Wednesday, January 25, 2012

Kala III Persalinan



A.   Batasan Kala III
Persalinan kala III adalah tahapan persalinan setelah anak lahir sampai lahirnya seluruh plasenta dan selaput ketuban.

B.   Durasi Persalinan Kala III
Umumnya persalinan kala III berlangsung kurang dari 30 menit, sebagian besar berlangsung sekitar 2 – 5 menit.

C.   Proses terlepasnya plasenta
Pada kala III persalinan, otot uterus (myometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat plasenta karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil sedangakan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal, tetapi pada sisi perlekatan tidak mampu menahan tekana dan melengkung. Akibatnya terjadi pelepasan plasenta dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan keluar melewati serviks ke ruang vagina atau ke bagian bawah uterus

D.   Mekanisme Pengeluaran Plasenta
Pengeluaran plasenta ada dua mekanisme :
a.    Schultze adalah pelahiran plasenta dengan presenetase sisi janin. Terjadi ketika pelepasan dimulai dari tengah disertai pembentukan bekuan retroplasenta sentral yang mempengaruhi berat plasenta sehingga bagian sentral turun terlebih dahulu. Hal ini menyebakan plasenta dan kantong amnion terbalik dan menyebabkan membrane melepaskan sisa desidua dan tertinggal di belakang plasenta. Pendarahan sampai plasenta dan membran lahir tidak nampak karena membran yang terbalik menangkap dan menahan darah.
b.    Duncan adalah pelahiran plasenta dengan presentasi sisi maternal. Presentasi ini di duga terjadi akibat pelepasan pertama kali terjadi pada bagian pinggir atau perifer plasenta. Darah keluar diantara membrane dan dinding uterus dan terlihat secara eksternal. Plasenta dan kantong amnion turun ke samping, oleh karena itu tidak terbalik tetapi tertinggal di belakang plasenta untuk pelahiran. Oleh karena itu pendarahan nampak.

E.   Tanda-Tanda Pelepasan Plasenta
Beberapa tanda klinis lepasnya plasenta:
1.     Tetesan atau pancaran kecil darah yang mendadak dan singkat.
Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar di bantu oleh gaya gravitasi. Apabila kimpulan darah(retroplacental pooling) dalam ruang diantara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas tampungnya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas.
2.    Perubahan bentuk dan tinggi fundus
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus uteri biasanyadi bawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau alpukat dan fundus berada di atas pusat(seiring mengarah ke sisi kanan).
3.    Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva.

Untuk mengetahui apakah plasenta telah lepas dari tempat implantasinya, di pakai bebarapa perasat antara lain:
1.    Perasat Kustner
Tangan kanan meregangkan,tangan kiri menekan daerah di atas simfisis. Bila tali pusat masuk kembali ke dalam vagina berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus. Bila tetap atau tidak masuk kembali ke dalam vagina, berarti plasenta lepas dari dinding uterus.
2.    Perasat Strassman
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri mengetuk fundus uteri. Bila terasa getaran pada tali pusat yang di regangkan ini, berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus. Bila tidak terasa getaran, berarti plasenta sudah lepas dari dinding uterus.
3.    Perasat FLein
Wanita di suruh mengedan. Tali pusat tampak turun ke bawah. Bila pengedanannya di hentikan dan tali pusat masuk kembali ke dalam vagina berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus. Bila tidak masuk berarti sudah lepas dari dinding uterus.


F.    MANAJEMEN AKTIF KALA III
1.    Tujuan
Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat memperpendek waktu kala III persalinan dan mengurangi kehilangan darah dibandingkan dengan penatalaksaan fisiologis.
Karena penyebab kematian ibu terbesar adalah perdarahan dimana sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri yang dapat dicegah dengan penanganan manajemen aktif kala III

2.    Cara
Untuk melahirkan plasenta dapat menggunakan manajemen aktif kala III yang terdiri dari tiga langkah utama:
a.    Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir.
b.    Melakukan penegangan tali pusat terkendali.
c.    Masase fundus uteri.

1.1.        Pemberian Suntikan Oksitosin
1.    Letakkan bayi baru lahir di atas kain bersih yang telah di siapkan di perut bawah ibu dan minta ibu atau pendampingnya untuk membantu memegang bayi tersebut.
2.    Pastikan tidak ada bayi lain (undiagnosed twin) di dalam uterus.
3.    Beritahu ibu bahwa ia akan di suntik.
4.    Segera (1 menit pertama setelah bayi lahir) suntikan oksitosin 10 unit 1M pada 1/3 bagian atas paha bagian luarr (aspektus lateralis) 
5.  Dengan mengerjakan semua prosedur tersebut terlebih dahulu maka akan member cukup waktu pada bayi memperoleh sejumlah  darah kaya zat besi dan setelah itu (setelah 2 menit) baru dilakukan  tindakan penjepitan dan pemotongan tali pusat.

6.    Serahkan bayi yang telah terbungkus kain pada ibu untuk inisiasi menyusu diri dan kontak kulit dengan ibu.
7.    Tutup kembali perut bawah ibu dengan kain.

2.1.        Peneganagan Tali Pusat Terkendali
1.    Berdiri di samping ibu.
2.    Pindahkan klem (penjepit untuk memotong tali pusat saat kala II) pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva.
3.    Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu (beralaskan kain) tepat di atas simfisis pubis. Gunakan tanagn ini untuk meraba kontraksi uterus dan menekan uterus pada saat melakukan penegangan pada tali pusat. Setelah terjadi kontraksi yang kuat, tegangkan tali pusat kemudian tangan pada didinding abdomen menekan korpus uteri ke bawah dan atas (dorso kranial) korpus. Lakukan secara hati-hati untuk menghindari terjadinya inversion uteri
4.    Bila plasenta belum lepas, tunggu hingga badan kontraksi yang kuat (sekitar dua atau tiga menit)
5.    Pada saat kontraksi mulai (uterus menjadi bulat atau tali pusat memanjang) tegangkan kembali tali pusat ke arah bawah (dengan hati-hati) bersamaan dengan itu, lakukan penekanan korpus uteri kea rah bawah dan cranial hingga plasenta terlepas dari tempat implantasinya

6.    Jika plasenta tidak turun setelah 30-40 detik dimulainya penegangan tali puzat dan tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan lepasnya plasenta, jangan teruskan penegangan tali pusat.
a.    Pegang klem dan tali pusat dengan lembut dan tunggu smapai kontraksi berikutnya. Jika perlu, pindahkan klem lebih dekat ke perineum pada saat tali pusat memanjang. Pertahankan kesabaran pada saat melahirkan plasenta
b.    Pada saat kontraksi berikutnya terjadi, ulangi penegangan tali pusat terkendali dan lakukan tekanan berlaawanan arah pada uterus secara serentak. Ikuti langkah-langkah tersebut pada setiap kontraksi hingga terasa plasenta terlepas dari dinding uterus
7.    Setelah plasenta terlepas, anjurkan ibu untuk meneran sehingga plasenta akan terdorong ke introitus vagina. Tetap tegangkan tali pusat kearah bawah mengikuti arah jalan lahir
8.    Pada saat plasenta terlihat pada introitus vagina, teruskan kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Selaput ketuban mudah robek pegang palsenta dengan kedua tangan rata dan lembut, putar plasenta hingga selaput terpilin
9.    Lakukan penarikan secara lembut dan perlahan-lahan untuk melahirkan selaput ketuban
  
10. Jika terjadi robekan pada selaput ketuban saat melahirkan plasenta, dengan hati-hati periksa vagina dan serviks dengan seksama. Gunakan jari-jari tangan anda atau klem atau cunam DTT atau steril untuk keluarkan selaput ketuban yang dapat dicapai dengan jari-jari tangan tersebut
  
3.1.        Rangsangan taktil fundus uteri
Segera setelah kelahiran plasenta, lakukan rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri
1.    Letakkan telapak tangan pada fundus uteri
2.    Jelaskan tindakan ini kepada ibu, katakana bahwa ibu mungkin merasa kurang nyaman. Anjurkan ibu untuk menarik napas dalam, perlahan dan berlaku tenang
3.    Dengan lebut tapi mantap, gerakkan tangan secara memutar pada fundus uteri sekeliling uterus berkontraksi. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 15 detik, lakukan panatalaksanaan atonia uteri
4.    Periksa plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya lengkap dan utuh
a.    Periksa sisi maternal plasenta (yang menempel pada dinding uterus) untuk memastikan bahwa semuanya lengkap dan utuh (tidak ada bagian yang hilang)
b. Pasangkan bagian-bagian plasenta yang robek atau terpisah untuk memastikan tidak ada bagian yang hilang
c.    Periksa plasenta bagian fetal (yang menghadap ke janin) untuk memastikan tidak ada kemungkinan lubang ekstra (suksenturiata)
d.    Evaluasi selaput untuk memastikan kelengkapannya
5.    Periksa uterus setelah satu hingga dua menit untuk memastikan bahwa uterus berkontraksi dengan baik. Jika uterus masih belum berkontraksi, ulangi rangsangan taktil uterus sehingga segera dapat diketahui jika uterus tidak berkontraksi dengan baik
6.    Periksa kontraksi uterus setiap 15 menit selama 1 jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama 1 jam kedua pasca persalinan


G.   Kebutuhan Ibu Pada Kala III
Segera setelah bayi lahir, bayi diletakkan diperut ibu untuk dikeringkan tubuhnya kecuali kedua telapak tangan, selanjutnya bayi akan diselimuti dan diletakkan didada ibu untuk selanjutnya berusaha mencari putting susu ibu. Selama kala III ibu sangat membutuhkan kontak kulit dengan bayi, dengan IMD maka kontak kulit yang terjalin dapat memberikan ketenangan tersendiri pada ibu, selain itu manfaat IMD lainnya adalah menjaga suhu tubuh bayi tetap hangat, dan dapat membantu kontraksi uterus melalui tendangan-tendangan embut dari kaki bayi.
Kebutuhan ibu pada kala III
1.    Dukungan mental dari bidan dan keluarga atau pendamping
2.    Penghargaan terhadap proses kelahiran janin yang telah dilalui
3.       Informasi yang jelas mengenai keadaan pasien sekarang dan tindakan apa yang akan dilakukan
4.       Penjelasan mengenai apa yang harus ia lakukan untuk membantu mempercepat kelahiran plasenta, yaitu kapan saat meneran dan posisi apa yang mendukung untuk pelepasan dan kelahiran plasenta
5.    Bebas dari rasa risih akibat bagian bawah yang basah oleh darah dan air ketuban
6.       Hidrasi



STUDI KASUS

PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY. “I” PERSALINAN KALA III
DI PKM MAMAJANG MAKASSAR
TANGGAL 15 MARET 2010


Subjektif (S)
1.    Nyeri perut bagian bawah masih terasa
2.    Merasa senang dengan kelahiran bayinya
3.    Pengeluaran darah dari jalan lahir

Objektif (O)
1.    Bayi lahir spontan tanggal 15 Maret 2010 pukul 06.07 WITA
2.    TFU setinggi pusat
3.    Kontraksi uterus keras dan bundar
4.    Tampak semburan darah dari jalan lahir
5.    Tali pusat bertambah panjang

Assesment (A)
Persalinan kala III, keadaan ibu dan bayi baik

Planning (P)
Tanggal 15 Maret 2009 pukul 06.08 WITA
1.    Memeriksa fundus uteri ;TFU setinggi pusat  jari di bawah pusat menandakan janin tunggal
2.    Memberitahu ibu akan disuntik
3.    Menyuntikkan oksitosin 10 IU secara IM pada paha bagian luar 1/3 bagian atas
4.    Melakukan penegangan tali pusat terkendali
5.    Melahirkan plasenta dan selaput ketuban; plasenta dan selaput ketuban lahir lengkap pukul 06.10 WITA
6.    Melakukan sekaligus mengajarkan ibu untuk masase fundus ; uterus teraba keras dan bundar



DAFTAR PUSTAKA


1.    JNPK-KR. 2008. Asuhan Esensial, Pencegahan dan Penanggulangan Segera Komplikasi Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Dekpker RI
2.    Varney Helen dkk. 2007. Guku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 2 Edidi 4. EGC: Jakarta
3.    Sarwono Prawirohardjo. 2006. Ilmu Kebidanan. YBP.SP: Jakarta
4.    Sulistyawati, Ari dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba Medika

No comments:

Post a Comment