BAYI LAHIR TIDAK MENANGIS SPONTAN
Proses persalinan terfokus pada ibu tetapi karena proses tersebut merupakan proses pengeluaran hasil kehamilan (bayi), maka penatalaksanaan satu persalinan dikatakan berhasil apabila selain ibunya, maka bayi yang dilahirkan juga berada dalam kondisi yang optimal. Memberikan pertolongan dengan segera, aman dan bersih esensial dari asuhan bayi baru lahir. Setelah bayi lahir esensilanya bayi akan menangis dengan spontan. Apabila bayi lahir tidak menangis dapat terjadi beberapa faktor yaitu bayi mengalami sumbatan jalan nafas karena lendir dan air ketuban atau juga dapat disebabkan karena asfeksia neonatomm. Sebagian besar kesakitan dan kematian bayi barn lahir disebabkan oleh asfeksia yaitu keadaan dimana bayi barn lahir tidak dapat bernafas spontan dan teratur segera setelah lahir. Asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna sehingga tindakan keperawatan untuk keperawatan dilakukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan mengatasi gejala lanjut yang mungkin terjadi (Sarwono, 2005).
ETIOLOGI
Sambutan pada jalan nafas diakibatkan atau dikarenakan oleh lendir dan air ketuban yang menyumbat pada hidung, mulut dan tenggorokan halus langsung dilakukan pembersihan jalan nafas agar bayi dapat bernafas dan menangis, setelah itu beri rangsang taktil bila bayi tidak juga menangis, bila tidak menangis maka ditakutkan terjadi asfiksia yaitu pengembangan paru BBL terjadi pada menit-menit pertama kelahiran dan kemudian disusui dengan pernafasan teratur, bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan, oksigen dari ibu ke jari in maka akan terjadi aksifikasi neonatorium. Penggolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi terdiri dan :
1. Faktor ibu
a. Hipoksia ibu, hal mi akan menimbulkan hipoksia jari in, hipoksia ibu dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgesic atau anastesi dalam.
b. Gangguan aliran darah uterus, berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya pengaliran 02 ke placenta dan ke jari in.
2. Faktor placenta
Solusio placenta dan perdarahan placenta
3. Faktor fetus
Tali pusat menumbang, lilitan tali pusat, kompresi tali pusat antara jari in dan jalan lahir.
4. Faktorneonatus
a. Pemakaian obat anastesi / analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan jari in
b. Trauma yang terjadi pada persalinan misalnya : perdarahan intra kranial
c. Kelainan congenital misalnya : hernia, diagfragmatika, atresia saluran pernafasan hipoplasia pam,
(Hanifa Wiknjosastro — 1999)
Gejala dan tanda asfiksia neonatorum
a. Tidak bernafas atau nafas megap-megap diikiuti dengan bayi lahir tidak menangis spontan dan bernafas lamba;. (kflr’ang dan 30 x per menit)
b. Pernafasan tidak teratur, dengkuran / retraksi (pelekukan dada)
c. Tangisan lemah atau merintih
d. Warna kulit biru atau pucat
e. Tonus otot lemas atau ekstremitas terkulai
f. Denyut jari tung tidak ada atau lambat (bradikardi) kurang dan 100 x/menit
(Gulardi Wiknjosastro - 2007)
Tindakan pasca asfiksia neonatorum
Tindakan yang dikerjakan pada bayi yang lazim disebut resusitasi BB. Sebelum resusitasi dikerjakan perlu di perhatikan bahwa:
1. Faktor waktu sangat penting
2. Kerusakan yang timbul pada bayi akibat anaksia/hipoksia antenatal tidak diperbaiki, tetapi kerusakan yang akan terjadi karena bisa anaksia/hipoksia pasca natal harus di cegah dan di atasi.
3. Riwayat kehamilan dan pertus akan memberikan keterangan yang jelas tentang faktor terjadinya depresi pernafasan BBL.
4. Penilaian BBL perlu dikenal baik agar resusitasi yang lakukan secara adekuat. (Hany, Oxorn :1996)
Prinsip dasar resusitasi yang perlu di ingat
a. Memberikan lingkungan yang baik pada bayi dan mengusahakan saluran pernafasan tetap bebas serta merangsang timbulnya pernafasan
b. Memberi bantuan pernafasan secara efektifpada bayi yang menunjukan usaha pernafasan lemah.
c. Riwayat kehamilan dan partus akan memberikan keterangan yang jelas tentang faktor penyebab terjadinya depresi pernafasan pada BBL
d. Penilaian BBL perlu dikenal baik agar resusitasi yang dilakukan dapat di pilih dan di tentukan secara adekuat.
(Gulardi Wiknjosastro - 2007)
Penatalaksanaan Asfiksia
1. Langkah awal
a. Mencegah kehilangan panas, termasuk menyiapkan tempat yang kering dan hangat untuk melakukan pertolongan.
b. Memposisikan bayi dengan baik, (kepala bayi setengah tengadah/sedikit ekstensi atau mengganjal bahu bayi dengan kain)
c. Bersihkan jalan nafas dengan alat penghisap yang tersedia Bersihkan jalan nafas dengan ketentuan sebagai berikut
1) Bila air ketuban jernih (tidak bercampur mekonium), hisap lendir pada mulut baru pada hidung.
2) Bila air ketuban bercampur dengan mekonium, mulai mengisap lendir setelah kepala lahir (berhenti seberi tar untuk menghisap lendir di mulut dan hidung). Bila bayi menangis, nafas teratur, lakukan asuhan bayi barn lahir normal. Bila bayi mengalami depresi, tidak menangis, lakukan upaya maksimal untuk membersihkan jalan nafas dengan jalan membuka mulut lebar-lebar dan menghisap lendir lebih dalam secara hati-hati.
3) Menilai bayi dengan melihat usaha nafas, denyut jari tung dan warna kulit kemerahan, lakukan asuhan bayi barn lahir normal. Bila bayi tidak menangis atau megap-megap, warna kulit biru atau pucat denyut jari tung kurang dan 100 xlme4it, lanjutkan langkah resusitasi.
2. Langkah resusitasi
a. Sebelumnya periksa dan lakukan bahwa alat resusitasi (baton resusitasi dan sungkup muka) telah tersedia dan berfungsi baik (lakukan test untuk baton dan sungkup muka)
b. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan sebelum memegang atau memeriksa bayi
c. Selimuti bayi dengan kain yang kering dan hangat kecuali muka dan dada bagian atas, kemudian letakkan pada alas dan lingkungan yang hangat.
d. Periksa ulang posisi bayi dan pastikan kepala berada dalam posisi tengadah
e. Letakkan sungkup melingkupi dagu, hidung dan mulut sehingga terbentuk semacam tautan sungkup dan wajah.
f. Tentukan balon resusitasi dengan dua jari atau dengan semua jari tangan (tergantung pada ukuran balon resusitasi)
g. Lakukan pengujian pertautan dengan melakukan ventilasi sebanyak dua kali dan periksa gerakan dinding dada
h. Bila pertautan baik ( tidak bocor) dan dinding dada mengembang maka lakukan ventilasi dengan menggunakan oksigen (bila tidak ada atau tersedia oksigen guna udara ruangan)
i. Perhatikan kecepatai ventilasi sekitar 40 kali per 60 detik, dengan tekanan yang tepat sambil melihat gerakan dada (naik turun) selama ventilasi.
j. Bila dinding dada tidak naik-turun dengan baik berarti ventilasi berjalan secara adekuat.
k. Bila dinding dada tidak naik, periksa ulang dan betulkan posisi bayi atau terjadi kebocoran lekatan atau tekanan ventilasi kurang
l. Lakukan ventilasi selama 2 x 30 detik atau 60 detik kemudian lakukan penilaian segera tentang upaya bernafas spontan dan warna kulit:
1) Bila frekwensi nafas normal (30-60 x/menit), hentikan ventilasi, lakukan kontak kulit ibu-bayi, lakukan asuhan normal bayi barn lahir (menjaga bayi tetap hangat, mulai memberikan ASI dm1 dan mencegah infeksi dan imunisasi)
2) Bila bayi belum bernafas spontan ulangi lagi ventilasi selama 2 x 30 detik atau 60 detik kemudian lakukan penilaian ulang.
3) Bila frekwensi nafas menjadi normal (30-60 x/menit) hentikan ventilasi lakukan kontak kulit it lakukan asuhan normal bayi barn lahir.
4) Bila bayi bernafas, tetapi terlihat retraksi dinding dada, lakukan ventilasi dengan menggunakan oksigen (bila tersedia)
5) Bila bayi tidak bernafas, megap-megap, teruskan bantuan pernafasan dengan ventilasi.
6) Lakukan penilaian setiap 30 detik dengan menilai usaha bernafas denyut jari tung dan warna kulit
7) Jika bayi tidak bernafas secara teratur setelah ventilasi 2-3 menit, rujuk ke fasilitas pelayanan perawatan bayi resiko tinggi.
8) Jika tidak ada nafas sama sekali dan tidak ada perbaikan frekwensi denyut jari tung bayi setelah ventilasi selama 20 menit, hentikan ventilasi, bayi dinyatakan meninggal (jelaskan kepada keluarga bahwa upaya pertolongan gagal) dan beri dukungan emosional pada keluarga.
(Rachimhadi et al :1997)
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR
DENGAN KASUS ASFIKSIA NEONATORUM
DI BPS KASIH BUNDA SEKAMPUG LAMPUNG TIMUR
TAHUN 2007
I. PENGUMPULAN DATA DASAR
1. Identitas
Nama : Bayi Ny. Yeni
Tanggal Lahir : 20-11-2007
Anak ke : ke-2
Alamat : Jln. Karya Mukti No.55
Sekampung Lampung Timur
Nama istri : Ny. Yeni Nama suami : Tn. Taufik
Umur : 26 tahun Umur : 29 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jin. Karya Mukti Alamat : Jin. Karya Mukti
No. 55 Sekampung No. 55 Sekampung
Lampung Timur Lampung Timur
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan bayinya lahir spont4n pervaginam, bayi lahir dengan tidak menangis spontan. Bagian ekstremitas bayi berwarna biru. Tubuh bayi teraba dingin. Pernafasan tidak teratur dan tangis bayi lemah atau merintih
3. Riwayat persalinan sekarang
Kala I : l2 jam
Kala II : 30 menit
Kala III : 15 menit
Kala IV : 2 jam
Jumlah 14 jam 45 menit
4. Jumlah perdarahan
Kala I : Blood Slym
Kala II : 100 cc
Kala III : 150 cc
Kala IV : 100 cc
Jumlah 350 cc
5. Keadaan air ketuban : keruh
6. Waktu pecahnya ketuban : 17.30 WIB
7. Jenis persalinan : Spontan Pervaginam
8. Lilitan : tidak ada
9. Episiotomi : tidak ada
10. Pemeriksaan fisik bayi barn lahir:
a. Tanda vital
Temp : 3 5,4°C
Pols : 88 xlmenit
RR : 26 x/menit BB : 3000 gr PB : 43 cm
b. Apgar score
Menit 1 A: 1 Menit ke V A: 1
P: 1 P: 1
G: 1 G: 1
A: 1 A: 2
R: 1 R: 2
5 7
c. Kepala
UIJB : tidak ada kelainan
UUK : tidak ada kelainan
Moulage : tidak ada
Beri tuk kepala : bundar
Keadaan kepala : kotor oleh darah dan lendir
Keadaan wajah : pucat
d. Mata
Bentuk mata : simetris kanan-kiri
Strabismus : tidak ada
Polip mata : reflek terhadap cahaya mengecil
Sciera : tidak ikterik
Konjungtiva : pucat
Keadaan : bersih
Bulu mata : ada
e. Hidung
Bentuk : simetris kanan-kiri
Lubang hidung: ada
Pernafasan cuping hidung: tidak ada
Keadaan : kotor
f. Mulut
Bentuk : simetris
Palatum : normal tidak ada sumbing
Gusi : normal
Reflek hisap : ada namun lemah
Bibir : ada tidak ada sumbing
Warna bibir : biru
g. Telinga
Posisi : simetris kanan kin
Keadaan : memanjang normal tanpa kelainan
Lubang : ada
h. Leher
Pembesaran kelenjar vena: tidak ada
Pergerakan leher : leher tampak ekstensi
Keadaan kulit : keriput
i. Dada
Posisi : simetris
Mamae : ada
Suara nafas : belum bersih, belum teratur
Bunyi jantung tidak terdengar mur-mur
Keadaan : re0traksi (pelekokan dada)
j. Perut
Bentuk : simetris
Pembesaran abnormal: tidak ada
k. Punggung dan bokong
Bentuk : simetris
Flensibilitas tulang punggung: baik
Lubang anus : ada
Warna kulit bokong: pucat agak kemerahan
l. Ekstremitas
Jeri tangan : lengkap tanpa cacat
Posisi dan bentuk: simetris tanpa cacat
Pergerakan : ada
Keadaan kulit : keriput
Warna kulit : biru
m. Genetalia
Jenis kelamin : laki-laki
BAB pertama : segera setelah bayi lahir
BAK pertama : segera setelah bayi lahir
n. Refleks
Menghisap (suctung) : ada namun lemah, bayi ingin menghisap sesuatu untuk menempel di mulutnya
Mengenggam (graping): ada namun lemah, terhadap benda yang dikaitkan di jarinya
Reflek kaki (staping) : ada namun Iemah, bayi tampak menendangkan kakinya
Reflek moro : ada namun lemah, bayi nampak bisa memeluk bila di kejutkan
o. Ukuran Antropometri
BB : 3000gr LK : 32 cm
PB : 43cm LD : 31cm
LILA : 10cm
II. INTERPRESTASI DATA DASAR
1. Diagnosa
Bayi barn lahir spontan, letak belakang kepala dengan asfeksia neonatorum
Dasar:
a. Bayi barn lahir letak belakang kepala
b. Bayi lahir spontan pukul 18.45 WIB, tanggal 20-1 1-2007
c. Warna tubuh bayi merah, ekstremitas atas dan bawah biru
d. Keadaan kulit keriput
e. Bayi tidak menangis spontan
f. APGAR score 5
g. Jenis kelamin laki-laki
h. Tali pusat belum dipotong
i. Tangan dan kaki bayi dingin
2. Masalah
a. Ketidak stabilan suhu tubuh sehubungan dengan metabolisme tubuh yang belum sempurna
Dasar:
1) Tangan dan kaki bayi him serta dingin
2) Temperatur 3 5,4°C
b. Gangguan pola nafas ke jaringan berhubungan dengan suplai oksigen yang adekuat
Dasar:
1) Bayi lahir tidak menangis
2) Warna tubuh bayi merah dan bagian ekstermitas biru
3) BR 80 x/menit
3. Kebutuhan
a. Pembebasan jalan nafas
b. Pemenuhan kebutuhan cairan
c. Pemberian nutrisi yang adekuat
d. Pemberian lingkungan yang hangat
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
1. Potensi terjadi asfiksia berat
Dasar:
a. Apgar score 5
b. Terdapat lendir dan cairan dalam hidung dan mulut
c. Bayi lahir tidak langsung menangis
2. Potensi terjadi hipotermi
Dasar:
a. Tubuh bayi masih basah oleh 1en dan air ketuban
b. Suhu35,4°C
c. Bagian ekstremitas biru dan dingin
3. Potensi terjadi infeksi pada tali pusat Dasar
a. Tali pusat masih basah
IV. IDETIFIKASI KEBUTUHAN DAN KOLABORASI
1. Pembebasan jalan nafas
Dasar:
a. Bayi lahir pukul 18.45 WIB tidak menangis spontan
b. Terdapat lendir dan cairan pada mulut dan hidung
2. Rangsang taktil
Dasar:
Bayi tidak menangis spontan
3. Resusitasi
Dasar:
a. Bayi tidak menangis
b. Apgar skor 5
c. Terdapat lendir dan cairan pada mulut dan hidung
V. RENCANA MANAJIEMEN
1. Jelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini
a. Bayi mengalami asfiksia
b. Bayi memerlukan penanganan resusitasi
2. Gunakan teknik septic dan anti septic dalam resusitasi
a. Siapkan ruangan dan alat untuk resusitasi
b. Pakai pelindung din untuk mencegah infeksi
c. Cuci tangan dengan 6 langkah
3. Cegah kehilangan panas
a. Bungkus bayi dengan handuk di atas perut ibu bila tali pusat panjang
b. Hidupkan radian warmer untuk menghangatka bagian dada bayi
4. Lingkungan pembebasan jalan panas
a. Membersihkan jalan nafas
b. Letakkan bayi pada posisi yang benar
c. Lakukan slim zuinger
5. Lakukan rangsangan taktil
a. Usap-usap punggung bayi
b. Sentil bagian kaki
6. Lakukan tindakan resusitasi
a. Memasang sungkup muka
b. Ventilasi percobaan
7. Lakukan penilaian bayi
a. Perhatikan dan nilai pernafasan bayi
b. Hitung frekwensi denyut jantung bayi
c. Nilai warna kulit bayi, jika pucat kemerah-merahan observasi dan pantau
8. Lakukan perawatan tali pusat
a. Jepit tali pusat dengan 2 buah kiem
b. Potong tali pusat
c. Bungkus tali pusat
9. Jelaskan pada ibu tentang pentingnya ASI eksklusif
a. Ajarkan pada ibu agar memberikan ASI eksklusif
VI. IMPLEMENTASI LANGSUNG
1. Menjelaskan pada ibu tentang kondisi bayinya saat ini
a. Bayi mengalami asfiksia yaitu suatu keadaan bayi barn lahir dengan kegagalan bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir dan bila keadaan ini berlangsung lama dapat mengakitbatkan kerusakan otak dan kematian.
b. Bayi memerlukan penanganan resusitasi yaitu pemberian yang adekuat pemberian oksigen, dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak jantung dan alat vital lain.
2. Menggunakan teknik septic dan anti septic dalam resusitasi
a. Memakai perlengkapan resusitasi
1) Siapkan radian warmer untuk menghangatkan tubuh bayi
2) Bengkak, kom dan air hangat
3) Resusitasi sek
4) Handuk, kain bedong dan bantalan
b. Mamakai pelindung diri
1) Memakai baraksckort
2) Memakai kaca mata
3) Memakai masker
4) Memakai hand scone
5) Memakai mite1a
6) Memakai sepatu bot
c. Mencuci tangan dengan 6 langkah
1) Mengusap telapak tangan
2) Mengusap sela-sela jari tangan
3) Mengusap jempol
4) Mengusap punggung tangan
5) Membersihkan kaca mata
6) Membilas dengan air mengalir
3. Mempertahankan suhu bayi
a. Membungkus bayi dengan handuk kering dan bersih di atas perut ibu bila tali pusat panjang. Memeriksa tubuh dan kepala bayi dengan handuk untuk menghilangkan air ketuban dan mencegah kehilangan suhu tubuh dengan evaporasi.
b. Menghidupkan radian warmer untuk menghangatkan bagian dada bayi dengan meletakkan bayi terlentang di bawah alat pemancar panas. Alat pemancar perlu di siapkan sebelumnya agar kasus tempat diletakkan bayi tetap hangat.
4. Melakukan pembebasan jalan nafas
a. Membebaskan jalan nafas dengan cara membersihkan mata, hidung, dan mulut, bayi secara zig-zag dengan kasa steril.
b. Meletakkan bayi terlentang atau miring dengan leher agak ekstensi (tengadah) dengan meletakkan selimut atau handuk yang digulung di bawah bahu sehingga bahu terangkat 2-3 cm.
c. Bersihkan jalan nafas dengan menghisap cairan amnion dan lendir dan mulut dan hidung menggunakan slim zinger. Bila air ketuban bercampur mekonium, maka penghisapan dan trakea diperlukan untuk mencegah osspirsi mekonium, hisap dan mulut dahulu kemudian dan hidung.
5. Merangsang-rangsang taktil
a. Mengusap-usap bayi pada bagian punggung ke arah atas
b. Menyentil telapak kaki bayi dan memberikan rangsangan yang dapat mempertahankan pernafasan
6. Melakukan tindakan resisutasi
a. Memasang sungkup melingkupi dagu, hidung dan mulut sehingga terbentuk semacam pertautan antara singkup dan wajah.
b. Tekan baton resusitasi dengan dua jari atau dengan saluran jari tangan (tergantung pada ukuran baton resusitasi).
c. Lakukan penyuluhan pertautan dengan melakukan ventilasi sebanyak 2 kali dan periksa gerakan dinding dada dengan cara:
1) Melakukan tiupan udara dengan tekanan 30 cm air tiupan awal mi sangat penting untuk membuka alveoli paru agar bayi mulai bernafas dan sekaligus menguji apakah jalan nafas terbuka atau bebas.
2) Melihat apakah dada bayi mengembang, bila tidak mengembang memeriksa posisi kepala, pastikan posisinya sudah benar memeriksa pamasang sungkup dan pastikat/tidak terjadi kebocoran memeriksa ulang apakah jalan nafas tersumbat cairan atau lendir (isap lendir) bila dada naik turun dengan baik berarti ventilasi berjalan lancar.
7. Melakukan penilaian bayi
a. Memperhatikan dan menilai pernafasan bayi yaitu bayi dapat bernafas spontan.
b. Menghitung frekwensi denyut jantung bayi, bila lebih dari 100 x/menit maka lanjutkan menilai warna kulit, bila terjadi sianosis perifer lakukan observasi dan pemantauan.
c. Apabila bayi bernafas normal, hentikan ventilasi dan berikan asuhan pasca resusitasi.
8. Melakukan perawatan tali pusat
a. Menjepit tali pusat dengan 2 buah klem
b. Memotong tali pusat dengan gunting umbilicus
c. Membungkus tali pusat dengan kain kasa steril
d. Mengajarkan pada ibu untuk merawat tali pusat dan melakukan perawatan tali pusat secara teratur
e. Melakukan evaluasi kemampuan ibu untuk mengulangi
9. Menjelaskan pada ibu mengenai pentingnya ASI eksklusif
a. Menjelaskan dan menganjurkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif karena merupakan makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi dan sosial. AS1 mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan.
VII. EVALUASI
1. Ibu mengerti tentang kondisi bayinya saat mi, bahwa bayinya dalam kondisi keadaan kurang sehat, bayi lahir tanggal 20-11-2007 pukul 18.45 WIB. Bayi segera memerlukan pertolongan, jenis kelamin laki-laki.
2. Penanganan resusitasi menggunakan teknik septic dan anti septic
3. Suhu tubuh bayi telah di pertahankan
a. Bayi telah di bungkus dengan handuk kering dan bersih
b. Radian warmer telah dapat menghangatkan bayi
4. Pembebasan jalan nafas telah di lakukan
a. Mata, hidung dan mulut telah di bersihkan
b. Bayi telah di posisikan dengan benar
c. Jalan nafas telah di bersihkan
5. Rangsang taktik telah di lakukan
Punggung telah di usap kearah atas dan telapak kaki sudah di sentil
6. Resusitasi telah di lakukan
Sungkup telah di pasang dan bayi dapat bernafas dengan baik dan DJJ lebih dari 100 x/menit.
7. Bayi dapat menangis
8. Perawatan tali pusat telah dilakukan dengan baik
9. Ibu mengerti mengenai pentingnya ASI Eksklusif dan bersedia untuk memberikan ASI eksklusif
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal 21-11-2007, pada hari ke-2
S : a. Ibu mengatakan bayinya sudah diberi ASI
b. Ibu mengatakan bayinya dapat menangis
c. Ibu mengatakan bayinya sudah dimandikan dan di bedong
O : a. Tanda-tanda vital:
RR : 35 x/menit
PB : 3000gr
Temp : 35°C
Pols : 120 x./menit
b. Tali pusat : bersih dan belum kering dan dilakukan perawatan
c. Rotting reflek : (+) Reflek swallowing : (+)
Sukling reflek : (+) Reflek moro : (+)
d. Bagian ekstremitas : sudah tidak berwarna biru
e. Tali pusat terawat baik dan masih basah
f. Pernafasan cuping hidung : tidak ada
g. Eliminasi : BAB : 3 x sehari BAK : 6-7 x sehan
h. Bayi tampak menyusu pada ibunya
A : 1. Diagnosa
Bayi barn lahir umur 2 hari
Pemenuhan kebutuhan oksigen ke jaringan berhubungan dengan suplai oksigen sudah mulai
DS: Ibu mengatakan bayinya sudah dapat menangis
DO: Bayi tampak menangis Kebutuhan
a. Pertahankan suhu tubuh
b. Pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi
c. Ajarkan ibu merawat bayi sehari-hari
P : 1. Pertahankan suhu tubuh bayi agar tetap hangat
a. Bungkus bayi dengan selimut yang hangat dan dingin
b. Jaga suhu lingkungan di sekitar bayi agar tetap hangat 2. Monitor keadaan umum bayi
2. Monitor keadaan umum bayi
a. Monitor tanda-tanda vital bayi
b. Penuhi kebutuhan cairan dan gizi
3. Ajarkan ibu cara merawat bayi sehari-hari
a. Ajarkan ibu cara merawat tali pusat
b. Ajarkan ibu cara menjaga personal hygiene bayi
Tanggal 23 November 2007, pada hari ke-4
S : a. Ibu mengatakan bayinya tetap diberi ASI
b. Ibu mengatakan bayinya BAK 6-8 hari, dan BAB 2 x/sehari
c. Ibu mengatakan bayinya tidak rewel
O : a. Keadaan umum baik
b. tanda-tanda vital :
RR : 40 x/menit
Suhu : 370C
BB : 3000 gr
Pols : 120 x/menit
c. Warna kulit kemerahan
d. Tali pusat sudah layu
e. Eliminasi : BAB 3 x/hari BAK : 6-7 x/hari
f. Bayi tampak menyusu pada ibu
A : 1. Diagnosa
Bayi baru lahir normal umur 4 hari
Dasar
Bayi baru lahir spontan pervaginam tanggal 20 November 2007
Masalah:
Tidak ada
Kebutuhan: a . Perawatan bayi sehari-hari
b. Pemberian ASI eksklusif
P : 1. Lakukan perawatan bayi sehari-hari
a. Anjurkan ibu untuk tetap merawat tali pusat
b. Anjurkan ibu untuk tetap merawat personal hygiene
2. Anjurkan ibu untuk tetap memberi ASI eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan
Tanggal 27 November 2007, pada hari ke- 8
S : a. Ibu mengatakan bayinya dapat minum ASI baik dan tidak rewel
b. Ibu mengatakan bayinya BAK dan BAB lancar
c. Ibu mengatakan bayinya tidur selama 16 jam
O : a. Keadaan umum bayi baik
b. Tanda-tanda vital :
RR : 40 x / menit
Suhu : 380C
BB : 3000 gr
Pols : 130 x / menit
c. Warna kulit kemerahan
d. Tali pusat sudah lepas
e. Eliminasi : BAB 3x/hari BAK : 6-7x/hari
f. Bayi tampak menyusu pada ibu
A : 1. Diagnosa
Bayi baru lahir normal umur 8 hari
Dasar: Bayi baru lahir spontan pervaginam tanggal 20 November 2007
Masalah: sudah teratasi
Kebutuhan: a . Pemberian ASI eksklusif
b. Penyuluhan tentang immunisasi
P : 1. Tetap berikan ASI sampai bayi berusia 6 bulan baru diberikan makanan tambahan
2. Berikan penyuluhan pada ibu tentang pentingnya imunisasi
3. Sarankan pada ibu untuk membawa anak ke posyandu secara rutin guna memantau tumbuh kembang bayi