secara perlahan-lahan jari tangan yang membentuk kerucut tadi. Sementara itu, tangan kiri diletakkan di atas fundus uteri dari luar dinding perut ibu sambil menahan atau mendorong fundus itu ke bawah. Setelah tangan yang di dalam sampai ke plasenta, telusurilah permukaan fetalnya ke arah pinggir plasenta. Pada perdarahan kala tiga, biasanya telah ada bagian pinggir plasenta yang terlepas.8
Melalui celah tersebut, selipkan bagian ulnar dari tangan yang berada di dalam antara dinding uterus dengan bagian plasenta yang telah terlepas itu. Dengan gerakan tangan seperti mengikis air, plasenta dapat dilepaskan seluruhnya (kalau mungkin), sementara tangan yang di luar tetap menahan fundus uteri supaya jangan ikut terdorong ke atas. Dengan demikian, kejadian robekan uterus (perforasi) dapat dihindarkan.8
Setelah plasenta berhasil dikeluarkan, lakukan eksplorasi untuk mengetahui kalau ada bagian dinding uterus yang sobek atau bagian plasenta yang tersisa. Pada waktu ekplorasi sebaiknya sarung tangan diganti yang baru. Setelah plasenta keluar, gunakan kedua tangan untuk memeriksanya, segera berikan uterotonik (oksitosin) satu ampul intramuskular, dan lakukan masase uterus. Lakukan inspeksi dengan spekulum untuk mengetahui ada tidaknya laserasi pada vagina atau serviks dan apabila ditemukan segera di jahit.8
C. EKSPLORASI KAVUM UTERI
Indikasi
Persangkaan tertinggalnya jaringan plasenta (plasenta lahir tidak lengkap), setelah operasi vaginal yang sulit, dekapitasi, versi dan ekstraksi, perforasi dan lain-lain, untuk menetukan apakah ada rupture uteri. Eksplosi juga dilakukan pada pasien yang pernah mengalami seksio sesaria dan sekarang melahirkan pervaginam.7
Teknik Pelaksanaan
Tangan masuk secara obstetric seperti pada pelepasan plasenta secara manual dan mencari sisa plasenta yang seharusnya dilepaskan atau meraba apakah ada kerusakan dinding uterus. untuk menentukan robekan dinding rahim eksplorasi dapat dilakukan sebelum plasenta lahir dan sambil melepaskan plasenta secara manual. 7
Komplikasi
Disamping menyebabkan kematian perdaran post partum memperbesar kemungkinan infeksi puerperal karena daya tahan penderita berkurang. Perdarahan banyak kelak bisa menyebabkan sindroma sheehan yang berdasarkan nekrosis pada hipofisis anterior yang berakibat insufisiensi pada bagian tersebut. Gejala-gejalanya adalah astenia, hipotensi,anemia, turunnya beratbadan sampai timbulny kakeksia, penurunan fungsi seksual dengan atrofi alat-alat genital, kehilangan rambut pubis dan ketiak, penerunan metabolisme, dengan hipotensi, dan kehilangan fungsi laktasi11 .
SYOK HEMORAGIK
Etiologi
Syok hemoragik pada pasien obstetrik/ginekologik dapat terjadi karena perdarahan akibat abortus, kehamilan ektopik terganggu, cedera pada pembedahan, perdarahan antepartum, perdarahan postpartum atau koagulopati. 11
Klasifikasi
Syok ringan, terjadi kalau perdarahan kurang dari 20% volume darah. timbul, penurunan perfusi jaringan dan organ non vital. Tidak terjadi perubahan kesadaran, volume urin yang keluar normal atau sedikit berkurang, dan mungkin (tidak selalu terjadi asidosis metabolik).
Syok sedang, sudah terjadi penurunan perfusi pada organ yang tahan terhadap iskemia waktu singkat (hati, usus, dan ginjal). Sudah timbul oliguri (urin <0,5 ml/kg BB/Jam) dan asidosis metabolik, tetapi kesadaran masih baik
Syok berat, perfusi dalam jaringan otak dan jantung sudah tidak adekuat. mekanisme kompensasi vasokonstriksi pada organ lainnya sudah tidak dapat mempertahankan perfusi di dalam jaringan otak dan jantung. sudah terjadi anuria, penurunan kesadaran (delirium, stupor, koma) dan sudah ada gejala hipoksia jantung. 11
Klasifikasi gejala dan tanda berdasar jumlah perdarahan
kompensasi
ringan
sedang
berat
Volume(ml)
≤750
1000-1500
1500-3000
≥3000
Nadi (x/mnt)
<100
>100
>120
>140
TD(mmHg)
normal
Sistol: 80-100
turun
Sis: 50-70
Dias:<50
Sangat-turun Sis<50
Dias:-
Nafas
normal
↑ ringan
takipneu
Takipneuà
gagal nafas
Urin
output(ml/ jam)
>30
20-30
5-20
anuria
Status mental
Normalàagitasi
agitasi
bingung
letargi
Patofisiologi
Pada syok ringan terjadi penurunan perfusi darah tepi pada organ yang dapat bertahan lama terhadap iskemia (kulit, lemak, otot, dan tulang). pH arteri normal. Pada syok sedang terjadi penurunan perfusi sentral pada organ yang hanya tahan terhadap iskemia waktu singkat (hati, usus, dan ginjal) terjadi asidosis metabolik. Pada syok berat sudah terjadi penurunan perfusi pada jantung dan otak, asidosis metabolic berat, dan mungkin terjadi pula asidosis respiratorik. 11
Gejala Klinik
Syok ringan, takikardi minimal, hipotensi sedikit, vasokonstriksi darah tepi ringan, kulit dingin, pucat, basah. urin normal/ sedikit berkurang. keluhan merasa dingin
Syok sedang, takikardi 100-120 permenit, hipotensi dengan sistolik 90-100 mmHg, oliguri/ anuria. keluhan haus
Syok berat, takikardi lebih dari 120 permenit, hipotensi dengan sistolik <60 mmHg, pucat, anuri, agitasi, kesadaran menurun. 11
PEMBAHASAN
Diagnosa pada kasus ini ditegakkan dari hasil anamnesa, dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesa diketahui bahwa bahwa pasien mengalami perdarahan setelah melahirkan pervagina, perdarahan banyak dan diduga akibat bagian dari placenta yang masih tertinggal didalam rahim. Dari pemeriksaan fisik didapatkan finggi fundus uteri 2 jari dibawah pusar dengan kontaksi baik, hal ini menguatkan diagnosa perdarahan post partum oleh karena retensi sisa placenta kerena pada atonia uteri didapatkan uterus lembek dan tidak ada kontraksi, pada pemeriksaan dalam didapatkan sisa-sisa jaringan placenta, hal ini semakin menguatkan diagnosis perdarahan post partum oleh karena retensi sisa placenta.perdarahan yang terjadi hanya beberapa jam setelah persalian( kurang dari 24 jam menunjukkan bahwa perdarahan post partum yang terjadi adalah dini.
Pada kasus ini pasien juga didiagnosis mengalami syok hemoragic karena mengalami kehilangan darah yang massif sampai kurang lebih 3000cc. tekanan darah pasien turun sampai 70/40mmHg kesadaran pasien juga menurun, ekstremitas tampak tremor dan dingin serta pasien mengalami takikardi dan produksi urin tidak ada adalah tanda bahwa pasiensedang mengalami syok.
Terapi pada kasus ini pada prinsipnya dalah menghentikan perdarahan dan mengganti darah yang hilang dengan cairan fisiologis dan tranfusi darah. Pada retensi sisa placenta cara menghentikan perdarahannya adalah dengan menghilangkan / mengambil placenta yang masih tertinggal dalam uterus dengan cara manual atau kuretase. Pada pasien ini upaya pembersihan uterus dari sisa-sisa placenta yang tertinggal telah dilakukan, tatapi hasil yang diperoleh tampak kurang bersih dan masih ada sisa-sisa jaringan placenta yang tertinggal sehingga diputuskan untuk melaukan kuretasi emergensi atas indikasi retensi sisa placenta post partus spontan.
INDUKSI dan AKSELERASI PERSALINAN
dr.Bambang Widjanarko, SpOG
Angka tindakan pemberian oksitosin baik dengan tujuan induksi persalinan atau mempercepat jalannya persalinan (augmentation labor atau akselerasi persalinan) meningkat dari 20% pada tahun 1989 menjadi 38% pada tahun 2002.
Pembahasan berikut ini menyangkut deskripsi berbagai tehnik pematangan servik dan sejumlah skema induksi atau akselerasi persalinan.
KONSEP
Angka tindakan pemberian oksitosin baik dengan tujuan induksi persalinan atau mempercepat jalannya persalinan (augmentation labor atau akselerasi persalinan) meningkat dari 20% pada tahun 1989 menjadi 38% pada tahun 2002.
Pembahasan berikut ini menyangkut deskripsi berbagai tehnik pematangan servik dan sejumlah skema induksi atau akselerasi persalinan.
KONSEP
Monday, September 26, 2011
DIABETES MELITUS dalam KEHAMILAN
DIABETES GESTASIONAL
Kehamilan merupakan satu “keadaan diabetogenik” dengan meningkatnya resistensi insulin dan “ambilan glucosa” perifer yang menurun (akibat hormon plasenta yang memiliki aktivitas “anti insulin”.
Adaptasi ini berlangsung untuk menjamin agar janin dapat menerima asupan glukosa secara kontinyu.
Angka kejadian : 3 – 5% kehamilan
KLASIFIKASI :
KOMPLIKASI MATERNAL:
Diabetes
Kehamilan merupakan satu “keadaan diabetogenik” dengan meningkatnya resistensi insulin dan “ambilan glucosa” perifer yang menurun (akibat hormon plasenta yang memiliki aktivitas “anti insulin”.
Adaptasi ini berlangsung untuk menjamin agar janin dapat menerima asupan glukosa secara kontinyu.
Angka kejadian : 3 – 5% kehamilan
KLASIFIKASI :
KOMPLIKASI MATERNAL:
Diabetes
RUPTURA UTERI dalam KEHAMILAN
RUPTURA UTERI dalam KEHAMILAN
Selayang Pandang
Ruptura uteri dalam kehamilan merupakan komplikasi yang bersifat katastropik dengan morbiditas maternal dan fetal yang tinggi , namun jarang terjadi. Sejumlah faktor meningkatkan resiko terjadinya ruptura uteri , namun bahkan pada kelompok resiko tinggi, angka kejdian ruptura uteri sangat rendah.
Gejala dan tanda awal ruptura uteri tidak spesifik
Selayang Pandang
Ruptura uteri dalam kehamilan merupakan komplikasi yang bersifat katastropik dengan morbiditas maternal dan fetal yang tinggi , namun jarang terjadi. Sejumlah faktor meningkatkan resiko terjadinya ruptura uteri , namun bahkan pada kelompok resiko tinggi, angka kejdian ruptura uteri sangat rendah.
Gejala dan tanda awal ruptura uteri tidak spesifik
Sunday, September 25, 2011
VASA PREVIA
Vasa praevia
Vasa praevia adalah komplikasi obstetrik dimana pembuluh darah janin melintasi atau berada di dekat ostium uteri internum (cervical os) . Pembuluh darah tersebut berada didalam selaput ketuban ( tidak terlindung dengan talipusat atau jaringan plasenta) sehingga akan pecah bila selaput ketuban pecah. [1]
Etiologi /Patofisiologi
Vasa previa terjadi bila pembuluh darah janin
Vasa praevia adalah komplikasi obstetrik dimana pembuluh darah janin melintasi atau berada di dekat ostium uteri internum (cervical os) . Pembuluh darah tersebut berada didalam selaput ketuban ( tidak terlindung dengan talipusat atau jaringan plasenta) sehingga akan pecah bila selaput ketuban pecah. [1]
Etiologi /Patofisiologi
Vasa previa terjadi bila pembuluh darah janin
Saturday, September 24, 2011
TROMBOSITOPENIA dalam KEHAMILAN
LATAR BELAKANG
Trombositopenia sering terjadi pada seorang ibu dan neonatus yang selalu disebabkan oleh destruksi trombosit (platelet destruction). Kadar trombosit ibu tidak hamil dan neonatus adalah 150.000 – 400.000 / µL ; dan pada wanita hamil umumnya lebih rendah.
Trombositopenia dalam Kehamilan , dapat disebabkan oleh berbagai penyebab:
Trombositopenia Gestasional
Infeksi virus dan
Trombositopenia sering terjadi pada seorang ibu dan neonatus yang selalu disebabkan oleh destruksi trombosit (platelet destruction). Kadar trombosit ibu tidak hamil dan neonatus adalah 150.000 – 400.000 / µL ; dan pada wanita hamil umumnya lebih rendah.
Trombositopenia dalam Kehamilan , dapat disebabkan oleh berbagai penyebab:
Trombositopenia Gestasional
Infeksi virus dan
Friday, September 23, 2011
Lagu kebangsaan Indonesia (lyric)
Indonesia Raya
Ciptaan : W.R. Supratman / Wage Rudolf Supratman
Indonesia tanah airku
Tanah tumpah darahku
Disanalah aku berdiri
Jadi pandu ibuku
Indonesia kebangsaanku
Bangsa dan Tanah Airku
Marilah kita berseru
Indonesia bersatu
Hiduplah tanahku
Hiduplah negriku
Bangsaku Rakyatku semuanya
Bangunlah jiwanya
Bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raya
Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Tanahku negriku yang kucinta
Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya
Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Tanahku negriku yang kucinta
Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya
Indonesia Tanah yang mulia
Tanah kita yang kaya
Di sanalah aku berada Untuk slama-lamanya
Indonesia Tanah pusaka Pusaka Kita semuanya
Marilah kita mendoa Indonesia bahagia
Suburlah Tanahnya Suburlah jiwanya
Bangsanya Rakyatnya semuanya
Sadarlah hatinya Sadarlah budinya
Untuk Indonesia Raya
Indonesia Tanah yang suci Tanah kita yang sakti
Disanalah aku berdiri 'njaga ibu sejati
Indonesia! Tanah berseri Tanah yang aku sayangi
Marilah kita berjanji Indonesia abadi
Slamatlah Rakyatnya Slamatlah putranya
Pulaunya lautnya semuanya
Majulah Negrinya Majulah Pandunya
Untuk Indonesia Raya
Ciptaan : W.R. Supratman / Wage Rudolf Supratman
Indonesia tanah airku
Tanah tumpah darahku
Disanalah aku berdiri
Jadi pandu ibuku
Indonesia kebangsaanku
Bangsa dan Tanah Airku
Marilah kita berseru
Indonesia bersatu
Hiduplah tanahku
Hiduplah negriku
Bangsaku Rakyatku semuanya
Bangunlah jiwanya
Bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raya
Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Tanahku negriku yang kucinta
Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya
Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Tanahku negriku yang kucinta
Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya
Indonesia Tanah yang mulia
Tanah kita yang kaya
Di sanalah aku berada Untuk slama-lamanya
Indonesia Tanah pusaka Pusaka Kita semuanya
Marilah kita mendoa Indonesia bahagia
Suburlah Tanahnya Suburlah jiwanya
Bangsanya Rakyatnya semuanya
Sadarlah hatinya Sadarlah budinya
Untuk Indonesia Raya
Indonesia Tanah yang suci Tanah kita yang sakti
Disanalah aku berdiri 'njaga ibu sejati
Indonesia! Tanah berseri Tanah yang aku sayangi
Marilah kita berjanji Indonesia abadi
Slamatlah Rakyatnya Slamatlah putranya
Pulaunya lautnya semuanya
Majulah Negrinya Majulah Pandunya
Untuk Indonesia Raya
ANEMIA DEFISIENSI ASAM FOLAT
ANEMIA DEFISIENSI ASAM FOLAT
Anemia defisiensi asam folat adalah berkurangnya sel darah merah (eritrosit) atau anemia akibat kurangnya asam folat.
Anemia adalah kondisi dimana tubuh tidak memiliki sel darah merah sehat yang cukup. Sel darah merah diperlukan untuk memasok oksigen kedalam jaringan tubuh.
Angka kejadian: 4 : 100.000
Etiologi
Folat atau lazim disebut asam folat dibutuhkan untuk
Anemia defisiensi asam folat adalah berkurangnya sel darah merah (eritrosit) atau anemia akibat kurangnya asam folat.
Anemia adalah kondisi dimana tubuh tidak memiliki sel darah merah sehat yang cukup. Sel darah merah diperlukan untuk memasok oksigen kedalam jaringan tubuh.
Angka kejadian: 4 : 100.000
Etiologi
Folat atau lazim disebut asam folat dibutuhkan untuk
Aneka resep masakan padang (west sumatra)
1. Rendang Ayam
Bahan:
1 ½ kilo ayam, jangan terlalu muda
12 gelas santan dari 3 butir kelapa
2 biji asam kandis
1 batang serai, memarkan
1 lembar daun kunyit
2 lembar daun jeruk purut
Garam secukupnya
Haluskan:
1 ons cabe merah
15 buah bawang merah
6 siung bawang putih
5 buah kemiri
2 cm jahe
3 cm laos (yang ini tidak perlu dihaluskan, cukup di keprak saja)
Cara membuat:
~ Ayam dipotong-potong. Kecuali bagian punggung, bagian-bagian lain
sebaiknya dililit dengan benang katun agar tidak terlepas dagingnya
saat dimasak.
~ Dalam wajan: rebus santan dengan bumbu-bumbu yang dihaluskan plus daun-
daun dan asam kandis.
~ Aduk terus sampai mengental agar santannya tidak pecah. Kalau sudah mulai
keluar minyak masukan potongan-potongan ayam.
~ Aduk terus dan dimasak dengan api sedang. Kalau mau dihitamkan, kecilkan
apinya.
2. Gulai Banak (Otak)
Bahan:
1 potong otak sapi atau kerbau
10 lembar daun mangkokan (tapak leman)
1 batang serai
1 lembar daun kunyit
2 potong asam kandis
2 lembar daun jeruk purut
750 cc santan dari 1 butir kelapa
Haluskan:
15 buah cabe merah keriting
12 siung bawang merah
3 cm kunyit
2 cm jahe
2 cm lengkuas
Cara membuat:
~ Rajang halus daun mangkokan, kemudian remas-remas
dengan 1 sendok makan garam. Diamkan selama menit, lalu cuci bersih,
tiriskan.
~ Didihkan air, masukan otak kedalamnya selama 5 menit,
lalu angkat. Buang kulit ari dan urat-urat darahnya.
Setelah bersih potong-potong bentuk dadu.
~ Campurkan santan dengan bumbu-bumbu, masak sampai
mendidih sambil sekali-kali diaduk.
~ Masukan daun mangkokan. Biarkan sebentar sampai daun
layu, baru masukan otak. Setelah santan kembali mendidih
baru diangkat dan dihidangkan.
3. Gulai Tunjang
Bahan-Bahan:
1 buah kaki sapi/kerbau
4 gelas santan dari satu butir kelapa
1 lembar daun kunyit
2 lmbar daun jeruk purut
2 buah asam kandis
1 batang serai
Haluskan:
1 ons cabe merah
10 buah bawang merah
5 siung bawang putih
6 buah kemiri
1 cm kunyit
2 cm lengkuas
garam secukupnya
Cara membuat:
~ Bersihkan kaki sapi, potong-potong, dan rebus sampai empuk.
~ keluarkan tulang-tulangnya lalu potong-potong kikil tersebut.
~ Didihkan santan dengan bumbu-bumbu lainnya, masukan
potongan kikil dan masak sampai santan mengental dan
keluar minyak.
4. Gulai Masin Ikan Tongkol
Bahan-bahan:
I kg ikan tongkol
2 buah jeruk nipis, ambil airnya
750 cc santan dari 1 ½ butir kelapa
10 buah cabe merah, belah dua, buang bijinya
8 buah bawang merah, iris tipis
3 siung bawang putih, iris
2 batang serai, memarkan
2 lembar daun salam
2 lembar daun jeruk purut
10 buah belimbing sayur (bisa diganti dengan tomat hijau)
30 lembar daun ruku-ruku (bisa diganti dengan daun kemangi)
Haluskan:
2 cm jahe
3 cm kunyit
2 cm lengkuas (cukup dimemarkan)
Garam secukupnya
Cara Membuat:
~ Siangi ikan, lalu potong-potong menurut selera. Lumuri dengan
air jeruk nipis dan garam, diamkan sementara.
~ Didalam panci, kecuali belimbing sayur dan daun ruku-ruku, campur
jadi satu seluruh bumbu, masak sampai santan mendidih (jangan lupa
diaduk-aduk agar santan tidak pecah)
~ Masukan potongan ikan dan belimbing sayur. Tunggu sampai mendidih
lagi, baru masukan daun ruku-ruku.
~ kecilkan api, masak terus sampai santannya agak berminyak, angkat.
5. Gulai Paku (Pakis)
Bahan-bahan:
½ kg daun pakis muda yang sudh disiangi
750 cc santan cair dari 2 ½ butir kelapa
200 gr udang, kupas
1 batang serai, memarkan
2 cm lengkuas, memarkan
3 buah asam kandis
30 lembar daun ruku-ruku atau daun kemangi
Haluskan:
1 ons cabe merah
10 buah bawang merah
3 siung bawang putih
2 cm kunyit
2 cm jahe
garam secukupnya
Cara membuat:
~ Cuci daun pakis yang sudah disiangi, tiriskan.
~ Didihkan santan dengan semua bumbu berikut udang,
aduk-aduk agar santan tidak pecah.
~ Masukan daun pakis, tunggu mendidih sekali lagi, masukan
santan kental. Masak terus sampai santan berminyak,angkat.
Note: Udang juga bisa diganti dengan ikan asin jambal atau ikan teri.
Bahan:
1 ½ kilo ayam, jangan terlalu muda
12 gelas santan dari 3 butir kelapa
2 biji asam kandis
1 batang serai, memarkan
1 lembar daun kunyit
2 lembar daun jeruk purut
Garam secukupnya
Haluskan:
1 ons cabe merah
15 buah bawang merah
6 siung bawang putih
5 buah kemiri
2 cm jahe
3 cm laos (yang ini tidak perlu dihaluskan, cukup di keprak saja)
Cara membuat:
~ Ayam dipotong-potong. Kecuali bagian punggung, bagian-bagian lain
sebaiknya dililit dengan benang katun agar tidak terlepas dagingnya
saat dimasak.
~ Dalam wajan: rebus santan dengan bumbu-bumbu yang dihaluskan plus daun-
daun dan asam kandis.
~ Aduk terus sampai mengental agar santannya tidak pecah. Kalau sudah mulai
keluar minyak masukan potongan-potongan ayam.
~ Aduk terus dan dimasak dengan api sedang. Kalau mau dihitamkan, kecilkan
apinya.
2. Gulai Banak (Otak)
Bahan:
1 potong otak sapi atau kerbau
10 lembar daun mangkokan (tapak leman)
1 batang serai
1 lembar daun kunyit
2 potong asam kandis
2 lembar daun jeruk purut
750 cc santan dari 1 butir kelapa
Haluskan:
15 buah cabe merah keriting
12 siung bawang merah
3 cm kunyit
2 cm jahe
2 cm lengkuas
Cara membuat:
~ Rajang halus daun mangkokan, kemudian remas-remas
dengan 1 sendok makan garam. Diamkan selama menit, lalu cuci bersih,
tiriskan.
~ Didihkan air, masukan otak kedalamnya selama 5 menit,
lalu angkat. Buang kulit ari dan urat-urat darahnya.
Setelah bersih potong-potong bentuk dadu.
~ Campurkan santan dengan bumbu-bumbu, masak sampai
mendidih sambil sekali-kali diaduk.
~ Masukan daun mangkokan. Biarkan sebentar sampai daun
layu, baru masukan otak. Setelah santan kembali mendidih
baru diangkat dan dihidangkan.
3. Gulai Tunjang
Bahan-Bahan:
1 buah kaki sapi/kerbau
4 gelas santan dari satu butir kelapa
1 lembar daun kunyit
2 lmbar daun jeruk purut
2 buah asam kandis
1 batang serai
Haluskan:
1 ons cabe merah
10 buah bawang merah
5 siung bawang putih
6 buah kemiri
1 cm kunyit
2 cm lengkuas
garam secukupnya
Cara membuat:
~ Bersihkan kaki sapi, potong-potong, dan rebus sampai empuk.
~ keluarkan tulang-tulangnya lalu potong-potong kikil tersebut.
~ Didihkan santan dengan bumbu-bumbu lainnya, masukan
potongan kikil dan masak sampai santan mengental dan
keluar minyak.
4. Gulai Masin Ikan Tongkol
Bahan-bahan:
I kg ikan tongkol
2 buah jeruk nipis, ambil airnya
750 cc santan dari 1 ½ butir kelapa
10 buah cabe merah, belah dua, buang bijinya
8 buah bawang merah, iris tipis
3 siung bawang putih, iris
2 batang serai, memarkan
2 lembar daun salam
2 lembar daun jeruk purut
10 buah belimbing sayur (bisa diganti dengan tomat hijau)
30 lembar daun ruku-ruku (bisa diganti dengan daun kemangi)
Haluskan:
2 cm jahe
3 cm kunyit
2 cm lengkuas (cukup dimemarkan)
Garam secukupnya
Cara Membuat:
~ Siangi ikan, lalu potong-potong menurut selera. Lumuri dengan
air jeruk nipis dan garam, diamkan sementara.
~ Didalam panci, kecuali belimbing sayur dan daun ruku-ruku, campur
jadi satu seluruh bumbu, masak sampai santan mendidih (jangan lupa
diaduk-aduk agar santan tidak pecah)
~ Masukan potongan ikan dan belimbing sayur. Tunggu sampai mendidih
lagi, baru masukan daun ruku-ruku.
~ kecilkan api, masak terus sampai santannya agak berminyak, angkat.
5. Gulai Paku (Pakis)
Bahan-bahan:
½ kg daun pakis muda yang sudh disiangi
750 cc santan cair dari 2 ½ butir kelapa
200 gr udang, kupas
1 batang serai, memarkan
2 cm lengkuas, memarkan
3 buah asam kandis
30 lembar daun ruku-ruku atau daun kemangi
Haluskan:
1 ons cabe merah
10 buah bawang merah
3 siung bawang putih
2 cm kunyit
2 cm jahe
garam secukupnya
Cara membuat:
~ Cuci daun pakis yang sudah disiangi, tiriskan.
~ Didihkan santan dengan semua bumbu berikut udang,
aduk-aduk agar santan tidak pecah.
~ Masukan daun pakis, tunggu mendidih sekali lagi, masukan
santan kental. Masak terus sampai santan berminyak,angkat.
Note: Udang juga bisa diganti dengan ikan asin jambal atau ikan teri.
ANEMIA dalam KEHAMILAN
PENDAHULUAN
Kehamilan menyebabkan serangkaian perubahan fisiologik yang sering mengacaukan penegakan diagnosa penyakit hematologi dan penentuan terapi.
Salah satu yang paling penting adalah terjadinya perubahan volume plasma yang tidak sebanding dengan perubahan volume darah secara keseluruhan sehingga terjadi penurunan hematokrit.
ETIOLOGI ANEMIA DALAM KEHAMILAN
ANEMIA DEFISIENSI ZAT
Kehamilan menyebabkan serangkaian perubahan fisiologik yang sering mengacaukan penegakan diagnosa penyakit hematologi dan penentuan terapi.
Salah satu yang paling penting adalah terjadinya perubahan volume plasma yang tidak sebanding dengan perubahan volume darah secara keseluruhan sehingga terjadi penurunan hematokrit.
ETIOLOGI ANEMIA DALAM KEHAMILAN
ANEMIA DEFISIENSI ZAT
INKOMPATIBILITAS RHESUS dan KEHAMILAN
INKOMPATIBILITAS RHESUS dan KEHAMILANApa yang dimaksud dengan Rhesus ? Permukaan sel darah merah manusia dapat atau tidak mengandung antigen Rhesus (Rh-antigen). Bila ditemukan antigen Rh pada permukaan eritrosit maka pasien disebut Rhesus [+] Positif. Bila seorang pasien dengan golongan darah memiliki antigen Rhesus maka dia disebut sebagai A + ; bila tidak A –
Setengah dari antigen pada janin
Setengah dari antigen pada janin
Tuesday, September 20, 2011
HIDROP FETALIS
HIDROP FETALIS adalah bahasa latin dari suatu edema janin . Istilah ini diperkenalkan pertama kali oleh Ballantyne tahun 1892, meskipun sesungguhnya kondisi ini telah diketahui sejak dua abad yang lalu.
Gambaran klinis dari penyakit ini adalah abnormalitas akumulasi cairan dalam rongga tubuh (pleural, percardial dan peritoneal) dan jaringan lunak tubuh dengan ketebalan dinding lebih dari 5
Monday, September 19, 2011
PERTUMBUHAN JANIN TERHAMBAT
PJT - Pertumbuhan Janin Terhambat adalah gangguan pertumbuhan janin dibawah standar normal.
Secara spesifik dinyatakan bahwa pada PJT : berat badan janin kurang dari 10th persentil untuk usia kehamilan atau lingkar abdomen kurang dari 2.5th persentil
ETIOLOGI
Ibu menderita Penyakit Jantung.
Berada di daerah pegunungan tinggi.
Kehamilan kembar.
Masalah plasenta.
Preeklampsia –
Secara spesifik dinyatakan bahwa pada PJT : berat badan janin kurang dari 10th persentil untuk usia kehamilan atau lingkar abdomen kurang dari 2.5th persentil
ETIOLOGI
Ibu menderita Penyakit Jantung.
Berada di daerah pegunungan tinggi.
Kehamilan kembar.
Masalah plasenta.
Preeklampsia –
Sunday, September 18, 2011
PENYAKIT RESPIRASI
PENDAHULUAN
Untuk memenuhi peningkatan kebutuhan oksigen selama kehamilan terjadi sejumlah perubahan adaptasi pada fisiologi dan fungsi paru.
Kehamilan dapat memperberat efek patofisiologi kelainan paru yang terjadi selama kehamilan. Sebagai contoh adalah terjadinya sejumlah kematian ibu hamil selama pandemi influenza pada tahun 1918 dan 1957.
FISIOLOGI PARU
Resume perubahan fisiologi
Untuk memenuhi peningkatan kebutuhan oksigen selama kehamilan terjadi sejumlah perubahan adaptasi pada fisiologi dan fungsi paru.
Kehamilan dapat memperberat efek patofisiologi kelainan paru yang terjadi selama kehamilan. Sebagai contoh adalah terjadinya sejumlah kematian ibu hamil selama pandemi influenza pada tahun 1918 dan 1957.
FISIOLOGI PARU
Resume perubahan fisiologi
KEHAMILAN KEMBAR
PENDAHULUAN
Kehamilan kembar terjadi bila 2 atau lebih ovum mengalami pembuahan (dizygotic) atau bila satu ovum yang sudah dibuahi mengalami pembelahan terlalu dini sehingga membentuk 2 embrio yang identik (monozygotic).
Kembar monozygotik terjadi pada 2.3 – 4 per 1000 kehamilan pada semua jenis suku bangsa, 30% dari semua jenis kehamilan kembar.
Kembar dizygotic (fraternal) adalah dua buah
Kehamilan kembar terjadi bila 2 atau lebih ovum mengalami pembuahan (dizygotic) atau bila satu ovum yang sudah dibuahi mengalami pembelahan terlalu dini sehingga membentuk 2 embrio yang identik (monozygotic).
Kembar monozygotik terjadi pada 2.3 – 4 per 1000 kehamilan pada semua jenis suku bangsa, 30% dari semua jenis kehamilan kembar.
Kembar dizygotic (fraternal) adalah dua buah
PRESENTASI SUNGSANG
PENDAHULUAN
Presentasi sungsang terjadi bila panggul atau ekstrimitas bawah janin berada di pintu atas panggul.
Angka kejadian 3 – 4%
Terdapat 3 jenis presentasi sungsang :
Frank Breech : Sendi lutut ekstensi dan sendi paha fleksi
Complete Breech : [bokong murni-bokong sempurna] sendi lutut dan sendi paha dalam keadaan fleksi sehingga pada VT teraba bokong & kaki
Incomplete Breech
Presentasi sungsang terjadi bila panggul atau ekstrimitas bawah janin berada di pintu atas panggul.
Angka kejadian 3 – 4%
Terdapat 3 jenis presentasi sungsang :
Frank Breech : Sendi lutut ekstensi dan sendi paha fleksi
Complete Breech : [bokong murni-bokong sempurna] sendi lutut dan sendi paha dalam keadaan fleksi sehingga pada VT teraba bokong & kaki
Incomplete Breech
Saturday, September 17, 2011
DISTOSIA AKIBAT GANGGUAN pada JALAN LAHIR
PENDAHULUAN
DISPROPORSI SEPALOPELVIK
Ganguan keseimbangan kepala janin dan panggul
CPD absolut : perbedaan antara kepala janin dengan panggul ibu sedemikian rupa sehingga menghalangi terjadinya persalinan per vaginam dalam kondisi optimal sekalipun
CPD relatif : jika akibat kelainan letak, kelainan posisi atau kelainan defleksi sedemikian rupa sehingga menghalangi persalinan per vaginam.
DISPROPORSI SEPALOPELVIK
Ganguan keseimbangan kepala janin dan panggul
CPD absolut : perbedaan antara kepala janin dengan panggul ibu sedemikian rupa sehingga menghalangi terjadinya persalinan per vaginam dalam kondisi optimal sekalipun
CPD relatif : jika akibat kelainan letak, kelainan posisi atau kelainan defleksi sedemikian rupa sehingga menghalangi persalinan per vaginam.
Pasta kentang brocolli
Bahan :
100 gram pasta bentuk penne atau macaroni, rebus matang
150 gram kentang bulat kecil, rebus matang
150 gram daging ayam asap, siap beli, iris
250 gram brokoli
50 gram keju mozzarella, iris
Saus :
2 sdm margarine
1/2 buah bawang bombai, cincang
3 sdm tepung terigu
250 ml susu cair
50 ml krim kental
1 sdt garam
1/2 sdt merica bubuk
50 gram keju cheddar, parut
1 butir telur
Cara Membuat :
1.Siapkan pinggan wadah alumunium, ukuran 15x12x5 cm, olesi dengan margarin.
2. Saus:panaskan margarin, tumis bawang bombai hingga layu. Masukkan tepung terigu, aduk rata. Tambahkan susu cair, krim kental, garam, dan merica bubuk, aduk rata hingga menjadi saus yang kental,tambahkan keju parut, aduk rata.
3. Penyelesaian : tata dalam wadah, macaroni, ayam asap, kentang kukus, dan brokoli, tuangkan saus, lalu tata keju mozzarella 4. Panggang dalam oven dengan temperatur 180 derajat Celcius selama 15 menit, angkat. 5. Sajikan hangat.
100 gram pasta bentuk penne atau macaroni, rebus matang
150 gram kentang bulat kecil, rebus matang
150 gram daging ayam asap, siap beli, iris
250 gram brokoli
50 gram keju mozzarella, iris
Saus :
2 sdm margarine
1/2 buah bawang bombai, cincang
3 sdm tepung terigu
250 ml susu cair
50 ml krim kental
1 sdt garam
1/2 sdt merica bubuk
50 gram keju cheddar, parut
1 butir telur
Cara Membuat :
1.Siapkan pinggan wadah alumunium, ukuran 15x12x5 cm, olesi dengan margarin.
2. Saus:panaskan margarin, tumis bawang bombai hingga layu. Masukkan tepung terigu, aduk rata. Tambahkan susu cair, krim kental, garam, dan merica bubuk, aduk rata hingga menjadi saus yang kental,tambahkan keju parut, aduk rata.
3. Penyelesaian : tata dalam wadah, macaroni, ayam asap, kentang kukus, dan brokoli, tuangkan saus, lalu tata keju mozzarella 4. Panggang dalam oven dengan temperatur 180 derajat Celcius selama 15 menit, angkat. 5. Sajikan hangat.
DISTOSIA AKIBAT GANGGUAN pada TENAGA PERSALINAN
Distosia merupakan akibat dari 3 gangguan atau kombinasi antara :
Kelainan Tenaga Persalinan – POWER Kekuatan His yang tidak memadai atau tidak terkordinasi dengan baik agar dapat terjadi dilatasi dan pendataran servik (disfungsi uterus) serta gangguan kontraksi otot pada kala II.
Kelainan Presentasi-Posisi dan Perkembangan janin – PASSANGER
Kelainan pada jalan lahir – PASSAGE Kelainan pada
Kelainan Tenaga Persalinan – POWER Kekuatan His yang tidak memadai atau tidak terkordinasi dengan baik agar dapat terjadi dilatasi dan pendataran servik (disfungsi uterus) serta gangguan kontraksi otot pada kala II.
Kelainan Presentasi-Posisi dan Perkembangan janin – PASSANGER
Kelainan pada jalan lahir – PASSAGE Kelainan pada
Thursday, September 15, 2011
Tanda tanda pasti Hamil
Tanda-tanda pasti hamil
a. Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa/ diraba juga bagian janin.
b. Denyut jantung janin:
- Didengar dengan stetoskop – monorae leanec.
- Dicetak dan didengar alat Doppler.
- Dicetak dengan alat /foto – elektro kardiogram.
- Dilihat dengan USG.
c. Kelihatan tulang-tulang janin dalam foto Roentgen
C. Diferensial Diagnosa Kehamilan
Suatu kehamilan harus dibedakan dengan keadaan / penyakit yang dalam pemeriksaan meragukan:
Hamil palsu (pseudocysis)
Terdapat aminorhe, perut membesar, tetapi tanda-tanda kehamilan yang lain dan reaksi kehamilan negatif.
Mioma uteri
Perut membesar dan rahim membesar, namun pada perabaan rahim terasa padat dan berbenjol-benjol, tanda kehamilan negatif dan tidak dijumpai tanda-anda kehamilan lainnya.
Kistoma uteri
Mungkin ada aminorhe, perut membesar tetapi uterusnya sebesar biasa.
Vesika urinaria dengan retensi urine
Uterus sendiri perbesarannya biasa, tanda kehamilan dan reaksi kehamilan negatif.
HematometraUterus membesar karena tensi darah disebabkan stenosis vagina atau serviks.
SUMBER PUSTAKA:
- Bahan Kuliah Maternitas Poltekkes Jurusan Keperawatan Banjarbaru
- Rustam Mochtar. Sinopsis Obstetri, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta, 1990
- Obstetri fisiologi, bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung, edisi 1983
- Ilmu Kebidanan, penerbit Fakultas Kedokteran, Jakarta
a. Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa/ diraba juga bagian janin.
b. Denyut jantung janin:
- Didengar dengan stetoskop – monorae leanec.
- Dicetak dan didengar alat Doppler.
- Dicetak dengan alat /foto – elektro kardiogram.
- Dilihat dengan USG.
c. Kelihatan tulang-tulang janin dalam foto Roentgen
C. Diferensial Diagnosa Kehamilan
Suatu kehamilan harus dibedakan dengan keadaan / penyakit yang dalam pemeriksaan meragukan:
Hamil palsu (pseudocysis)
Terdapat aminorhe, perut membesar, tetapi tanda-tanda kehamilan yang lain dan reaksi kehamilan negatif.
Mioma uteri
Perut membesar dan rahim membesar, namun pada perabaan rahim terasa padat dan berbenjol-benjol, tanda kehamilan negatif dan tidak dijumpai tanda-anda kehamilan lainnya.
Kistoma uteri
Mungkin ada aminorhe, perut membesar tetapi uterusnya sebesar biasa.
Vesika urinaria dengan retensi urine
Uterus sendiri perbesarannya biasa, tanda kehamilan dan reaksi kehamilan negatif.
HematometraUterus membesar karena tensi darah disebabkan stenosis vagina atau serviks.
SUMBER PUSTAKA:
- Bahan Kuliah Maternitas Poltekkes Jurusan Keperawatan Banjarbaru
- Rustam Mochtar. Sinopsis Obstetri, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta, 1990
- Obstetri fisiologi, bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung, edisi 1983
- Ilmu Kebidanan, penerbit Fakultas Kedokteran, Jakarta
Tanda tanda mungkin hamil
Tanda-tanda mungkin dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
- Tanda objektif yang diperoleh oleh pemeriksa.
- Tanda subjektif yang dirasakan oleh ibu.
Tanda-tanda mungkin hamil:
a. Pembesaran, perubahan bentuk dan konsistensi rahim.
- Pemeriksaan dalam diraba bahwa uterus membesar dan makin lama makin bundar bentuknya.
- Tanda piscazek, uterus membesar ke salah satu jurusan hingga menonjol jelas.
- Konsistensi rahim menjadi lebih lunak terutama daerah isthmus uteri yang disebut “tanda Hegar”.
b. Perubahan pada serviks.
- Di luar kehamilan konsistensi serviks keras, seperti ujung hidung.
- Dalam kehamilan serviks menjadi lunak, seperti bibir atau ujung bawah daun telinga.
c. Kontraksi Braxton hicks.
- Waktu palpasi uterus yang lunak menjadi keras karena berkontraksi
d. Balotemen.
- Dapat ditentukan dengan pemeriksaan luar maupun dengan jari yang melakukan pemeriksaan dalam.
- Pada bulan keempat dan kelima janin itu kecil dibandingkan dengan banyaknya air ketuban maka kalau rahim didorong dengan sekonyong-konyong atau di goyang maka anak akan melenting ke dalam rahim.
e. Meraba bagian anak.
- Dapat dilakukan bila anak sudah besar.
- Kadang-kadang tumor yang padat seperti myoma, fibroma, dapat menyerupai bentuk anak.
f. Pemeriksaan biologis.
g. Pembesaran perut.
- Setelah bulan ketiga, rahim dapat diraba dari luar dan mulai pembesaran perut.
h. Tanda Chadwick.
- Warna selaput lendir vulva dan vagina menjadi ungu.
- Tanda objektif yang diperoleh oleh pemeriksa.
- Tanda subjektif yang dirasakan oleh ibu.
Tanda-tanda mungkin hamil:
a. Pembesaran, perubahan bentuk dan konsistensi rahim.
- Pemeriksaan dalam diraba bahwa uterus membesar dan makin lama makin bundar bentuknya.
- Tanda piscazek, uterus membesar ke salah satu jurusan hingga menonjol jelas.
- Konsistensi rahim menjadi lebih lunak terutama daerah isthmus uteri yang disebut “tanda Hegar”.
b. Perubahan pada serviks.
- Di luar kehamilan konsistensi serviks keras, seperti ujung hidung.
- Dalam kehamilan serviks menjadi lunak, seperti bibir atau ujung bawah daun telinga.
c. Kontraksi Braxton hicks.
- Waktu palpasi uterus yang lunak menjadi keras karena berkontraksi
d. Balotemen.
- Dapat ditentukan dengan pemeriksaan luar maupun dengan jari yang melakukan pemeriksaan dalam.
- Pada bulan keempat dan kelima janin itu kecil dibandingkan dengan banyaknya air ketuban maka kalau rahim didorong dengan sekonyong-konyong atau di goyang maka anak akan melenting ke dalam rahim.
e. Meraba bagian anak.
- Dapat dilakukan bila anak sudah besar.
- Kadang-kadang tumor yang padat seperti myoma, fibroma, dapat menyerupai bentuk anak.
f. Pemeriksaan biologis.
g. Pembesaran perut.
- Setelah bulan ketiga, rahim dapat diraba dari luar dan mulai pembesaran perut.
h. Tanda Chadwick.
- Warna selaput lendir vulva dan vagina menjadi ungu.
Tanda dan Gejala Hamil
Tanda dan Gejala Kehamilan
1) Tanda-tanda preasumtif
a. Amenore (tidak dapat haid)
Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak dapat haid lagi. Wanita harus mengetahui tanggal hari pertama haid terakhirnya supaya dapat ditaksir tuanya kehamilan dan taksiran tanggal persalinan, dengan memakai rumus NEAGIE: HT – 3 (bulan + 7).
b. Mual dan muntah (nausea dan emesis)
Biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan sampai akhir triwulan pertama. Sering terjadi pada pagi hari disebut “morning sickness”. Dalam batas-batas tertentu keadaan ini masih fisiologis, tetapi terlampau sering mengakibatkan gangguan kesehatan dan disebut “Hiper emesis Gravidarum”.
c. Mengidam (ingin makanan khusus)
Sering terjadi pada bulan pertama akan tetapi hilang dengan semakin tuanya kehamilan.
d. Tidak tahan terhadap bau-bauan
e. Pingsan
Sering dijumpai pada/bila berada di tempat-tempat ramai.
f. Mamae menjadi tegang dan besar
Pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang merangsang duktuli dan alveoli di mamae. Kelenjar Montgomery tampak lebih jelas.
g. Anoreksia
Hanya berlangsung pada triwulan pertama setelah itu timbul lagi nafsu makannya.
h. Sering kencing
Karena pada kandung kencing saat bulan-bulan pertama tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Pada akhir triwulan ketiga, gejala ini timbul lagi karena kepala janin menekan kandung kemih.
i. Obstipasi
Karena tonus otot menurun yang disebabkan oleh pengaruh hormon steroid.
j. Pigmentasi kulit
Pengaruh hormon kortikostroid plasenta yang merangsang nelanofor dan kulit. Dijumpai pada muka (chlosma gravidarum) areola mamae menjadi lebih hitam, leher dan dinding perut (linea nigra = grisea).
k. Epulis
Hipertropi papilla ginggigivae
l. Varises
Terdapat pada kaki, betis, vulva biasanya dijumpai pada triwulan terakhir
1) Tanda-tanda preasumtif
a. Amenore (tidak dapat haid)
Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak dapat haid lagi. Wanita harus mengetahui tanggal hari pertama haid terakhirnya supaya dapat ditaksir tuanya kehamilan dan taksiran tanggal persalinan, dengan memakai rumus NEAGIE: HT – 3 (bulan + 7).
b. Mual dan muntah (nausea dan emesis)
Biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan sampai akhir triwulan pertama. Sering terjadi pada pagi hari disebut “morning sickness”. Dalam batas-batas tertentu keadaan ini masih fisiologis, tetapi terlampau sering mengakibatkan gangguan kesehatan dan disebut “Hiper emesis Gravidarum”.
c. Mengidam (ingin makanan khusus)
Sering terjadi pada bulan pertama akan tetapi hilang dengan semakin tuanya kehamilan.
d. Tidak tahan terhadap bau-bauan
e. Pingsan
Sering dijumpai pada/bila berada di tempat-tempat ramai.
f. Mamae menjadi tegang dan besar
Pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang merangsang duktuli dan alveoli di mamae. Kelenjar Montgomery tampak lebih jelas.
g. Anoreksia
Hanya berlangsung pada triwulan pertama setelah itu timbul lagi nafsu makannya.
h. Sering kencing
Karena pada kandung kencing saat bulan-bulan pertama tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Pada akhir triwulan ketiga, gejala ini timbul lagi karena kepala janin menekan kandung kemih.
i. Obstipasi
Karena tonus otot menurun yang disebabkan oleh pengaruh hormon steroid.
j. Pigmentasi kulit
Pengaruh hormon kortikostroid plasenta yang merangsang nelanofor dan kulit. Dijumpai pada muka (chlosma gravidarum) areola mamae menjadi lebih hitam, leher dan dinding perut (linea nigra = grisea).
k. Epulis
Hipertropi papilla ginggigivae
l. Varises
Terdapat pada kaki, betis, vulva biasanya dijumpai pada triwulan terakhir
Lama Kehamilan
Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus adalah kira-kira 280 hari (40 minggu), dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu).
Ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan dibagi dalam tiga bagian yaitu:
1) Kehamilan triwulan pertama (antara 0 – 12 minggu)
2) Kehamilan triwulan kedua (antara 12 – 28 minggu)
3) Kehamilan triwulan ketiga (antara 28 – 40 minggu)
Ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan dibagi dalam tiga bagian yaitu:
1) Kehamilan triwulan pertama (antara 0 – 12 minggu)
2) Kehamilan triwulan kedua (antara 12 – 28 minggu)
3) Kehamilan triwulan ketiga (antara 28 – 40 minggu)
Pemeriksaan LEOPOLD pada Ibu Hamil
Pemeriksaan (Manuver) Leopold merupakan teknik pemeriksaan pada perut ibu bayi untuk menentukan posisi dan letak janin dengan melakukan palpasi abdomen, namun menjadi sulit dilakukan bila bertemu dengan
ibu hamil yang obes (gemuk) atau dengan ibu hamil yang memiliki jumlah cairan amnion berlebih.
Beberapa persiapan yang perlu dilakukan oleh perawat sebelum melakukan pemeriksaan Leopold adalah :
- Bina hubungan saling percaya.
- Anjurkan klien untuk mengosongkan kandung kemih sebelum tindakan dilakukan.
- Anjurkan klien untuk tidur telentang rata punggung dengan lutut sedikit fleksi.
- Cuci tangan dengan air hangat.
- Alat-alat yang digunakan: laenec atau Doppler, selimut, handuk kecil, tempat
tidur antenatal.
- Buka pakaian klien mulai dari prosesus xipoideus sampai dengan simfisis pubis,
tutupi dengan selimut pada bagian yang akan diperiksa.
Pemeriksaan Leopold terdiri dari 4 langkah. Masing-masing langkah memiliki tujuan yang berbeda-beda
Pemeriksaan Leopold I, bertujuan untuk mengetahui letak fundus uteri dan bagian lain yang terdapat pada bagian fundus uteri. Dengan cara:
- Wajah pemeriksa menghadap kearah ibu
- Palpasi fundus uterus
- Tentukan bagian janin yang ada pada fundus
Pemeriksaan Leopold II, bertujuan untuk menentukan punggung dan bagian kecil janin di sepanjang sisi maternal, dengan cara:
- Wajah pemeriksa menghadap ke arah kepala ibu.
- Palpasi dengan satu tangan pada tiap sisi abdomen.
- Palpasi janin di antara dua tangan.
- Temukan mana punggung dan bagian ekstremitas.
Pemeriksaan Leopold III, bertujuan untuk membedakan bagian persentasi dari janin dan sudah masuk dalam pintu panggul, dengan cara:
- Wajah pemeriksa menghadap ke arah kepala ibu.
- Palpasi di atas simfisis pubis. Beri tekanan pada area uterus.
- Palpasi bagian presentasi janin di antara ibu jari dan keempat jari dengan
menggerakkan pergelangan tangan. Tentukan presentasi janin.
- Jika ada tahanan berarti ada penurunan kepala.
Pemeriksaan Leopold IV, bertujuan untuk meyakinkan hasil yang ditemukan pada pemeriksaan Leopold III dan untuk mengetahui sejauh mana bagian presentasi sudah masuk pintu atas panggul. Memberikan informasi tentang bagian presentasi : bokong atau kepala, sikap/attitude (fleksi atau ekstensi), dan station (penurunan bagian presentasi), dengan cara:
- Wajah pemeriksa menghadap ke arah ekstremitas ibu.
- Palpasi janin di antara dua tangan.
- Evaluasi penurunan bagian presentasi.
ibu hamil yang obes (gemuk) atau dengan ibu hamil yang memiliki jumlah cairan amnion berlebih.
Beberapa persiapan yang perlu dilakukan oleh perawat sebelum melakukan pemeriksaan Leopold adalah :
- Bina hubungan saling percaya.
- Anjurkan klien untuk mengosongkan kandung kemih sebelum tindakan dilakukan.
- Anjurkan klien untuk tidur telentang rata punggung dengan lutut sedikit fleksi.
- Cuci tangan dengan air hangat.
- Alat-alat yang digunakan: laenec atau Doppler, selimut, handuk kecil, tempat
tidur antenatal.
- Buka pakaian klien mulai dari prosesus xipoideus sampai dengan simfisis pubis,
tutupi dengan selimut pada bagian yang akan diperiksa.
Pemeriksaan Leopold terdiri dari 4 langkah. Masing-masing langkah memiliki tujuan yang berbeda-beda
Pemeriksaan Leopold I, bertujuan untuk mengetahui letak fundus uteri dan bagian lain yang terdapat pada bagian fundus uteri. Dengan cara:
- Wajah pemeriksa menghadap kearah ibu
- Palpasi fundus uterus
- Tentukan bagian janin yang ada pada fundus
Pemeriksaan Leopold II, bertujuan untuk menentukan punggung dan bagian kecil janin di sepanjang sisi maternal, dengan cara:
- Wajah pemeriksa menghadap ke arah kepala ibu.
- Palpasi dengan satu tangan pada tiap sisi abdomen.
- Palpasi janin di antara dua tangan.
- Temukan mana punggung dan bagian ekstremitas.
Pemeriksaan Leopold III, bertujuan untuk membedakan bagian persentasi dari janin dan sudah masuk dalam pintu panggul, dengan cara:
- Wajah pemeriksa menghadap ke arah kepala ibu.
- Palpasi di atas simfisis pubis. Beri tekanan pada area uterus.
- Palpasi bagian presentasi janin di antara ibu jari dan keempat jari dengan
menggerakkan pergelangan tangan. Tentukan presentasi janin.
- Jika ada tahanan berarti ada penurunan kepala.
Pemeriksaan Leopold IV, bertujuan untuk meyakinkan hasil yang ditemukan pada pemeriksaan Leopold III dan untuk mengetahui sejauh mana bagian presentasi sudah masuk pintu atas panggul. Memberikan informasi tentang bagian presentasi : bokong atau kepala, sikap/attitude (fleksi atau ekstensi), dan station (penurunan bagian presentasi), dengan cara:
- Wajah pemeriksa menghadap ke arah ekstremitas ibu.
- Palpasi janin di antara dua tangan.
- Evaluasi penurunan bagian presentasi.
Monday, September 12, 2011
TRIKOMONIASIS
Trichomoniasis
Micrograph showing a positive result for trichomoniasis. A trichomonas organism is seen on the top-right of the image.Trikomonas seringkali menyebabkan vaginitis. Ini merupakan infeksi menular seksual dan disebabkan oleh parasit protozoa yang dikenal sebagai Trichomonas vaginalis 1
Infeksi primer dari trikomonas adalah pada traktus urogenitalis ; lokasi paling sering adalah
Micrograph showing a positive result for trichomoniasis. A trichomonas organism is seen on the top-right of the image.Trikomonas seringkali menyebabkan vaginitis. Ini merupakan infeksi menular seksual dan disebabkan oleh parasit protozoa yang dikenal sebagai Trichomonas vaginalis 1
Infeksi primer dari trikomonas adalah pada traktus urogenitalis ; lokasi paling sering adalah
Sunday, September 11, 2011
VAGINOSIS BAKTERIAL
Vaginosis Bakterial
Vaginosis Bakterial – VB seringkali disebut sebagai vaginal bacteriosis 1 adalah penyakit pada vagina yang disebabkan oleh bakteri. Oleh CDC-centre of disease control tidak dimasukkan kedalam golongan IMS-Infeksi Menular Seksual 2 . VB disebabkan oleh gangguan kesimbangan flora bakteri vagina dan seringkali dikacaukan dengan infeksi jamur (kandidiasis) atau infeksi
Vaginosis Bakterial – VB seringkali disebut sebagai vaginal bacteriosis 1 adalah penyakit pada vagina yang disebabkan oleh bakteri. Oleh CDC-centre of disease control tidak dimasukkan kedalam golongan IMS-Infeksi Menular Seksual 2 . VB disebabkan oleh gangguan kesimbangan flora bakteri vagina dan seringkali dikacaukan dengan infeksi jamur (kandidiasis) atau infeksi
Saturday, September 10, 2011
DISMENOREA
Batasan : Dismenorea atau nyeri haid dapat terjadi secara primer atau sekunder akibat patologi organ pelvik.
Angka kejadian : sekitar 50% wanita usia masa reproduksi.
Dismenorea primer mulai terjadi pada usia 17 – 22 tahun ; Dismenorea sekunder sering terjadi dengan semakin tua usia wanita.
DISMENOREA PRIMERTerjadi pada siklus yang ovulatoar dan mulai terjadi 6 – 12 bulan pasca menarche.
NYERI PANGGUL
NYERI PANGGUL AKUT DIAGNOSIS BANDING:
Apendisitis.
Ruptura / torsi kista ovarium.
Penyakit Radang Panggul.
Kehamilan Ektopik.
Degenerasi mioma.
ETIOLOGI Kelainan Ginekologi
Ruptura kista ovarium.
Torsi kista ovarium.
Abses Tubo ovarial.
Kelainan obstetri:
Kehamilan Ektopik.
Abortus.
Kelainan traktus gastrointestinal/urogenitalis
Divertikulitis.
Apendisitis.
UTI-urinary tract infection.
Apendisitis.
Ruptura / torsi kista ovarium.
Penyakit Radang Panggul.
Kehamilan Ektopik.
Degenerasi mioma.
ETIOLOGI Kelainan Ginekologi
Ruptura kista ovarium.
Torsi kista ovarium.
Abses Tubo ovarial.
Kelainan obstetri:
Kehamilan Ektopik.
Abortus.
Kelainan traktus gastrointestinal/urogenitalis
Divertikulitis.
Apendisitis.
UTI-urinary tract infection.
KEHAMILAN EKTOPIK
KEHAMILAN EKTOPIKKehamilan ektopik adalah peristiwa dimana implantasi blastosis terjadi diluar endometrium cavum uteri dan umumnya terjadi di tuba falopii.
Implantasi juga dapat terjadi di ovarium atau cavum abdomen.
Peristiwa ini merupakan keadaan kegawat daruratan medik.
ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
Gangguan transportasi dalam tuba falopii:
Infeksi klamidia dan gonorrhoea.
Riwayat kehamilan
Implantasi juga dapat terjadi di ovarium atau cavum abdomen.
Peristiwa ini merupakan keadaan kegawat daruratan medik.
ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
Gangguan transportasi dalam tuba falopii:
Infeksi klamidia dan gonorrhoea.
Riwayat kehamilan
KARSINOMA SERVIK UTERI
KARSINOMA SERVIK UTERI Karsinoma Servik adalah keganasan ginekologi paling sering ditemukan nomer III
Nomer 1 : karsinoma mammae
Nomer II : karsinoma ovarium
GEJALAKarsinoma servik invasif umumnya menyebabkan keluhan :
Perdarahan pasca sanggama
Perdarahan intermenstrual
Perdarahan pasca menopause
Pada kasus yang lanjut :
Fluor albus persisten yang sangat berbau dan kadang berdarah.
Nyeri
Nomer 1 : karsinoma mammae
Nomer II : karsinoma ovarium
GEJALAKarsinoma servik invasif umumnya menyebabkan keluhan :
Perdarahan pasca sanggama
Perdarahan intermenstrual
Perdarahan pasca menopause
Pada kasus yang lanjut :
Fluor albus persisten yang sangat berbau dan kadang berdarah.
Nyeri
DISPLASIA dan KOLPOSKOPI
DISPLASIA SERVIKDisplasia servik dan karsinoma servik merupakan satu proses yang berkelanjutan.
Displasia servik dalam perjalanannya dapat mengalami 3 kemungkinan:
Progresivitas ke bentuk karsinoma.
Tetap stasionair dan tidak berkembang.
Regresi ke normal.
ETIOLOGI dan EPIDEMIOLOGI
Jarang terjadi sebelum usia 20 tahun dan tersering pada usia 47 an tahun.
Disebabkan oleh paparan terhadap
Displasia servik dalam perjalanannya dapat mengalami 3 kemungkinan:
Progresivitas ke bentuk karsinoma.
Tetap stasionair dan tidak berkembang.
Regresi ke normal.
ETIOLOGI dan EPIDEMIOLOGI
Jarang terjadi sebelum usia 20 tahun dan tersering pada usia 47 an tahun.
Disebabkan oleh paparan terhadap
Friday, September 9, 2011
ABORTUS HABITUALIS
BATASAN : Peristiwa keguguran (abortus) dua atau lebih secara berturutan
PREVALENSI: 1% dari semua wanita pada usia reproduktif.
EVALUASI DIAGNOSTIK :
Anamnesis: Harus dilakukan pengkajian atas pola, trimester dan karakteristik peristiwa abortus sebelumnya. Paparan atas toksin lingkungan dan obat-obatan, infeksi ginekologi atau obstetrik yang pernah terjadi.
Pemeriksaan Fisik: Dapat
PREVALENSI: 1% dari semua wanita pada usia reproduktif.
EVALUASI DIAGNOSTIK :
Anamnesis: Harus dilakukan pengkajian atas pola, trimester dan karakteristik peristiwa abortus sebelumnya. Paparan atas toksin lingkungan dan obat-obatan, infeksi ginekologi atau obstetrik yang pernah terjadi.
Pemeriksaan Fisik: Dapat
Wednesday, September 7, 2011
Komposisi gizi dalam ASI
a. Kolostrum
Kolostrum atau ASI pertam berbeda dengan air susu yang berwarna puti, karena kolostrum mengandung lebih banyak protein (terdapat sekitar 1% dalam air susu putih) lebih banyaka mengandung immunoglobulin ASI (lgA), laktoferin dan sel-sel darah putih yang tersedi unutk bayi dan dapat memenuhi semua kebutuhan nutrisi. Kolostrum yang berubah menjadi ASI matang antara 3 dan 14 hari setelah melahirkan dirancang sedemikian rupa sehingga tidak membebani ginjal bayi yang belum matang. Kolostrum mengandung immunoglobulin yang berguna melapisi usus dan lmelindunginya dari infeksi bakteri dan virus. Selain yang telah dijelaskan, kolostrum juga mendaung zat antivirus dan antibakteri sebagai berikut:
- lysozime: enzim yang sangat berperan efektif disalurkan pencernaan yangbertugas menghancurkan dinding sel bakteri pathogen dan melindung salurang pencernaan bayi.
- Bifidobakteri: bertugas mengasamkan lambung sehingga bakteri pathogen dan parasit mampu bertahan hidup.
- Laktoferin: bertugas mengikat zat besi sehingga bakteri patogen yang membutuhkan zat besi diboikot untuk tidak mendapat suplasi zat besi sehingga pertumbuhannya terhambat.
- Latoferoksida: bersama unsure lain berperang melawan abketeri streptococcus (yang dapat menyebabkan penyakit paru0, pseudom,onia, dan eschercia coli
ASI tidak hanyua menyesuaikan diri untuk berespon terhadpa infeksi, ASI juga mengubah unsure-unsur gizi sesuai dengan kebutuhan bayi. Unsure-unsur gizi yang banyak terkandung di dalam ASI yaitu:
b. Protein
Protein dalam ASI mencapati kadar yang lebih dari cukup untuk pertumbuhan optimal, sementara ASI juga mengandung muatan yang mudah larut sesuai untuk ginjal yang belum matang. Kasein dalam ASI adalah 80:20, yang menghasilkan “kepala susu” yang lebih lembut dlam lambung sehingga mengurangi waktu pengosongan lambung dan membantu pecernaan. Sedangkan kasein dalam susu sapi hanya 20:80 terdapat berbagai subtansi dalam ASI yang belum sepenuhnya dipahami, misalnya asam amino taurin, yang kin dianggap penting untuk petumbuhan otak manusia dan absorbsi lemak.
c. Lemak
Seperti halnya substansi protein dalam ASI dapat membantu absorbsi lemak. Lemak sendiri memiliki beberapa fungsi dalam tubuh dan berperan pentinng dlam kualitas peletana myelin. Hal ini ditandai dengan jharngnya kedajadian sklerosisi multiple di Negara-negara yang masyarakat umumya memberikan ASI
d. Karbohidrat (laktosa)
Perkembangan sistem saraf pusat merupakan bagian dari fungsi laktosa dalam ASI. Laktosa juga memberi sekitar 40% kebutuhan energi bayi. Laktosa membantu pertumbuhan laktobasilus bifidus, merupakan koloni yang membantu menghambat pertumb uhan baketeri patone. Hal ini terjadi karena media yang dihasilkan oleh bakteri bersifat memusuhi pertumbuhan bakteri patogen lainnya.
e. Vitamin
ASI memberi vitamin yang cukup bagi bayi walaupun kadarnya bervariasi sesuai dengan diet ibunya. Penting bagi bayi untuk mendapatkan kolostrum dan kemudian susu awal untuk memastikan bahwa vitamin yang larut diperleh oleh bayi.
f. Mineral
Kadar natrium lebih banyak sehingga melindungi neonatus dari dehidrasi dan kelebihan natrium dalam darah. Sebanayak 50-70% besi diserap dari ASI bila dibandingkan dari susu sapi yang hanya diserap 10-30%. ASI juga mendangung molekul pengikat sesng, asam pikolinat yang membuat penyerapan seng lebih efisien. Rasio kalsium dan fosfor ASI sesuai untuk mineralisasi tulang bila dibandingkan dengan susu sapi.
Kolostrum atau ASI pertam berbeda dengan air susu yang berwarna puti, karena kolostrum mengandung lebih banyak protein (terdapat sekitar 1% dalam air susu putih) lebih banyaka mengandung immunoglobulin ASI (lgA), laktoferin dan sel-sel darah putih yang tersedi unutk bayi dan dapat memenuhi semua kebutuhan nutrisi. Kolostrum yang berubah menjadi ASI matang antara 3 dan 14 hari setelah melahirkan dirancang sedemikian rupa sehingga tidak membebani ginjal bayi yang belum matang. Kolostrum mengandung immunoglobulin yang berguna melapisi usus dan lmelindunginya dari infeksi bakteri dan virus. Selain yang telah dijelaskan, kolostrum juga mendaung zat antivirus dan antibakteri sebagai berikut:
- lysozime: enzim yang sangat berperan efektif disalurkan pencernaan yangbertugas menghancurkan dinding sel bakteri pathogen dan melindung salurang pencernaan bayi.
- Bifidobakteri: bertugas mengasamkan lambung sehingga bakteri pathogen dan parasit mampu bertahan hidup.
- Laktoferin: bertugas mengikat zat besi sehingga bakteri patogen yang membutuhkan zat besi diboikot untuk tidak mendapat suplasi zat besi sehingga pertumbuhannya terhambat.
- Latoferoksida: bersama unsure lain berperang melawan abketeri streptococcus (yang dapat menyebabkan penyakit paru0, pseudom,onia, dan eschercia coli
ASI tidak hanyua menyesuaikan diri untuk berespon terhadpa infeksi, ASI juga mengubah unsure-unsur gizi sesuai dengan kebutuhan bayi. Unsure-unsur gizi yang banyak terkandung di dalam ASI yaitu:
b. Protein
Protein dalam ASI mencapati kadar yang lebih dari cukup untuk pertumbuhan optimal, sementara ASI juga mengandung muatan yang mudah larut sesuai untuk ginjal yang belum matang. Kasein dalam ASI adalah 80:20, yang menghasilkan “kepala susu” yang lebih lembut dlam lambung sehingga mengurangi waktu pengosongan lambung dan membantu pecernaan. Sedangkan kasein dalam susu sapi hanya 20:80 terdapat berbagai subtansi dalam ASI yang belum sepenuhnya dipahami, misalnya asam amino taurin, yang kin dianggap penting untuk petumbuhan otak manusia dan absorbsi lemak.
c. Lemak
Seperti halnya substansi protein dalam ASI dapat membantu absorbsi lemak. Lemak sendiri memiliki beberapa fungsi dalam tubuh dan berperan pentinng dlam kualitas peletana myelin. Hal ini ditandai dengan jharngnya kedajadian sklerosisi multiple di Negara-negara yang masyarakat umumya memberikan ASI
d. Karbohidrat (laktosa)
Perkembangan sistem saraf pusat merupakan bagian dari fungsi laktosa dalam ASI. Laktosa juga memberi sekitar 40% kebutuhan energi bayi. Laktosa membantu pertumbuhan laktobasilus bifidus, merupakan koloni yang membantu menghambat pertumb uhan baketeri patone. Hal ini terjadi karena media yang dihasilkan oleh bakteri bersifat memusuhi pertumbuhan bakteri patogen lainnya.
e. Vitamin
ASI memberi vitamin yang cukup bagi bayi walaupun kadarnya bervariasi sesuai dengan diet ibunya. Penting bagi bayi untuk mendapatkan kolostrum dan kemudian susu awal untuk memastikan bahwa vitamin yang larut diperleh oleh bayi.
f. Mineral
Kadar natrium lebih banyak sehingga melindungi neonatus dari dehidrasi dan kelebihan natrium dalam darah. Sebanayak 50-70% besi diserap dari ASI bila dibandingkan dari susu sapi yang hanya diserap 10-30%. ASI juga mendangung molekul pengikat sesng, asam pikolinat yang membuat penyerapan seng lebih efisien. Rasio kalsium dan fosfor ASI sesuai untuk mineralisasi tulang bila dibandingkan dengan susu sapi.
SINDROMA OVARIUM POLIKISTIK
BATASAN: Adalah satu kelainan dimana terjadi anovulasi kronik hipernadrogenik dimana semua penyebab sekunder (etiologi sekresi andogenik) telah disingkirkan PREVALENSI: 4 – 6% usia reproduktif ETIOLOGI: ??EVALUASI DIAGNOSTIK Anamnesa: Anamnesa dipusatkan pada pola haid, kehamilan sebelumnya (jika pernah terjadi), obat-obatan yang dikonsumsi, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, pola makan,
Tuesday, September 6, 2011
AMENOREA
Evaluasi & Diagnostik Amenorea Primer
DEFINISI : Tidak adanya peristiwa menstruasi (haid) atau haid berhenti.
KONDISI FISIOLOGIS PENYEBAB AMENOREA :
Anak perempuan pada masa pra pubertas
Kehamilan
Menyusui
Menopause
ANGKA KEJADIAN AMENOREA PATOLOLOGIS : 5% wanita pada usia reproduktif dan harus dilakukan evaluasi.
AMENOREA PRIMER
Tidak adanya menstruasi pada wanita yang telah berusia 16
Monday, September 5, 2011
PERDARAHAN UTERUS ABNORMAL
BATASAN
Menoragia : perdarahan uterus lebih dari 7 hari dan dengan jumlah berlebihan (> 80 ml) dengan interval teratur
Metroragia : perdarahan uterus dengan jumlah ber variasi diantara dua periode haid , dengan interval yang tidak teratur namun sering terjadi
Polimenorea : Interval haid terlalu pendek (<21 hari) dengan interval teratur
Oligomenorea : interval haid terla;u panjang (>35 hari)
Sunday, September 4, 2011
TEKNOLOGI REPRODUKSI DENGAN BANTUAN
~ Assisted Reproduction Technology
Batasan: Penanganan dan manipulasi oosit serta sperma secara langsung untuk meningkatkan kemungkinan terjadinya kehamilan
Klasifikasi: FIV- Fertilisasi in Vitro adalah prototipe prosedur teknologi reproduksi dengan bantuan (ART- Assisted Reproductive Technology). Tehnik lain a.l :
GIFT – Gamete Intrafalopian tube transfer
ZIFT – Zygote intrafalopian transfer
Batasan: Penanganan dan manipulasi oosit serta sperma secara langsung untuk meningkatkan kemungkinan terjadinya kehamilan
Klasifikasi: FIV- Fertilisasi in Vitro adalah prototipe prosedur teknologi reproduksi dengan bantuan (ART- Assisted Reproductive Technology). Tehnik lain a.l :
GIFT – Gamete Intrafalopian tube transfer
ZIFT – Zygote intrafalopian transfer
INDUKSI OVULASI
KLASIFIKASI GANGGUAN OVULASI :
Infertilitas faktor ovarium (anovulasi) merupakan abnormalitas primer yang terjadi pada 20% pasangan infertil
Pasien dibagi menjadi 3 kelompok
Induksi ovulasi merupakan salah satu cara yang paling berhasil untuk pengobatan infertilitas, tetapi pemilihan pasien secara hati-hati adalah terpenting
METODE INDUKSI OVULASI
KLOMIFEN SITRAT
hMG – human
Saturday, September 3, 2011
PASANGAN INFERTILITAS
BATASAN :
Fertilitas : kapasitas untuk hamil dan menghasilkan keturunan
Fekunditas : Kemungkinan untuk hamil selama satu siklus bulanan haid. Angka “normal” = 20 – 25% dengan kemungkinan kumulatif untuk menjadi hamil dalam jangka waktu 12 bulan = 85 – 90%
Infertilitas : Ketidakmampuan untuk hamil setelah 12 bulan sering melakukan hubungan seksual tanpa kontrapsepsi.
Infertilitas primer :
Friday, September 2, 2011
FISIOLOGI dan MIKROEKOLOGI VAGINA
Vagina dilapisi oleh epitel pipih bertatah non – keratinisasi (non-keratinized stratified squamous epithelium) yang sangat dipengaruhi oleh hormon estrogen dan progesteron.
Pada vagina neonatus terdapat koloni bakteri aerobik dan anerobik yang diperoleh saat melewati jalan lahir.
Epitel vagina neonatus bersifat sangat estrogenik dan mengandung banyak glikogen yang mendukung pertumbuhan
Thursday, September 1, 2011
INKONTINENSIA URINE
INKONTINENSIA URINAEInkontinensia urinae adalah keluarnya air seni tanpa sadar sehingga menimbulkan masalah higiene dan sosial bagi penderitanya .
ANGKA KEJADIAN
Inkontinensia urine mengenai 10 – 25% kelompok wanita usia < 65 tahun ; 15 – 30% kelompok wanita usia > 65 tahun dan 50% kelompok wanita penghuni panti Wredha.
FAKTOR RESIKO :
Usia
Kehamilan dan Persalinan
Menopause
ANGKA KEJADIAN
Inkontinensia urine mengenai 10 – 25% kelompok wanita usia < 65 tahun ; 15 – 30% kelompok wanita usia > 65 tahun dan 50% kelompok wanita penghuni panti Wredha.
FAKTOR RESIKO :
Usia
Kehamilan dan Persalinan
Menopause
PROLAPSUS ORGAN PANGGUL
ANATOMI PANGGUL dan STRUKTUR PENYANGGA ORGAN PANGGUL
Secara anatomis, organ panggul seperti : vagina – uterus – kandung kemih dan rektum dipertahankan pada posisi yang normal dalam panggul oleh sepasang muskulus levator ani bilateral yang kearah posterior mengalami fusi.
Celah muskulus levator ani di bagian anterior disebut sebagai hiatus levator ani.
Kearah inferior, hiatus levator ani
Secara anatomis, organ panggul seperti : vagina – uterus – kandung kemih dan rektum dipertahankan pada posisi yang normal dalam panggul oleh sepasang muskulus levator ani bilateral yang kearah posterior mengalami fusi.
Celah muskulus levator ani di bagian anterior disebut sebagai hiatus levator ani.
Kearah inferior, hiatus levator ani
Subscribe to:
Posts (Atom)