Thursday, January 24, 2013

ASKEP PERITONITIS

PENGERTIAN
Inflamasi membran peritoneul Peritonium adalah kantung dua lapis semipermeabel sekitar 1500 ml cairan yang menutupi organ di dalam rongga abdomen. Dipersarafi oleh saraf somatik, maka stimulasi peritoneum parietal yang membatasi rongga abdomen dan pelvis menyebabkan nyeri tajam dan terlokalisasi.

PATOFISIOLOGI
Peritonitis menimbulkan efek sistemik. Perubahan sirkulasi, perpindahan cairan, masalah pernafasan menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Sistem sirkulasi mengalamin tekanan dari beberapa sumber. Respon inflamasi mengirimkan darah ekstra ke area usus yang terinflamasi. Cairan dan udara ditahan dalam lumen ini, meningkatkan tekanan dan sekresi cairan ke dalam usus. Sedangkan volume sirkulasi darah berkurang, meningkatkan kebutuhan oksigen, ventilasi berkurang dan meninggikan tekanan abdomen yang meninggikan diafragma.
PENATALAKSANAAN MEDIKAL
1. Bila peritonitis meluas dan pembedahan dikontraindikasikan karena syok dan kegagalan sirkulasi, maka cairan oral dihindari dan diberikan cairan vena untuk mengganti elektrolit dan kehilangan protein. Biasanya selang usus dimasukkan melalui hidung ke dalam usus untuk mengurangi tekanan dalam usus.
2. Bila infeksi mulai reda dan kondisi pasien membaik, drainase bedah dan perbaikan dapat diupayakan.
3. Pembedahan mungkin dilakukan untuk mencegah peritonitis, seperti apendiktomi. Bila perforasi tidak dicegah, intervensi pembedahan mayor adalah insisi dan drainase terhadap abses.
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan :
1. Nyeri bd proses inflamasi, demam dan kerusakan jaringan.
Tujuan :
Persepsi klien tentang nyeri menurun, ditandai penurunan skala nyeri, dan tidak meringis.
Intervensi Keperawatan :
1. Kaji dan catat karakter dan beratnya nyeri setiap 1-2 jam
2. Setelah diagnosis, berikan narkotik, analgetik dan sedatif sesuai program untuk meningkatkan kenyamanan dan istirahat.
3. Pertahankan tirah baring ; istirahat, lingkungan yang tenang.
4. Pertahankan posisi nyaman ; semifowler.
2. Ketidakefektifan pola nafas bd penurunan kedalaman pernafasan sekunder distensi abdomen dan menghindari nyeri.
Tujuan :
Pola nafas efektif, ditandai bunyi nafas normal, tekanan O2 dan saturasi O2 normal, TD batas dalam rentang dasar.
Intervensi Keperawatan :
1. Pantau hasil analisa gas darah dan indikator hiposemia ; hipotensi, takhikardi, hiperventilasi, gelisah, depresi SSP, dan sianosis.
2. Auskultasi paru untuk mengkaji ventilasi dan mendeteksi komplikasin pulmoner.
3. Pertahankan pasien pada posisi semifowler.
4. Berikan O2 sesuai program.
3. Perubahan syok septik sekunder akibat proses inflamasi.
Tujuan :
Pasien bebas dari gejala peritonitis yang memburuk, ditandai normoterni, TD rentang normal, haluaran 30 ml/jam, CVP 2-6 mmHg, penurunan lingkar abdomen, nyeri tekan minimal pada palpasi.
Intervensi Keperawatan :
1. Kaji abdomen setiap 1-2 jam selama fase akut dan 4 jam bila stabil.
2. Bila diprogramkan, pasang selang gastrik dan sambungkan pada pengisap untuk mencegah atau menurunkan distensi.
3. Pantau tanda vital, waspadai tanda-tanda syok.
4. Berikan antibiotik sesuai program.
5. Pantau Pemeriksaan darah lengkap.
6. Pertahankan teknik steril pada penggantian balutan dan semua prosedur invasif.
7. Ajarkan tanda dan gejala berulangnya peritonitis ; demam, menggigil, muntah, nyeri abdomen, dan distensi.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bd muntah dan penghisapan usus.
Tujuan :
Nutrisi pasien adekuat, ditandai BB stabil, albumin serum 3,5 s/d 5,5 g/dl.
Intervensi Keperawatan :
1. Pertahankan pasien puasa sesuai program selama fase akut.
2. Bila mengalami ileus, selang NG akan dipasang untuk dekompresi abdomen.
3. Berikan cairan secara bertahap bila motilitas telah kembali, dibuktikan bising usus, penurunan distensi dan pasase flatus.
4. Bila diprogramkan dukung pasien dengan nutrisi parenteral
5. Berikan pengganti cairan, elektrolit dan vitamin sesuai program.

No comments:

Post a Comment