Wednesday, February 8, 2012

PENYAKIT TRAKTUS DIGESTIVUS DALAM KEHAMILAN


TRAKTUS DIGESTIVUS
           adalah saluran pencernaan makanan, mulai dari mulut sampai ke anus
1.    MULUT
a.       HIPERSALIVASI (PTIALISMUS)
§    Produksi air ludah yang berlebihan ini disebut ptialismus
§    Penyebab: akibat pengaruh hormon estrogen
§    Sering disetai mual / muntah
§    Tidak membahayakan kehamilan
§    Pada kehamilan trimester pertama, kemungkinan dijumpai produksi air        ludah   berlebihan dari biasa, sehingga menyebabkan wanita hamil tersebut        seringkali membuang ludah.
§    Hal ini karena ketidaksanggupan wanita tersebut menelan air ludahnya sebagai       akibat dari persaan mual. Pengobatan khusus tidak ada, cukup dengan         pendekatan dan penenangan serta psikologik.
b.      GINGIVITIS
§    Gusi menjadi hyperemik, edema dan spongy
§    Gusi lebih  mudah berdarah
§    Istilah gingivitis kehamilan dibuat untuk menggambarkan keadaan klinis     peradangan gingiva yang terjadi pada kebanyakan wanita hamil
§    Keadaan ini terjadi kira-kira 5 -25 % dari wanita hamil. Perubahan gingiva ini         biasanya mulai terlihat sejak bulan kedua dari kehamilan dan mencapai puncaknya pada bulan kedelapan.
§    Keadaan ini disebabkan karena meningkatnya hormon sex wanita (efek      estrogen pada aliran darah) dan vaskularisasi gingiva sehingga memberikan    respon yang berlebihan terhadap faktor iritasi lokal
§    Dalam hal ini faktor iritasi lokal dapat berupa rangsangan lunak, yaitu plak             bakteri dan sisa-sisa makanan, maupun berupa rangsang keras seperti       kalkulus, tepi restorasi yang tidak baik, gigi palsu dan permukaan akar yang             kasar
§    Secara klinis, gingivitis kehamilan ditandai dengan warna merah pada tepi gingiva dan papilla interdental. Pada waktu yang sama, gingiva membesar, disertai pembengkakan yang terutama memyerang papilla interdental .    Gingiva memperlihatkan kecenderungan yang meningkat terhadap pendarahan            terutama pada saat menyikat gigi. Kadang-kadang penderita mengalami     sedikit       rasa sakit
c.       EPULIS
§    adalah: suatu tumor (jinak) yang pertumbuhannya berada diatas gingival.
§    Epulis gravidarum merupakan akibat gangguan keseimbangan hormonal dan           iritasi kronis
§    Penanganan: eksisi→ untuk menghilangkan faktor iritan
d.      KARIES GIGI
§      Kehamilan tidaklah langsung menyebabkan karies gigi. Meningkatnya karies gigi atau menjadi lebih cepatnya proses karies yang sudah ada pada masa kehamilan lebih disebabkan karena perubahan lingkungan di sekitar gigi dan kebersihan mulut yang kurang
§      Faktor-faktor yang dapat mendukung lebih cepatnya proses karies yang sudah ada pada wanita hamil seperti pH saliva wanita hamil lebih asam jika dibandingkan dengan yang tidak hamil.
§      Kemudian waktu hamil biasanya sering memakan-makanan kecil yang banyak mengandung gula. Adanya rasa mual dan muntah membuat wanita hamil malas memelihara kebersihan rongga mulutnya, akibatnya serangan asam pada plak yang dipercepat dengan adanya asam dari mulut karena mual atau muntah tadi dapat mempercepat proses terjadinya karies gigi

2.  ESOFAGUS  dan  LAMBUNG
a.       HEARTBURN (PIROSIS)
§      30-70% wanita hamil mengalami pirosis
§      Pirosis ialah perasaan nyeri di dada, karena masuknya isi lambung kedalam esofagus bagian bawah.
§      Sakit di ulu hati → nyeri dada  dan perasaan panas/terbakar
§      Pada ibu hamil akan hilang berangsur-angsur
§      Keluhan sering ditemukan dalam kehamilan, terutama dalam posisi tengkurap, atau menelan sesuatu makanan tertentu atau obat. Pada kehamilan tua, mungkin kelainan ini agak sering dijumpai karena pengaruh tekanan rahim yang membesar.
§      Pada esofagus terjadi esofagitis, akan tetapi pada endoskopi tidak kelihatan ada tanda-tanda radang, hanya secara histologik dapat dilihat. Isi lambung tersebut berisi asam klorida, pepsin serta makanan.
§      Pirosis biasanya tidak akan menimbulkan komplikasi seperti striktura, pendarahan, karena waktunya sebentar saja. Keadaan yang lebih berat, kadang-kadang menyebabkan penderita sulit menelan, ada pendarahan (hematesis) sebagai akibat terjadi esofagitis erosif.
§      Pengobatannya tetap seperti diuraikan diatas, yaitu konservatif, yaitu :  makan sedikit tapi sering, menghindari makanan berbumbu, tidur posisi  setengah duduk, obat-obatan antasida
b.      ESOFAGITIS EROSIF
§      Esofagitis erosif merupakan akibat yang gawat dari kembalinya isi lambung kedalam esofagus dan agaknya tidak mempunyai hubungan dengan hiperemesis gravidarum.
§      Gejala yang paling sering dijumpai ialah nyeri waktu menelan (disfagia) disertai pirosis. Hematemesis dapat terjadi, dan esofagoskopi menunjukkan erosio berdarah pada selaput lendir satu pertiga bawah esofagus.
§      Penanggulangan sama dengan pada pirosis biasa. Apabila terjadi hematemesis, penderita disuruh minum air es atau menelan es batu kecil-kecil. Biasanya kelainan ini sembuh sama dengan sendirinya setelah kelahiran.
c.       VARISES ESOFAGUS
§      Varises esofagus akibat sirosis hepatis menjadi lebih besar dan mudah pecah dalam kehamilan, karena hipervolemia kehamilan dan hipertensi portal.
§      Varises esofagus akan memperberat kehamilan, karena jika varises pecah dapat menyebabkan perdarahan dan akan membahayakan kehamilan
d.      HERNIA HIATUS
§      Hernia hiatus diafragmatika ialah masuknya bagian atas lambung ke dalam lubang diafragma.
§      Kelainan ini sering dijumpai dalam kehamilan, kira-kira 17% terutama dalam kehamilan trisemester III dan sering pada multipara dalam usia lanjut.
§      Penderita mungkin mengeluh tentang ganguan pencernaan berupa pirosis, muntah, kadang-kdang hematemesis, berat badan menurun atau kadang-kadang tak ada keluhan sama sekali.
§      Kalau keluhan meningkat, mungkin ada hubungan dengan dua faktor yaitu wanita tersebut telah menderita hernia hiatus dan isi lambung yang bertambah besar, sedangkan kalau mengira gejala-gejala tersebut disebabkan oleh karena hamil biasa, sedang kalau diperiksa dengan foto rontgen mungkin dijumpai adanya hernia.
§      Hernia hiatus jarang mengalami strangulasi hernia dalam kehamilan, dan kalau ada biasanya penderita mengeluh sesak napas, sianosis, kadang-kadang dapat jatuh dalam syok.
§      Penanganannya adalah simptomatik, penderita ditidurkan setengah duduk, makanan diberikan dalam porsi kecil-kecil. Kalau hernia tersebut telah diketahui sebelum hamil, sebaiknya penderita tidak hamil, atau dilakukan operasi lebih dulu.
e.       GASTRITIS
§      Diagnosis gastritis sering dibuat dalam kehamilan muda, hanya atas dasar keluhan penderita, seperti mual, muntah-muntah, tidak ada nafsu makan, nyeri didaerah epigastrium dan sebagainya.
§      Dan setelah diperiksa dengan teliti ternyata penderita tidak menderita gastritis akan tetapi mungkin emesis (hiperemesis), pirosis, esofagitis.
§      Penderita diobservasi dan ditentukan terapi konservatif seperti gastritis diluar kehamilan.
f.       HIPEREMESIS GRAVIDARUM
§      Mual+muntah berlebihan pd ibu hamil lebih dari 10x muntah, sehingga menyebabkan keadaan ibu menjadi buruk
§      Tingkat I→Tingkat II→Tingkat III
§      Terapi:
     *Obat sedativa, antimuntah, antasida, vit B dan B
     *H.E.G tingkat II dan III → rawat RS
     *Tx psikologik
     *Infus Dextrosa 5%
g.      ULKUS PEPTICUM
§      Ulkus peptikum jarang dijumpai dalam kehamilan, perjalanan penyakitnya bervariasi.
§      Pada wanita yang mempunyai ulkus peptikum sebelum hamil, biasanya setelah hamil, penyakit akan menjadi lebih baik, bahkan dapat sembuh. Terutama pada trimester pertama dan kedua, karena rendahnya sekresi asam lambung dan meningkatnya produksi getah lambung, walaupun kadang-kadang ulkus mungkin lebih hebat gejalanya dan yang sering dijumpai adalah rasa kejang dan perih diperut bagian atas, rasa panas, rasa tak enak didaerah epigastrium.
§      Gejala lebih sering terjadi atau dirasakan 2 atau 3 jam sesudah makan. Perforasi jarang terjadi.oelh karena itu penanganan ulkus peptikum dalam kehamilan umumnya konservatif, jarang atau hampir tidak ada dengan tindakan operatif.

3.  USUS HALUS dan  USUS BESAR
a.       ILEUS
§      Baik ileus obstruktif maupun ileus paralitik dapat dijumpai dalam kehamilan yang kadang-kadang tidak diketahui, karena gejala-gejalanya sering disalah tafsirkan sebagai gejala-gejala kehamilan biasa, seperti mual, muntah, konstipasi, uterus kontraksi, kejang otot dan sebagainya.
§      Diagnosis dibuat atas dasar gejala-gejala muntah, muntah, konstipasi, bising usus meningkat seperti bunyi logam.
§      Tindakan operasi harus harus segera dilakukan bila diagnosis telah dipastikan, karena terlambat melakukan tindakan akan memperburuk keadaan umum penderita, bahkan meningkatkan kematian.
§      Dalam kehamilan biasa, tonus dan peristaltik usus berkurang, sehingga tak jarang gejala-gejala ileus paralitik dalam kehamilan dan nifas., dan hal ini haruslah dibedakan dari ileus paralitik dalam kehamilan dan dan nifas.
§      Pada ileus paralitik tanpa komplikasi lain seperti makanan parenteral, pemasangan pipa hidung lambung, dan cairan lambung diisap terus-menerus, serta pemberian antibiotika, vitamin aneurin 25-50 mg intra muskular, dan biasanya dalam waktu 3-5 hari akan sembuh.
b.      VOLVULUS
§      Dengan makin tuanya kehamilan dan makin membesarnya uterus, usus-usus halus dapat berputar pada pangkalnya (strangulasi) , sehingga terjadi penjiratan seluruh ileum. Akibatnya sangat gawat dan menyebabkan kematian apabila tidak segera dikenal dan dioperasi.
§      Keadaan lain yang dapat pula menyebabkan volvulus ialah perpanjangan mesokolon, hernia diafragmatika, perekat usus dan terdapat peta kongenital dalam rongga perut.
§      Gambaran klinik berupa perut yang menunjukkan tanda-tanda gawat mendadak terdiri atas gejala-gejala obstruksi usus disertai muntah-muntahyang hebat. Keadaan umum cepat memburuk akibat gangguan elektrolit dan keracunan nadi sangat cepat dan suhu meningkat.
c.       KOLITIS ULSEROSA
§      Kolitis ulserosa yang biasanya menahun merupakan suatu penyakit peradangan disertai ulkus-ulkus pada mulanya di rektum, kemudian menjalar ke atas dan dapat sampai ke usus halus.
§      Perjalanan penyakit dalam kehamilan tak dapat diramalkan sebelumnya, sangat bervariasi. Biasanya bagian usus yang terserang adalah mukosa dan submukosa, jarang lapisan otot dan serosa.
§      Gejala-gejala klinik tersering adalah diare dengan darah, nanah atau lendir, badan panas, leukositosis, takikardia, perut terasa tidak enak, malas makan dan berat badan menurun.
§      Komplikasi penyakit ini mungkin dapat terjadi perforasi, perdarahan sehingga penderita jadi anemia, defisiensi protein dan vitamin.
§      Pengaruh penyakit ini terutama terhadap kesehatan ibu, pada janin atau kehamilan tidak begitu banyak. Sedangkan pengaruh kehamilan pada penyakit ini, dapat menimbulkan keadaan lebih berat, yaitu penyakit yang tadinya kurang aktif dapat jadi aktif, terutama pada trimester pertama dapat terjadi perforasi.
§      Etiologi penyakit ini secara pasti belum diketahui, akan terapi faktor psikogenik dianggap mempunyai pengaruh penting pada kolitis ulserasi ini, seperti perubahan-perubahan emosionil, kecemasan, ketakutan dan lain-lain selama kehamilan
§      Penerangan diberikan pada penderita kolitis ulserosa ini, baik sebelum hamil maupun dalam kehamilan. Perhatikan dan terangkan faktor penyakit penderita, diet yang mudah diserap, kalau perlu antiodiare dan antibiotika.
§      Mereka yang telah hamil, kehamilan dapat diteruskan, dan persalinan dapat per vaginam. Pada keadaan dimana anak sudah cukup, penderita menderita kolitis ulserosa, sebaiknya tidak hamil lagi, dan ikut keluarga berencana dan dapat dilakukan sterilisasi.
d.      APPENDISITIS AKUT
§        Kejadian appendisitis akuta dalam kehamilan dan di luar kehamilan tidaklah berbeda. Kejadiannya satu di antara 1000 sampai 2000 wanita hamil. Akan tetapi kejadian perforasi, lebih sering pada kehamilan, yaitu 1,5 sampai 3,5 kali dari wanita tidak hamil.
§        Hal ini karena diagnosis dini appendisitis akuta kadang-kadang sulit dibuat sering meragukan, atau dikacaukan oleh keadaan-keadaan lain seperti :
·                      Gejala dan tanda rasa mual, muntah anoreksia, perut gembung, dan                         nyeri di perut sering dijumpai pula pada kelainna lain dari appendisitis.
·                     Adanya leukositosis fisiologik dalam kehamilan yang mungkin         menyerupai jumlah leukosit pada appendisitis akuta.
·                     Akibat dorongan rahim yang makin membesar, menyebabkan letak appendiks juga berpindah. Pada akhir pertengahan usia kehamilan, appendiks terletak di bagian kanan atas, sehingga gambaran klinik yang diberikan oleh appendisitis yang biasa tidak menunjukkan gambar yang seperti di luar kehamilan.
·                     Adanya relaksasi otot-otot dinding perut pada kehamilan lanjut, menyebabkan tanda-tanda nyeri, kekakuan dinding perut, menjadi tak jelas.
·                     Tanda-tanda appendisitis akuta, kadang-kadang diperlihatkan pula oleh kelainan-kelainan lain, seperti pada kehamilan muda dengan adanya kista yang terputar, batu ureter, pielonefritis akuta, salpingitis akuta; rasa nyeri dari ligamentum rotundum pada kehamilan lebih lanjut, solusi plasenta tingkat permulaan, infeksi saluran kemih, persalinan prematur, obstruksi usu halus. Pada masa nifas adanya endometritis atau adneksitis.
§             Untuk membuat diagnosis yang tepat, perlu dilakukan anamnesis yang cermat, serta pemeriksaan yang teliti. Adanya rasa nyeri yang tiba-tiba di daerah periumbilikal juga yang menjalar ke daerah appendisitis, rasa mual, muntah-muntah yang tidak pernah sebelumnya dirasakan, maka pertama-tama penyebabnya perlu dipikirkan karena appendisitis akuta, disamping sebab-sebab yang telah dikemukakan di atas. Wanita hamil dengan appendisitis akuta, harus segera dilaparotomi dan dilakukan appendektomia, tanpa memikirkan usia kehamilan. Dalam keragu-raguan diagnosis, laparotomi juga harus dilakukan, walaupun ternyata setelah laparotomi tidak ditemukan appendiks yang meradang.
§             Mengambil tindakan konservatif adalah salah, sebab bila appendistis tersebut mengalami perforasi karena tindakan terlambat dapat menimbulkan kematian ibu dan janin.
§             Biasanya kehamilan akan berlangsung terus sampai saat persalinan. Bila appendistis akuta dibuat pada kehamilan lebih dari 34-35 minggu, dilakukan seksio sesarea dan appendektomia. Uterus yang membesar tersebut akan menyulitkan mencari appendiks di samping itu bila penderita masuk dalam persalinan pasca laparotomi, luka dapat terbuka kembali karena luka belum sembuh sempurna dan belum kuat. Kalau terjadi perforasi atau abses dipertimbangkan untuk melakukan appendektomia dan seksio histerektomia.
§             Prognosis appendisitis dalam kehamilan lebih buruk dari di luar kehamilan, dan diagnosis dini serta tindakan yang segera diambil berupa laparatomi dan pemberian antibiotika, akan dapat menolong penderita serta akan memperbaiki prognosis. Komplikasi yang sering atau mungkin dijumpai pada kehamilan adalah abortus atau partus prematurus.
e.       HERNIA
§        Hernia adalah penonjolan peritoneum dan struktur abdominal lainnya pada dinding rongga abdomen
§        Jenis-jenis hernia:
·         HERNIA INGUINALIS, adalah penonjolan usus melalui kanalis inguinalis ke daerah lipatan paha
·         HERNIA UMBILIKALIS, adalah penonjolan usus melalui celah pada musculus recti
·         HERNIA FEMORALIS, adalah penonjolan usus melalui kanalis femoralis
f.       DIARE AKUT
§      adalah keadaan BAB >3x per hari atau dengan konsistensi faeces cair selama 7-14 hari
§      Penyebab: mikroorganisme, toksin, obat-obatan, psikis
§      Gx: mual, muntah, nyeri perut, demam, faeces cair >3x
§      Tx: rehidrasi
§      Resiko pada bumil dapat menyebabkan abortus, KJDK (Kematian Janin Dalam Kandungan), prematuritas

4.  HEPAR
a.       KOLELITIASIS
§      Kombinasi hiperkolesterolemia dan perlambatan pengosongan kandung empedu dalam kehamilan memudahkan terbentuknya batu empedu. Sebaiknya wanita hamil jarang mengeluh tentang serangan kolik empedu.
§      Hal ini terjadi adanya anggapan bahwa kurangnya tonus otot polos yang memudahkan keluarnya batu-batu kecil saluran empedu ke dalam duodenum.
§      Gejala-gejala kolelitiasis berupa nyeri perut sebelah kanan atas atau di daerah epigastrium yang mungkin gradual atau mendadak (tiba-tiba) yang menjalar ke dada bagian kanan atas atau ke bahu belakang kanan. Bila penyumbatan total, mungkin kolik empedu tetap, penderita enek-enek, muntah, demam dan menggigil (kolesistis), dan ikterus.
§      Pada penderita mungkin sebelumnya telah ada sakit kandung empedu, atau makan yang telah diatur, dimana ia tak tahan lemak. Pada pemeriksaan didapatkan penderita panas, kuning dan nyeri di perut kanan atas, leukositosis, sedangkan urin normal.
§      Diagnosis banding yang perlu dipikirkan : preeklampsia, penyakit hati, pankreastitis, pielonefritis, ulkus peptikum, hernia hiatus diafragma.
§      Pemeriksaaan kolesistografi tidak banyak memberi hasil, karena itu tidak dianjurkan dalam kehamilan. Ultrasonografi mungkin lebih dapat membantu.
§      Penanggulangan kolelitiasis dalam kehamilan, pada umumnya konservatif yaitu istirahat, diet dan antibiotika. Tindakan operasi jarang dilakukan kecuali disangka atau didapatkan komplikasi berupa infeksi makin berat, nekrosis, gangren atau perforasi.
b.         ACCUTE FATTY LIVER (A.F.L)
§      adalah kegagalan hepar akut dg pengurangan kapasitas metabolik hepar, tanpa sebab lain
§      Sangat jarang ditemukan dalam kehamilan
§      Gejalanya tidak spesifik, seperti mual, muntah, nyeri epigastrik, malaise, pruritus, sakit kepala, demam
§      Penatalaksanaan: perbaiki k/u dengan infus, transfusi darah, terminasi→ induksi persalinan

5.  RECTUM
a.       WASIR (HEMOROID)
§      Dalam kehamilan dapat terjadi pelebaran vena hemoroidalis interna dan pleksus hemoroidalis eksterna, karena terdapatnya konstipasi dan pembesaran uterus. Hemoroid ini lebih nyata dan dapat menonjol keluar anus. Wasir yang kecil kadang-kadang tidak menimbulkan keluhan, sedang yang besar sering menimbulkan keluhan bahkan dapat menimbulkan komplikasi hebat yaitu rasa nyeri serta perdarahan pada saat buang air besar, serta ada sesuatu yang keluar dari anus.
§      Wasir dapat didiagnosis dengan mudah, yaitu adanya keluhan rasa perih di daerah anus, perdarahan, serta pada pengamatan ditemukan vena yang membengkak di anus atau di rektum.
§      Pada hemoroid interna dan eksterna yang tidak menimbulkan keluhan, tidak perlu diberi pengobatan, dan setelah melahirkan hemoroid tersebut akan mengecil sendirinya.
§      Pada hemoroid yang besar, yang menjadi keluar baik dalam kehamilan atau masa nifas, yang menimbulkan keluhan, perlu dilakukan antara lain reposisi oleh dokter maupun oleh penderita sendiri, dengan menggunakan salep antihemoroid.
§      Usahakan penderita agar memakan makanan yang lunak dan tidak meneran. Pada keadaan yang sudah berdarah, diberi anti-salep atau suppositoria. Tindakan sklerosing atau hemoroidektomia jarang diperlukan
b.      KONSTIPASI
§         Faeces keras diakibatkan karena BAB jarang, sehingga BAB menjadi sulit, nyeri dan terjadilah konstipasi
§         Penyebab konstipasi bumil:
*diet kurang serat       
*minum kurang
            *aktivitas fisik kurang
            *perubahan ritme/frekuensi BAB
            *obat-obatan (vit)

No comments:

Post a Comment