Sunday, January 8, 2012

Teori : Kematian Janin Dalam Kandungan / Intra Uterine Fetal Death / IUFD

Kematian Janin Dalam Kandungan / Intra Uterine Fetal Death
a. Definisi
Kematian janin dalam rahim atau intra uterine fetal death (IUFD) adalah tidak adanya tanda-tanda kehidupan dalam rahim (Saifuddin, 2002). Kematian janin akibat gangguan pertumbuhan janin gawat janin, atau kelainan bawaan atau akibat infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya sehingga tidak diobati (Wiknjosastro, 2002). Kematian janin dalam kandungan adalah kematian konsepsi sebelum keluar secara lengkap atau ekstaksi dan ibu, tanpa memandang tua kehamilan (Nurdiana, 2009).
Kematian janin dalam kandungan adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan (Sastrawinata, 1997 dalam Wahyuni, 2006).

b. Etiologi
Kelainan kromosom, kelainan congenital, infeksi diabetes, gemeli, anomaly organ reproduksi, ketidakcocokan resus antara ibu dan janin, insufisiensi, trauma psikis atau fisik, dan malnutrisi (Sastrawinata, 1997 dalam Wahyuni, 2006).

c. Diagnosa
Diagnosa dari kematian janin dalam rahim adalah :
1) Anamnesa
Ibu tidak merasakan gerakan janin
2) Kandungan tidak bertambah besar malah mengecil
3) Penurunan berat badan
4) Perubahan payudara atau nafsu makan
5) Pemeriksaan fisik
a) Fundus uteri menurun
b) Gerakan janin tidak dirasakan
c) Palpasi janin tidak atau kurang jelas
d) Bunyi jantung janin tidak terdengar
6) Pemeriksaan penunjang
a) Ultrasound
(1) Gerakan janin tidak ada
(2) Denyut jantung janin tidak ada
(3) Tampak bekuan darah pada ruang jantung janin
b) X-Ray
(1) Slading sign (+) : Tulang-tulang tengkorak janin saling tumpah tindih, pencarian otak dapat menyebabkan overlapping tulang tengkorak
(2) Nanjouk sign (+) : Tulang punggung janin sangat melengkung
(3) Robort sign (+) : Tampak gelembung-gelembung gas pada pembuluh darah besar. Tanda ini ditemui setelah janin mati paling kurang 12 jam.
c) Laboratorium
(1) Reaksi biologis negatif setelah 10 hari janin mati
(2) Hipofibrinogenemia setelah 4 – 5 minggu janin mati

d. Komplikasi
Kematian janin akan menyebabkan desidua plasenta menjadi rusak, menghasilkan tromboplastin, masuk ke dalam peredaran darah ibu, pembekuan intravaskuler yang dimulai dari endotel pembuluh darah oleh trombosit, terjadi pembekuan darah yang meluas. Kadar normal fibrinogen pada wanita hamil adlah 3000C 700 mg%. Akibat kekurangan fibrinogen maka dapat terjadi hemoragik post partum. Dampak psikologis dapat timbul pada ibu setelah lebih dari 2 minggu kematian janin yang dikandungnya (Sastrawinata, 1997 dalam Wahyuni, 2006).


e. Penatalaksanaan
1) Penanganan bayi lahir mati
Penatalaksanaan bayi baru lahir dengan kematian janin dalam kandung adalah dengan melakukan penatalaksanaan sebagai berikut :
a) Gambaran umum terdiri dari : Malformasi, noda kulit, derajat maserasi, warna pucat, pletorik.
b) Tali pusat meliputi : Prolaps, lilitan leher, hermatom atau struktur, jumlah pembuluh dan panjang
c) Cairan amnion meliputi : Warna C mekonium, darah, konsistensi dan volume
d) Plasenta meliputi : Berat, bekuan lekat, dan kelainan struktur C lobus sirkumvalata atau akseorius, inservi velamentosa
e) Selaput ketuban meliputi : Ternoda dan menebal
2) Penanganan terhadap hasil konsepsi
Adalah penting untuk menyarankan kepada pasien dan keluarganya bahwa suatu emergensi dari bayi yang sudah meninggal :
a) Jika uterus tidak lebih dari 12 minggu kehamilan maka pengosongan uterus dilakukan dengan kuret suction
b) Jika ukuran uterus antara 12 – 28 minggu dapat digunakan prostaglandin E2 vaginal supositoria dimulai dengan dosis 10 mg
c) Jika kehamilan lebih dari 28 minggu dapat dilakukan induksi dengan oksitoksin (suntikan rangsang), selama periode menunggu diusahakan agar menjaga mental atau psikis pasien yang sedang berduka karena kematian janin dalam kandungan
3) Penanganan wanita dengan riwayat lahir mati
Kematian janin adalah suatu kejadian traumatic psikologik bagi wanita dan keluarganya. Radestat mendapatkan bahwa interval yang lebih dari 24 jam sejak diagnosa kematian janin sampai induksi persalinan berkaitan dengan ansietas berlebihan. Faktor lain yang berperan adalah apabila wanita yang bermaksud tidak melihat bayinya selama ia inginkan dan apabila ia tidak memiliki barang kenangan dapat timbul kecemasan pada ibu sampai gejala depresi dan gejala somatisasi yang dapat bertahan sampai lebih dari 6 bulan. Seorang wanita yang pernah melahirkan bayi meninggal, telah lama dianggap memiliki resiko yang lebih besar mengalami gangguan hasil kehamilan berikutnya. Individu dapat menanggulangi stress dan kecemasan dengan menggunakan atau mengambil sumber koping dari lingkungan baik dari sosial, intrapersonal dan interpersonal. Sumber koping diantaranya adalah aset ekonomi, kemampuan memecahkan masalah, dukungan sosial budaya yang diyakini, dengan integritas sumber-sumber koping tersebut individu dapat mengadopsi strategi koping yang efektif (Suliswati, 2005). Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara konstruksi merupakan faktor utama yang membuat klien berperilaku patologis atau tidak. Bila individu sedang mengalami kecemasan ia akan mencoba menetralisasi, mengingkari atau meniadakan kecemasan dengan mengembangkan pola koping (Suliswati, 2005). Pada kecemasan ringan, mekanisme koping yang biasanya digunakan adalah menangis, tidur, makan, tertawa, berkhayal, memakai, merokok, olahraga, mengurangi kontak mata dengan orang lain, membatasi diri pada orang lain. Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat dan panik membutuhkan banyak energi. Suliswati (2005) menyebutkan mekanisme koping yang dapat diakukan ada dua jenis yaitu yang pertama adalah task oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas. Tujuan yang ingin dicapai dengan melakukan koping ini adalah individu mencoba menghadapi kenyataan tuntutan stress dengan menilai secara objektif di tunjukkan untuk mengatasi masalah, memulihkan konflik dan memenuhi kebutuhan. Sedangkan yang kedua adalah ego oriented reaction atau reaksi berorientasi pada ego. Koping ini tidak selalu sukses dalam mengatasi masalah. Mekanisme ini seringkali digunakan untuk melindungi diri sendiri, sehingga disebut mekanisme pertahanan ego diri biasanya mekanisme ini tidak membantu untuk mengatasi masalah secara realita.
Beberapa penelitian menyebutkan kisaran angka kekambuhan lahir antara 0 – 8 %. Kematian janin sebelumnya walaupun tidak semua lahir mati menyebabkan gangguan hasil pada kehamilan berikutnya. Evaluasi prenatal penting dilakukan untuk memastikan penyebab. Apabila penyebab lahir mati terdahulu adalah kelainan karytipe atau kausa poligenik, pengambilan sampel villus khorionik atau amniosintesis dapat mempermudah deteksi dini dan kemungkinan dipertimbangkan terminasi kehamilan.
(Sidik, 2009)
Diposting oleh : Y. P. Rahayu yang diambil dari berbagai sumber

No comments:

Post a Comment