Sunday, January 8, 2012

Teori : Plasenta Previa

Plasenta Previa
1. Definisi Plasenta Previa
Wiknjosasto (2002) menjelaskan plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat yang abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (OUI). Menurut Saifuddin dkk (2002) plasenta previa ialah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Plasenta previa terjadi ketika plasenta berimplantasi didekat atau menutupi serviks, pada segmen bawah rahim yang pada saat partus membuka masuk ke vagina. Dengan kondisi ini plasenta mungkin menutupi sebagian atau seluruh serviks. Plasenta previa diartikan plasenta yang implantasinya dibagian bawah uterus, menutupi serviks. ( Rosenblum, 2008).



2. Klasifikasi Plasenta Previa
Belum ada kata sepakat diantara para ahli, terutama mengenai berapa pembukaan jalan lahir. Oleh karena pembagian tidak didasarkan pada keadaan anatomi melainkan didasarkan pada keadaan fisiologis yang dapat berubah setiap waktu. Adapula penulis yang menganjurkan bahwa menegakkan diagnosa adalah sewaktu moment opname yaitu tatkala penderita diperiksa, berdasarkan pada pembukaan 4-5 cm :
1) Plasenta previa sentralis (totalis), apabila pada pembukaan 4-5 cm teraba plasenta menutupi seluruh ostium.
2) Plasenta previa lateralis,bila pada pembukaan 4-5 cm sebagian pembukaan ditutupi oleh plasenta, dibagi 2 :
a) Plasenta previa lateralis posterior ; bila sebagian menutupi ostium bagian belakang.
b) Plasenta previa lateralis anterior : bila menutupi ostium bagian depan.
c) Plasenta previa marginalis : bila sebagian kecil atau hanya pinggir ostium yang ditutupi plasenta.
Menurut penulis buku-buku Amerika Serikat ;
1) Plasenta previa totalis : seluruh ostium ditutupi plasenta.
2) Plasenta previa partialis : sebagian ditutupi plasenta.
3) Plasenta letak rendah (low – lying plasenta) : tepi plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir pembukaaan atau pada pemeriksaaan dalam tidak teraba.
Menurut Browne :
1) Tingkat 1 = Plcenta Lateral Previa : pinggir bawah plasenta berinsersi sampai ke segmen bawah rahim, namun tidak sampai ke pinggir pembukaaan.
2) Tingkat 2 = Marginal Plcenta Previa : plasenta mencapai pinggir pembukaan (ostium).
3) Tingkat 3 = Complete Placenta Previa : plasenta menutupi ostium waktu tertutup, dan tidak menutupi bila pembukaan hampir lengkap.
4) Tingkat 4 = Central Placenta Previa : plasenta menutupi seluruh pada pembukaaan hampir lengkap.
Menurut penulis lain plasenta previa dibagi menurut persentase plasenta yang menutupi pembukaan ; plasenta previa 25%, 50%, dan 100%. Adapula yang disebut plasenta previa servikalis, yaitu bila sebagian plasenta tumbuh masuk kanalis servikalis. Normalnya, plasenta berimplantasi dibagian atas uterus, pada bagian dalam belakang (60%), depan (40%). (Mochtar, 2002).
Klasifikasi plasenta previa didasarkan pada terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu. Disebut plasenta previa totalis apabila seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta ; plasenta previa parsialis apabila sebagian pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta ; dan plasenta previa marginalis apabila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan. Plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah uterus, akan tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir, disebut plasenta letak rendah. Pinggir plasenta berada kira-kira 3 atau 4 cm diatas pinggir pembukaan, sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir. Klasifikasi ini didasarkan pada keadaan fisiologik dan bukan anatomik, maka klasifikasi akan berubah setiap waktu ; misalnya, plasenta previa totalis pada pembukaan 4 cm mungkinakan berubah menjadi plasenta previa parsialis pada pembukaan 8 cm. (Wiknjosastro, 2002).

3. Etiologi dan Faktor Resiko Plasenta Previa
Mengapa plasenta tumbuh di segmen bawah rahim tidak selalu jelas dapat diterangkan. Bahwasannya vaskularisasi yang berkurang, atau perubahan atrofi pada desidua akibat persalinan yang lampau dapat menyebabkan plasenta previa, tidaklah selalu benar, karena tidak nyata dengan jelas bahwa plasenta previa didapati untuk sebagian besar pada penderita dengan paritas tinggi.Dapat dimengerti pada kehamilan kembar diperlukan aliran darah yang lebih banyak, plasenta normalpun akan memperluas permukaaannya., sehingga mendekati atau menutupi jalan lahir (Wiknjosastro, 2002).
Disamping penyebab plasenta previa yang belum jelas, bermacam-macam teori dan faktor-faktor dikemukakan sebagai etiologinya :
1) Endometrium yang inferior
2) Chorion leave yang persisten
3) Korpus luteum yang bereaksi lambat.
Sedangkan menurut Strassman bahwa faktor terpenting adalah vaskularisasi yang kurang pada desidua yang menyebabkan atrofi dan peradangan, lain menurut Browne menekankan bahwa faktor terpenting ialah vili khorialis persisten pada desidua kapsularis. Faktor-faktor etiologi itu diantaranya :
1) Umur dan paritas
a) Pada primigravida, umur diatas 35 tahun lebih sering daripada umur dibawah 25 tahun.
b) Lebih sering pada paritas tinggi dan paritas rendah.
c) Di Indonesia, menurut Toha plasenta previa banyak dijumpai pada umur muda dan paritas kecil; hal ini disebabkan banyak wanita Indonesia menikah diusia muda dimana endometrium belum matang (inferior).
2) Hipoplasia endometrium : bila kawin dan hamil pada umur muda .
3) Endometrium cacat pada luka bekas persalinan.
4) Korpus luteum bereaksi lambat,dimana endometrium belum siap menerima hasil konsepsi.
5) Tumor-tumor seperti: miomauteri, polip endometrium.
6) Kadang-kadang pada malnutrisi (Mochtar, 2002).
7) Plasenta yang cukup besar.
8) Uterus yang abnormal.
9) Formasi plasenta yang abnormal.
Faktor resiko kadang – kadang meningkatkan kesempatan kita pada keadaan atau kondisi suatu penyakit. Faktor resiko plasenta previa menurut Rosenblum dalam Linda (2008) :
1) Riwayat sc
2) Masalah uterus yang abnormal
3) Kehamilan ganda
4) Multiparitas
5) Umur
6) Merokok

4. Diagnosis dan Gambaran Klinis Plasenta Previa
Menurut Mochtar diagnosis ditegakkan dengan adanya gejala-gejala klinis dan beberapa pemeriksaan :
1). Anamnesis
Ibu hamil datang ke rumah sakit atau ke dokter dengan perdarahan pada kehamilan 28 minggu atau pada kehamilan lanjut. Perdarahan bersifat tanpa sebab (causeless), tanpa nyeri (painless), dan berulang (recurrent). Sebab perdarahan ialah karena ada plasenta dan pembuluh darah yang robek karena:
a). Terbentuknya segmen bawah rahim
b). Terbukanya ostium atau oleh manipulasi intravaginal atau rectal.

2). Inspeksi
Dapat dilihat perdarahan yang banyak, sedikit, darah beku dan lain-lain.
3). Palpasi Abdomen
a). Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah.
b). Sering dijumpai kesalahan letak janin.
c). Bagian terbawah janin belum turun, bila presentasi kepala biasanya masih goyang atau floating.
d). Bila cukup ahli dapat dirasakan bantalan pada segmen bawah rahim, terutama pada ibu yang kurus.
4). Pemeriksaan Inspekulo
Dicari sumber perdarahan, apakah dari dalam uterus, kelainan serviks, vagina, varises pecah dan lain-lain.
5). Ultrasonografi
Penentuan lokasi plasenta secara ultrasonografi sangat tepat dan tidak menimbulkan bahaya radiasi terhadap janin.
6). Pemeriksaan Dalam
Cara terakhir untuk diagnosa plasenta, namun cara ini mempunyai bahaya :
a). Bahaya Pemeriksaan dalam :



(1) Bila dilakukan pemeriksaan dalam pada plasenta previa dapat menimbulkan perdarahan , hal ini sering disebut “ membangunkan harimau tidur “ atau to awake a sleeping tiger.
(2) Terjadi infeksi
(3) Pemeriksaan dalam dapat menimbulkan his sehingga terjadi partus prematurus.
b). Teknik dan persiapan pemeriksaan dalam :
(1) Pasang infus dan siapkan donor darah.
(2) Pemeriksaan dilakukan di kamar operasi.
(3) Pemeriksaan dilakukan dengan lembut (with lady’s hand).
(4) Pemeriksaan dilakukan dengan uji forniks.
(5) Bila ada darah beku keluarkan sedikit-sedikit.
c). Kegunaan pemeriksaan dalam :
(1) Menegakkan diagnosa plasenta previa.
(2) Menentukan jenis klasifikasi plasenta previa.
d). Indikasi pemeriksaan dalam pada pemeriksaan perdarahan antepartum :
(1) Perdarahan lebih dari 500 cc
(2) Perdarahan berulang (recurrent)
(3) Perdarahan sekali, banyak, dan Hb dibawah 8gr%
(4) His telah mulai dan janin sudah dapat hidup diluar (viable).

5. Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Kehamilan dan Persalinan
Pada kehamilan dengan plasenta previa biasanya terjadi kelainan letak :
1) Kepala mengapung
2) Letak sungsang
3) Letak lintang.
Sering juga terjadi partus prematurus karena rangsangan koagulan darah pada serviks. Sedangkan pengaruh plasenta previa terhadap persalinan :
1) Bila kelainan letak, menyebabkan partus patologik
2) Bila plasenta previa lateralis, ketuban pecah / dipecahkan dapat terjadi prolaps funikuli
3) Inersia primer
4) Perdarahan.

6. Komplikasi Plasenta Previa
Wiknjosastro (2002) menjelaskan bahwa pada kasus kehamilan dengan plasenta previa dapat menyebabkan komplikasi :
1) Prolaps tali pusat
2) Prolaps plasenta
3) Plasenta melekat, sehingga harus dikeluarkan secara manual ataupun dengan alat
4) Robekan-robekan jalan lahir karena tindakan
5) Perdarahan postpartum
6) Infeksi karena perdarahan yang banyak
7) Bayi lahir premature atau lahir mati. Selain itu menurut Royal Australian and New Zealand College of Obstetricians and Gynaecologists dalam Linda (2008) dapat menyebabkan komplikasi :
1) Syok karena kehilangan darah
2) Fetal distress karena kekurangan oksigen
3) Seksio Cesarea
4) Histerektomi
5) Kehilangan darah pada bayi
6) Kematian.

7. Penanganan Plasenta Previa
Prinsip dasar penanganan :
1) Setiap ibu hamil dengan perdarahan antepartum harus dikirim ke rumah sakit dengan fasilitas transfusi dan operasi.
2) Jangan sekali-kali melakukan pemeriksaan dalam
3) Bila dengan pengamatan yang jujur perdarahan yang telah atau akan berlangsung tidak membahayakan ibu atau janin, dan kehamilan belum cukup bulan atau 36 minggu, persalinan belum dimulai dapat dibenarkan menunda persalinan sampai janin dapat hidup di luar kandungan.
4) Bila ternyata keadaan sebaliknya maka dilakukan penanganan aktif dengan pemeriksaan dalam dilakukan di meja operasi.
Penanganan pasif yang dilakukan :
1) Perhatian :
a) Tiap perdarahan triwulan ketiga yang lebih dari show harus dikirim kerumah sakit tanpa manipulasi apapun
b) Jika penilaian baik tentang kondisi janin, berat badan janin, belum inpartu dapat dilakukan dengan istirahat dan pemberian obat-obatan seperti spasmolitik, progestin, atau progesterone lalu lakukan observasi.
c) Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui golongan darah dan siapkan transfusi donor darah, bila memungkinkan pertahankan kehamilan.
2) Cara persalinan
Menurut Mochtar (2002) faktor-faktor yang menentukan sikap atau tindakan persalinan mana yang akan dipilih adalah :
a) Jenis plasenta previa
b) Banyak dan jenis perdarahan
c) Keadaan umum ibu hamil
d) Keadaan janin : hidup, gawat, atau meninggal
e) Pembukaan jalan lahir
f) Paritas atau jumlah anak hidup
g) Fasilitas penolong dan rumah sakit.
Dapat dipilih dua cara persalinan yaitu persalinan pervaginam dan persalinan perabdominal (seksio sesarea). Umumnya memilih cara persalinan yang terbaik tergantung dari derajat plasenta previa. Indikasi mutlak untuk seksio sesarea misalnya pada plasenta previa totalis, untuk primigravida dengan plasenta previa parsialis cenderung untuk seksio sesarea. Sedangkan pada multigravida dengan plasenta letak rendah, plasenta previa marginalis, atau plasenta previa parsialis pada pembukaan lebih dari 5 cm dapat ditanggulangi dengan pemecahan ketuban, akan tetapi jika tidak mengurangi perdarahan maka seksio sesarea harus dilakukan. Pada kasus-kasus terbengkalai seperti anemia berat karena perdarahan atau infeksi intrau terine, baik seksio sesarea maupun persalinan pervaginam sama-sama tidak mengamankan ibu dan janinnya. Tetapi, dengan bantuan transfusi darah dan Hb secukupnya, seksio sesarea masih lebih aman dari persalinan pervaginam untuk semua kasus plasenta previa totalis dan kebanyakan kasus plasenta previa parsialis. Pada persalinan pervaginam bertujuan untuk agar bagian terbawah janin menekan plasenta dan bagian plasenta yang berdarah selama persalinan berlangsung, sehingga memberi kesempatan kepada uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahannya, dan untuk menghindarkan perlukaan serviks dan segmen bawah uterus yang rapuh apabila dilangsungkan persalinan pervaginam (Wiknjosastro, 2002)


8. Prognosis Plasenta Previa
Wiknjosastro (2002) menjelaskan bahwa dengan penanganan yang baik seharusnya kematian ibu karena plasenta previa rendah sekali, atau tidak sama sekali. Sejak dikenalkannya penanganan pasif tahun 1945, kematian perinatal berangsur-angsur dapat diperbaiki. Sekarang penanganan relative bersifat operatif dini maka angka kematian dan kesakitan ibu perinatal jauh menurun. (Saifuddin, 2002).
Diposting oleh : Y. P. Rahayu yang diambil dari berbagai sumber

No comments:

Post a Comment